Hujan deras yang mengguyur Kota Sigli, Kabupaten Pidie, Kamis (23/10) sore, semula disambut dengan rasa syukur oleh warga. Suara rintik di atap rumah dan kesejukan udara seolah menjadi berkah setelah cuaca terik yang melanda beberapa hari terakhir.
Namun, dalam waktu kurang dari satu jam, suasana berubah. Air mulai menggenangi jalan-jalan utama, menutup aspal hitam, dan membuat warga kembali berhadapan dengan masalah lama: drainase yang tersumbat.
Scroll Untuk Lanjut Membaca
IKLAN
Genangan di Pusat Kota
Sekitar pukul 14.30 WIB, air sudah tampak meninggi di beberapa titik pusat kota. Jalan Iskandar Muda, Jalan Perniagaan dan Perdagangan, hingga Jalan Prof. A. Masjid Ibrahim tampak seperti kolam memanjang. Di depan Zaki Kupi, tidak jauh dari Bundaran Tugu Aneuk Mulieng, air juga sempat tergenang dan hampir menyentuh badan jalan. Beberapa pengendara terpaksa menurunkan kecepatan, sementara sebagian lagi nekat menerobos, menyebabkan cipratan air ke toko-toko di tepi jalan.
“Sudah biasa, setiap hujan deras pasti seperti ini,” ujar Safwadi, 34, warga Kota Sigli, yang sehari-hari berjualan alat elektronik di Jalan Iskandar Muda. Ia menuturkan bahwa kondisi tersebut sudah berlangsung bertahun-tahun tanpa ada perbaikan berarti.
“Pemkab perlu segera menggali kembali tali air yang tersumbat. Di depan RS Mufid, banyak sampah yang sudah lama menumpuk dan membuat saluran buntu,” tambahnya.
Di sekitar DH Coffee di jalan lingkar kota, pemandangan serupa terjadi. Air bercampur lumpur mengalir perlahan, sementara pejalan kaki berusaha menyeberang dengan sepatu yang sudah basah kuyup. Tidak ada hujan yang bisa dinikmati dengan tenang bagi warga di sekitar kawasan itu.
Drainase Tersumbat
Kondisi ini bukan hal baru bagi masyarakat Sigli. Setiap musim hujan, genangan air selalu muncul di titik-titik yang sama. Menurut sejumlah warga, penyebab utamanya adalah saluran drainase yang dangkal dan tersumbat oleh sampah rumah tangga.
“Kalau diperhatikan, banyak got yang tertutup lumpur dan plastik. Kadang warga juga buang sampah sembarangan ke tali air karena malas jalan ke tempat pembuangan,” kata Rahmadi, 34, seorang penjual martabak telor. Ia mengaku sudah hafal kapan dan di mana genangan akan muncul. “Begitu awan hitam datang, saya langsung pindah mangkal ke tempat yang agak tinggi,” ujarnya sambil tertawa kecil.
Meski diucapkan dengan nada ringan, masalah ini telah menimbulkan dampak serius bagi warga. Air yang tergenang bukan hanya mengganggu kenyamanan, tetapi juga berpotensi merusak jalan dan mengundang penyakit. Di beberapa ruko, genangan yang tidak kunjung surut sering meninggalkan lumpur dan bau tidak sedap.
Pemkab Diharapkan Bergerak Cepat
Menanggapi kondisi ini, warga berharap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pidie segera mengambil tindakan nyata. Pembersihan drainase menjadi kebutuhan mendesak sebelum curah hujan semakin tinggi menjelang akhir tahun.
“Pemerintah harus lebih rutin melakukan pembersihan saluran air dan memperdalam got. Jangan tunggu banjir baru bertindak,” ungkap Firman,30, seorang pedagang makanan di kawasan Pasar Sigli. Ia mengaku dagangannya sering sepi setiap kali hujan karena pembeli enggan keluar rumah.
Sementara itu, seorang petugas kebersihan yang enggan disebut namanya mengatakan bahwa pihaknya sebenarnya sudah beberapa kali membersihkan got di kawasan padat kota, namun masalahnya selalu kembali karena sampah baru terus menumpuk setiap hari. “Kami bersihkan pagi ini, besok sudah penuh lagi. Kalau masyarakat tidak ikut menjaga, sulit,” ujarnya.
Lebih dari Sekadar Genangan
Hujan di Sigli hari itu reda menjelang sore. Matahari sempat menembus awan kelabu, memantulkan cahaya di permukaan air yang masih menggenang. Anak-anak terlihat bermain cipratan air, sementara pengendara mulai melintas hati-hati di jalan yang belum sepenuhnya kering.
Di balik pemandangan itu, terselip ironi sebuah kota kecil yang masih berjuang menata saluran airnya di tengah gempuran modernisasi. Kota Sigli, yang dikenal dengan kehangatan warganya dan suasana pesisirnya yang tenang, kini dihadapkan pada tantangan klasik: infrastruktur dasar yang tertinggal dari kebutuhan masyarakat.
Drainase bukan sekadar urusan teknis, tapi juga cerminan bagaimana kota ini dikelola dan dirawat. “Kalau saluran air bersih dan lancar, bukan hanya banjir yang terhindar, tetapi juga wajah kota jadi lebih indah,” tutur Safwadi, menatap genangan di depan tokonya yang perlahan surut.
Harapan di Tengah Genangan
Hujan sore itu akhirnya berhenti. Langit Sigli berubah jingga, meninggalkan sisa air di tepi jalan yang perlahan mengalir ke selokan kecil. Namun, bagi banyak warga, genangan itu lebih dari sekadar air, ia adalah pesan diam tentang perlunya perubahan, perawatan, dan kepedulian bersama.
Karena di kota kecil ini ( Sigli-red), setiap tetes hujan masih menjadi ujian antara alam yang memberi berkah dan manusia yang lupa menata jalannya.
Muhammad Riza
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.