BOGOR (Waspada.id): Kementerian Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi (Kemdiktisaintek) menegaskan pentingnya kolaborasi strategis dengan media untuk memperkuat literasi publik di bidang pendidikan tinggi dan inovasi riset nasional.
Sesdirjen Dikti Kemdiktisaintek, Prof. Setiawan, menyampaikan bahwa di tengah dinamika arus informasi yang makin cepat, akurat, dan menuntut transparansi, peran media menjadi sangat krusial dalam memastikan masyarakat memperoleh informasi yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan.
Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN
“Engagement dan kolaborasi strategis antara pemerintah dan insan media sangat diperlukan. Media adalah mitra utama pemerintah dalam memastikan informasi publik disampaikan secara jelas, berimbang, dan mudah diakses,” ujarnya saat membuka kegiatan Journalist Bootcamp Dikti 2025 di Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (6/12/2025).
Prof. Setiawan menambahkan bahwa dukungan media selama setahun terakhir telah membantu meningkatkan pemahaman publik terhadap kebijakan dan berbagai capaian pendidikan tinggi, terutama terkait inovasi dan transformasi digital. Ia berharap ruang dialog antara media dan Kemendiktisaintek terus terbuka, sehingga kualitas komunikasi publik kementerian dapat semakin ditingkatkan.
Staf ahli Wamendiktisaintek Gufron Amirullah mengatakan, pendidikan tinggi Indonesia sedang berada dalam fase transformasi menuju kampus berdampak. Pemerintah mendorong perguruan tinggi untuk memperkuat pembelajaran, riset, inovasi, serta pembangunan ekosistem keilmuan yang saling mendukung.
“Peningkatan kualitas SDM dan kolaborasi strategis, baik nasional maupun global, adalah kunci daya saing bangsa. Upaya ini membutuhkan dukungan publik, dan dukungan publik hanya terbangun melalui komunikasi yang baik. Di sinilah media menjadi jembatan antara kebijakan dan kepentingan masyarakat,” ungkapnya.
Ia menekankan bahwa hubungan antara Diktiristek dan media bukan hubungan transaksional, melainkan kemitraan berbasis kepercayaan, profesionalitas, dan komitmen membangun bangsa.
Direktur Kelembagaan Ditjen Dikti, Dr. Mukhamad Najib, memaparkan soal visi Indonesia Maju 2045 yang mensyaratkan peningkatan pendapatan per kapita hingga 30.000 USD per tahun. Kondisi itu hanya dapat dicapai melalui dua prasyarat utama yakni peningkatan proporsi highly skilled worker dan penguatan kapasitas inovasi nasional.
Saat ini, angka partisipasi kasar pendidikan tinggi Indonesia baru 32%, jauh di bawah beberapa negara ASEAN. Sementara proporsi lulusan sarjana yang dapat dikategorikan sebagai highly skilled worker baru sekitar 11%. Karena itu, pemerintah mendorong perluasan akses pendidikan, termasuk melalui optimalisasi peran KIP Kuliah dan reformasi tata kelola kampus.
Dalam aspek inovasi, Najib menjelaskan bahwa indeks inovasi Indonesia masih berada jauh di bawah negara-negara maju.
“Padahal, inovasi yang lahir dari kampus merupakan fondasi penting bagi industrialisasi dan pertumbuhan ekonomi,”paparnya.
Ia mencontohkan keberhasilan Universitas Bandar Lampung yang menerima pendanaan jutaan dolar untuk pengembangan mikrosatelit guna eksplorasi bulan—sebuah capaian besar yang belum banyak diketahui publik.
“Banyak inovasi luar biasa di kampus, tetapi tidak terpublikasi. Padahal publikasi yang baik akan memudahkan hilirisasi, meningkatkan kepercayaan, dan menghubungkan kampus dengan mitra industri,” jelasnya.
Najib juga menyoroti perlunya media untuk membantu menerjemahkan bahasa riset menjadi informasi yang lebih mudah dipahami publik. Hal ini sekaligus mengatasi dominasi narasi negatif di ruang publik yang seringkali menutupi capaian positif perguruan tinggi.
Ditambahkannya bahwa sinergi antara kampus dan media menjadi kunci untuk mendorong publikasi riset, memperluas dampak kebijakan, dan mendukung pengambilan keputusan berbasis data (evidence-based policy).
Selain itu, Kementerian tengah mempersiapkan langkah-langkah untuk mempermudah akses publik terhadap data pendidikan tinggi melalui PD Dikti, termasuk penomoran ijazah nasional untuk mencegah pemalsuan dan meningkatkan transparansi.
“Ketersediaan data yang mudah diakses akan memperkuat kepercayaan publik sekaligus membantu jurnalis dalam proses verifikasi,” ujar Najib.
Di sisi lain, Ditjen Diktiristek terus mendorong kampus untuk tidak hanya menghasilkan lulusan, tetapi juga memberikan solusi atas persoalan nyata di masyarakat. Contoh konkret antara lain KKN Literasi di berbagai daerah dan kolaborasi kampus dalam penanganan persoalan sampah di Jogja dan Bandung.
“Dengan narasi positif berbasis riset dan inovasi, kampus Indonesia diharapkan mampu memperkuat kontribusinya terhadap pembangunan nasional dan percepatan Indonesia Emas 2045,” ujar Najib.
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.




















































