Jakarta, CNBC Indonesia - Jepang melakukan evakuasi besar-besaran ratusan penduduknya di wilayah Ofunato, utara Iwate, Rabu. Peristiwa itu terjadi setelah kebakaran hutan besar melanda, membuat satu orang tewas dan 80 lebih bangunan rusak.
Rekaman udara dari penyiar publik NHK menunjukkan bagaimana api membakar hangus area tersebut. Mengutip AFP, helikopter militer dikerahkan untuk mencoba memadamkan api.
"Satu mayat yang terbakar ditemukan dan dibawa ke kantor polisi terdekat," tegas seorang pejabat polisi setempat, dikutip Kamis (27/2/2025).
"Hampir 600 penduduk sekitar telah dievakuasi," tambah pemerintah kota Ofunato.
Sementara itu, Wali Kota Ofunato, Kiyoshi Fuchigami, menggambarkan kebakaran itu sebagai "skala besar". Sekitar 600 hektar lahan, tiga kali negara Monaco, telah terbakar.
"Penyebab kebakaran masih belum diketahui," ujarnya.
Ada sekitar 1.300 kebakaran hutan di seluruh Jepang pada tahun 2023. Rata-rata terkonsentrasi pada periode Februari hingga April ketika udara mengering dan angin bertiup kencang.
Ofunato hanya mengalami curah hujan 2,5 milimeter (0,1 inci) bulan ini. Ramalam memperkirakan curah hujan bakal menembus rekor terendah sebesar 4,4 milimeter pada tahun 1967.
Tahun lalu sendiri adalah tahun terpanas di Jepang sejak pencatatan dimulai. Hal ini juga dialami banyak negara dunia lain karena perubahan iklim.
"Dalam kasus kebakaran terakhir di Iwate, angin kencang dari barat turut menyebarkan serangkaian kebakaran hutan kecil di area yang sama," kata Fuchigami.
Sementara itu, seorang pengungsi, wanita berusia 45 tahun, memberi tahu NHK bahwa api telah mendekati rumahnya saat ia kembali dari tempat kerja. "Saya lega karena anak-anak saya selamat," katanya.
Seorang lainnya, seorang pria berusia 32 tahun, memberi tahu penyiar bahwa ini adalah pertama kalinya, ia melihat serangkaian kebakaran terjadi. "Secara berurutan dengan cepat," ujarnya.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Presiden Trump Kunjungi Lokasi Kebakaran di California
Next Article Video: September 2024, Jepang Melanjutkan Deflasi 2,5%