Emas Diramal Ngamuk Lagi, Tembus US$ 5.000 Tahun 2026

1 hour ago 1

Jakarta, CNBC Indonesai - Harga emas global mencatat lonjakan tajam yang signifikan tahun ini. Dan kini, sebuah survei dari Goldman Sachs menunjukkan optimisme besar baru di kalangan investor institusional.

Mayoritas investor memprediksi logam mulia ini akan mencapai rekor tertinggi baru di level US$5.000 (Rp83,67 juta) per troy ounce. Ini setidaknya bisa terjadi pada akhir tahun 2026.

Perlu diketahui, sepanjang tahun ini, harga emas telah melonjak 58,6% year-to-date dan berhasil menembus level penting US$4.000 (Rp66,93 juta) untuk pertama kalinya pada 8 Oktober. Emas ditutup pada akhir pekan lalu di level tertinggi dua minggu, dengan harga spot naik 0,45% menjadi US$ 4,175.50 (Rp69,87 juta), didorong oleh harapan penurunan suku bunga bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed/Fed).

"Survei yang dilakukan Goldman Sachs antara 12-14 November terhadap lebih dari 900 klien investor institusional menunjukkan sentimen bullish yang kuat. Sebanyak 36% responden, memprediksi emas akan mempertahankan momentumnya dan melampaui level US$5.000 pada akhir tahun depan," tulis CNBC International, Senin (1/12/2025).

"Secara keseluruhan, lebih dari 70% investor institusional melihat harga emas akan naik tahun depan, sementara hanya 5% yang memprediksi harga akan turun kembali ke antara US$3.500 (Rp58,57 juta) dan US$4.000 (Rp66,93 juta)," tambahnya.

"Para investor secara luas, mulai dari pembeli ritel hingga hedge fund, telah beralih ke komoditas ini, yang secara tradisional dipandang sebagai aset safe-haven selama masa kekacauan."

Emas berfungsi sebagai lindung nilai (hedge) terhadap risiko inflasi, perpecahan geopolitik, dan depresiasi dolar. Bank sentral global juga aktif mengakumulasi emas, tertarik pada likuiditas tinggi, kurangnya risiko default, dan statusnya yang netral sebagai aset cadangan.

Dalam survei tersebut, ada dua pendorong utama kenaikan harga emas teridentifikasi. Sebanyak 38% responden menyoroti pembelian emas oleh bank sentral sementara 27% menyebutkan kekhawatiran fiskal sebagai pemicu utama.

Sementara itu, Kepala Strategi Pasar Blue Line Futures, Phil Streible, memprediksi tren bull run emas akan berlanjut ke tahun 2026. Karena prospek ekonomi global terus mendukung emas di tengah perlambatan pertumbuhan dan kenaikan inflasi di banyak negara.

"Prospek perekonomian global terus mendukung emas," kata Streible masih di laman yang sama, seraya menambahkan bahwa banyak negara terus menghadapi penurunan pertumbuhan dan kenaikan inflasi.


Investasi Industri Pertambangan

Merespons tren harga ini, beberapa investor juga mulai berinvestasi langsung pada industri penambangan. Stephen Yiu dari Blue Whale Capital dilaporkan bertaruh pada Newmont, penambang emas terbesar di dunia.

Selain itu, short seller ternama AS, Carson Block dari Muddy Waters Capital, mengambil posisi long langka pada penambang junior Kanada, Snowline Gold. Ia melihat perusahaan tersebut sebagai target pengambilalihan yang menarik di tengah meningkatnya konsolidasi sektor.

"Saya melihat perusahaan ini sebagai kandidat pengambilalihan yang menarik di sektor yang konsolidasinya sedang meningkat," kata Block.

(tps/șef)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |