BPBD Pidie Butuh Tambahan 10 Mobil Tangki Dan 10 Damkar

6 hours ago 3
Aceh

8 Desember 20258 Desember 2025

BPBD Pidie Butuh Tambahan 10 Mobil Tangki Dan 10 Damkar Kepala Pelaksana BPBD Pidie meninjau kondisi pemukiman warga yang masih tertutup lumpur pascabanjir, Minggu (7/12) Waspada. Id/ Muhammad Riza

Ukuran Font

Kecil Besar

14px

SIGLI (Waspada.id): Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pidie, Muhammad Rabiul, Minggu, (7/12) menyatakan bahwa wilayah Pidie kini menghadapi krisis air bersih yang semakin serius pascabanjir bandang dan longsor yang melanda sejumlah kecamatan selama sepekan terakhir.

Untuk mempercepat penanganan darurat, BPBD mendesak bantuan 10 unit mobil tangki air dan 10 mobil pemadam kebakaran (Damkar) dari Pemerintah Aceh maupun Pemerintah Pusat.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Rabiul menjelaskan, mobil tangki air dibutuhkan untuk distribusi air bersih ke seluruh titik terdampak yang kini kekeringan total. Sementara mobil pemadam kebakaran diperlukan untuk penyemprotan lumpur yang masih menumpuk di berbagai lokasi serta penyiraman jalan yang telah dibersihkan namun kini dipenuhi debu tebal, yang berpotensi memicu meningkatnya kasus ISPA.

“Ancaman ISPA sangat nyata. Debu di jalan-jalan yang sudah kering sangat pekat. Kami imbau warga memakai masker,” tegasnya.

Fokus Penanganan Darurat

Dalam masa tanggap darurat ini, BPBD bersama pemerintah daerah, TNI/Polri, relawan, dan unsur lain memprioritaskan, pembersihan jalur akses logistik, pembukaan wilayah yang terisolasi, distribusi air bersih dan suplai dapur umum

Penanganan kebutuhan dasar pengungsi, Pembersihan fasilitas umum, sosial, dan rumah ibadah, Koordinasi terpadu lintas sektor, Pemutakhiran data dan informasi harian. Selain itu, BPBD juga memfasilitasi evakuasi warga Pidie yang terdampak di Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tamiang, serta mempercepat evakuasi kelompok pengungsi dari Pameu, Aceh Tengah, menuju Banda Aceh.

Masih Tertimbun Lumpur

Dijelaskan Rabiul, jalan utama antar kecamatan kini sudah bisa dilalui kendaraan. Namun, jalan-jalan kampung dan lingkungan permukiman masih dipenuhi lumpur tebal, menyulitkan mobilitas warga dan distribusi bantuan. Bahkan di beberapa titik, setelah lumpur dibersihkan muncul masalah baru berupa debu pekat, terutama di ruas Kembang Tanjong, Mutiara Timur, dan Mutiara.

“Jalan Beureunuen–Kembang Tanjong sepanjang sekitar 12 kilometer masih dipenuhi lumpur dan material banjir. Rumah dan persawahan warga juga banyak yang tertimbun,” ungkapnya.

Ia menyebutkan, akses wilayah terisolasi dapat dibuka dalam dua hari sejak 26 November 2025, namun kondisi kerusakan di lapangan sampai saat ini masih berat.

Pengungsi Mandiri Butuh Perhatian

Rabiul menambahkan, jumlah pengungsi mandiri di Kabupaten Pidie masih sangat tinggi. Mereka tidak menetap di meunasah atau pos pengungsian, tetapi memilih bertahan di rumah masing-masing meskipun tanpa sumber pangan yang memadai.

Selain itu, berbagai sumber mata pencaharian warga hilang akibat bencana, mulai dari petani, pedagang kecil, hingga nelayan. Banyak kios kecil rusak, rak dagangan terseret arus, dan sawah tertimbun material banjir.

“Sumber makanan banyak yang rusak. Sawah hancur. Warga selamat, tetapi jangan sampai mereka celaka hanya karena tidak ada makanan,” harap Rabiul meminta perhatian lebih dari pemerintah.(id69)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |