Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) secara tegas menyatakan, bahwa porsi gas dalam pembangkit listrik dikurangi. Penggunaan gas akan dialihkan untuk kebutuhan industri di dalam negeri.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi mengatakan bahwa dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034 di Indonesia masih akan menggunakan sumber energi yang dinilai minim emisi yakni gas.
Namun, penggunaan gas tersebut ditujukan untuk memenuhi kebutuhan industri di dalam negeri. Hal itu tidak lain untuk menumbuhkan sektor industri di Indonesia melalui pemanfaatan gas.
Sebagai catatan, dalam RUPTL 2025-2034 yang sudah dirilis oleh pemerintah, tambahan energi basis fosil yang digunakan adalah gas sebanyak 10,3 GW dan batubara sebesar 6,3 GW.
"Nah, ini arahan Pak Menteri waktu itu untuk menurunkan pemakaian gas ini sehingga ada perhitungan ulang. Jadi, beberapa kali kita melakukan perhitungan ulang dan pemakaian gas diturunkan karena arahnya kita ingin menumbuhkan penggunaan gas ini di industri," terang Eniya kepada CNBC Indonesia dalam program Economic Update, Selasa (8/7/2025).
Untuk menyeimbangkan bauran energi, pemerintah akan memasifkan penggunaan EBT. Dalam 10 tahun ke depan di dalam RUPTL akan ada tambahan pembangkit EBT sebanyak 42,6 Giga Watt (GW) atau 61% dari bauran energi nasional.
Lebih detail, dari seluruh jenis pembangkit EBT, sumber energi surya memiliki porsi yang cukup besar yakni 17,1 GW. Kemudian, disusul oleh Air sebesar 11,7 GW, Angin sebesar 7,2 GW, Panas bumi sebesar 5,2 GW, Bioenergi sebesar 0,9 GW, dan Nuklir sebesar 0,5 GW.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PLN Hemat Penggunaan Gas Untuk Pembangkit Listrik