Bikin Bertanya-tanya, Harga Emas Kok Sekarang Diam di Tempat?

2 weeks ago 13

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas kini nyaris diam di tempat. Pergerakan harga emas sudah tak lagi liar jelang rilis data pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) Amerika Serikat (AS).

Pada perdagangan Rabu (26/2/2025), harga emas dunia di pasar spot menguat tipis 0,04% di level US$2.916,19 per troy ons. Penguatan ini memang sangat tipis tetapi tetap menjadi kabar baik setelah harga emas ambruk pada Selara.

Pada perdagangan hari ini Kamis (27/2/2025) hingga pukul 06.18 WIB, harga emas dunia di pasar spot nyaris tidak bergerak dan melemah sangat tipis yakni 0,005% ke US$ 2916,02.

Harga emas menguat tipis pada  Rabu setelah reli rekor baru-baru ini, sementara investor menanti data inflasi yang akan dirilis akhir pada pekan ini dan perkembangan terbaru rencana tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Pada Selasa, Trump memerintahkan penyelidikan terhadap potensi tarif baru pada impor tembaga untuk membangun kembali produksi logam AS yang penting bagi kendaraan listrik, perangkat keras militer, jaringan listrik, dan banyak barang konsumen.

"Tren bullish emas masih berlangsung, Kami tidak terkejut dengan pergerakan konsolidasi emas menjelang beberapa data penting," ujar David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures, kepada Reuters.

Fokus investor juga tertuju pada laporan Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) AS, pengukur inflasi yang menjadi pertimbangan utama bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed), yang akan dirilis pada hari Jumat.

Tekanan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan dapat menunda pemotongan suku bunga lebih lanjut, yang sudah diperhitungkan; emas adalah salah satu lindung nilai utama terhadap tekanan inflasi tersebut, jadi emas akan naik lebih tinggi.

Bank sentral AS menahan suku bunga pada Januari 2025 setelah menurunkan suku bunga tiga kali beruntun pada tahun sebelumnya, yang berarti total pemotongan sebesar 75 basis poin.

Pasar uang saat ini memperkirakan 54 bps pemotongan suku bunga The Fed IRPR pada akhir tahun, yang menyiratkan dua langkah pelonggaran sebesar 25 bps dan sekitar 20% peluang pemotongan tambahan.

"Perilaku bank sentral akan menjadi kunci bagi nasib emas, karena mereka telah menjadi elemen penting bagi permintaan dalam beberapa tahun terakhir," menurut catatan Frank Watson, analis pasar di Kinesis Money.


CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |