Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten perdagangan batu bara PT Sumber Global Energy Tbk. (SGER) melaporkan telah menyelesaikan penerbitan salah satu surat utangnya. SGER telah menyelesaikan Penawaran Umum Obligasi Berkelanjutan I Sumber Global Energy Tahap II Tahun 2025 dengan jumlah pokok obligasi mencapai Rp283,11 miliar dan telah dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (16/10/2025).
Direktur Utama SGER Welly Thomas mengatakan, obligasi ini diterbitkan dalam dua seri. Pertama, Seri A dengan jumlah pokok obligasi sebesar Rp273,64 miliar dengan tingkat bunga tetap sebesar 10,00% per tahun, yang berjangka waktu 370 hari sejak tanggal emisi.
Kedua, seri B dengan jumlah pokok obligasi sebesar Rp 9,46 miliar dengan tingkat bunga tetap sebesar 10,75% per tahun, yang berjangka waktu dua tahun sejak tanggal emisi. Obligasi ini telah mendapat rating idA- (Single A minus; stable outlook) dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO).
"Dana yang diperoleh dari hasil Penawaran Umum seluruhnya akan digunakan untuk modal kerja," terang Welly dalam keterangan tertulisnya, Senin (17/10/2025).
Welly berharap, penerbitan obligasi ini mampu memperkuat struktur pembiayaan Perusahaan dan berdampak terhadap kinerja SGER di masa depan.
Saat ini, SGER terus melakukan diversifikasi bisnis dengan menjajaki peluang di sektor pengolahan (smelter) nikel dengan salah satu smelter di Indonesia Indonesia. Tahapan diskusi ini mengacu kepada rencana pembangunan fasilitas Converter Nickel Matte, di mana teknologi tersebut akan meningkatkan kadar nikel dari semula 20%-30% menjadi 65%-75%.
Teknologi tersebut disebut dapat meningkatkan harga jual nikel. Welly meyakini prospek industri nikel di Indonesia dengan kadar tinggi masih sangat menjanjikan. Itu didukung oleh meningkatnya permintaan global terhadap kendaraan listrik dan teknologi energi terbarukan. Terlebih, Indonesia sebagai salah satu produsen nikel terbesar dunia, memiliki posisi strategis dalam rantai pasok global.
"Serta masih adanya potensi besar untuk menarik investasi lebih lanjut di sektor pengolahan hilir nikel," pungkas Welly.
(ayh/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Batu Bara Bakal Capai Puncak Permintaan di 2030, Ini Strategi BUMI