Dialog Lintas Agama Tawarkan Model Kerukunan Ekologis

1 week ago 13
Nusantara

6 Desember 20256 Desember 2025

Dialog Lintas Agama Tawarkan Model Kerukunan Ekologis Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan bahwa perilaku merusak alam tak hanya melanggar aturan hukum, tetapi juga bertentangan dengan nilai keimanan.

Ukuran Font

Kecil Besar

14px

JAKARTA(Waspada.id): Indonesia menegaskan posisinya sebagai laboratorium kerukunan dunia dengan mengusung konsep ecoteology atau ekoteologi. Gagasan ini menempatkan relasi manusia dan alam sebagai bagian tak terpisahkan dari tanggung jawab keagamaan.

Hal itu tertuang dalam Dialog Kerukunan Lintas Agama yang digelar Kementerian Agama RI bersama Muslim World League (MWL) di Auditorium KH. M. Rasjidi, Jakarta, Sabtu (6/12/2025).

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Lebih dari 350 peserta menghadiri dialog ini, termasuk pejabat Kemenag, tokoh lintas agama, akademisi, hingga komunitas keagamaan. Isu lingkungan menjadi sorotan kuat, terlebih setelah serangkaian bencana melanda wilayah Sumatra dan kembali mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem.

Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan bahwa perilaku merusak alam tak hanya melanggar aturan hukum, tetapi juga bertentangan dengan nilai keimanan. Menurutnya, tanggung jawab moral setiap pemeluk agama mencakup kewajiban menjaga bumi.

“Tidak mungkin seseorang mengaku beriman secara utuh jika masih merusak lingkungan,” ujarnya.

Nasaruddin menambahkan bahwa ekoteologi yang ia gagas semakin relevan di tengah meningkatnya krisis ekologis. Kerukunan umat beragama, katanya, tidak mungkin tegak di atas lingkungan yang rusak karena stabilitas sosial, kenyamanan beribadah, hingga kesejahteraan masyarakat ikut terganggu.

Sekretaris Jenderal MWL Mohammed bin Abdulkarim Al-Issa mengapresiasi langkah Indonesia mengangkat isu ekoteologi ke forum internasional. Ia menyebut kerusakan alam sebagai ancaman universal yang dirasakan semua kelompok agama.

“Ketika banjir atau kerusakan ekosistem terjadi, tidak ada satu pun kelompok agama yang terbebas dari dampaknya,” kata Al-Issa. Ia menilai ekoteologi sebagai terobosan penting dalam percakapan global mengenai keberlanjutan.

Tokoh Lintas Agama Paparkan Ajaran Ekologis dalam Tradisi Masing-Masing

Sejumlah pemuka agama hadir memberikan pandangan, antara lain Lukman Hakim Saifuddin, Philip Kuntojo Widjaja, Christophorus Tri Harsono, Jacklevyn Frits Manupatty, Xueshi Budi Santoso Tanuwiibowo, I Ketut Budiasa, dan KH Marsudi Syuhud. Hadir pula akademisi sekaligus Anggota Tim Penasihat Menteri Agama, Amany Lubis.
Mereka memaparkan ajaran ekologis dari berbagai tradisi keagamaan, mulai dari amanah menjaga bumi dalam Islam, konsep stewardship dalam Kristen, Tri Hita Karana dalam Hindu, welas asih kepada seluruh makhluk dalam Buddha, nilai harmoni dalam Khonghucu, hingga kearifan lokal Nusantara seperti memayu hayuning bawana.

Dialog ini menyepakati bahwa kerukunan umat beragama perlu diperluas menjadi kerukunan ekologis, yaitu keselarasan manusia dengan sesama dan dengan alam. Melalui konsep ekoteologi, Indonesia menawarkan model kerukunan baru yang menggabungkan spiritualitas, etika publik, dan pemeliharaan lingkungan.

Kerja sama antara Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Kemenag dan Muslim World League disebut sebagai langkah strategis untuk membawa gagasan ini ke tingkat global, sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai pelopor dialog dan kerukunan dunia.(id11)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |