Perdana! Inalum Terima Alumina dari Proyek SGAR Mempawah

5 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), baru saja resmi menerima 21.467 metrik ton (MT) alumina dari pengiriman perdana alumina di Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah, Kalimantan Barat, pada hari ini, Selasa (29/4/2025), di pabrik aluminium Inalum di Kuala Tanjung, Sumatera Utara.

Direktur Utama Inalum Ilhamsyah Mahendra mengatakan, pencapaian ini menjadi langkah penting dalam penguatan rantai pasok aluminium terintegrasi, mulai dari bauksit ke alumina hingga menjadi aluminium.

Selain itu, hal ini juga sebagai wujud dari percepatan hilirisasi industri strategis berbasis sumber daya alam dalam negeri sesuai dengan Asta Cita pemerintahan Presiden Prabowo.

Prosesi simbolik ini dilakukan dengan penekanan tombol unloader alumina, sebagai simbol dimulainya operasi rantai hilirisasi nasional secara penuh.

"Pengiriman perdana alumina dari SGAR ke Inalum adalah jalan untuk mewujudkan kemandirian aluminium nasional. Hari ini, kita menyaksikan hasil kerja keras selama bertahun-tahun untuk menghadirkan nilai tambah di dalam negeri," ucapnya saat seremoni penerimaan alumina perdana di Kuala Tanjung, Sumatera Utara, Selasa (29/4/2025).

Dia mengatakan, proyek SGAR1 PT Borneo Alumina Indonesia di Mempawah, memiliki kapasitas produksi hingga 1 juta ton alumina per tahun. Proyek ini dirancang untuk mendukung pengolahan bauksit domestik secara mandiri.

Dari 1 juta ton alumina yang dihasilkan, 500.000 MT akan digunakan oleh Inalum sebagai bahan baku utama produksi aluminium. Sedangkan 500.000 MT lainnya akan dialokasikan untuk memenuhi permintaan pasar.

Di samping itu, dampak berganda proyek SGAR juga mampu membawa dampak positif bagi Kabupaten Mempawah. Selain penyerapan tenaga kerja, juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

Dari data BPS, adanya peningkatan produk domestik regional bruto menjadi 6,62% di tahun 2024, naik sekitar 2,5% sejak tahun 2021. SGAR juga berpotensi menghentikan masuknya 56% aluminium impor guna memenuhi kebutuhan domestik, sehingga pemerintah dapat menghemat devisa sekitar US$ 3,5 miliar setiap tahunnya.

Inalum sebagai smelter aluminium satu-satunya milik BUMN di Indonesia, kini memasuki fase strategis untuk menjawab kebutuhan nasional, mulai dari sektor konstruksi, kelistrikan, industri kendaraan listrik dan lainnya.

Perlu diketahui, Inalum dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) kini bekerja sama dan memiliki perusahaan patungan PT Borneo Alumina Indonesia (BAI). PT BAI mengoperasikan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) bauksit menjadi alumina di Mempawah, Kalimantan Barat.

Proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) fase 1 yang memiliki kapasitas produksi alumina hingga sebesar 1 juta ton per tahun ini telah resmi dilakukan injeksi bauksit perdana oleh Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) pada 24 September 2024 lalu.

Adapun kebutuhan investasi untuk fase 1 ini diperkirakan menelan Rp 16 triliun. Bila smelter ini beroperasi penuh, maka bisa mengurangi impor alumina sebesar 1 juta ton per tahun.

Proyek SGAR Fase 1 ini nantinya menghubungkan rantai pasokan antara mineral bijih bauksit di Kalimantan Barat yang di produksi PT Aneka Tambang Tak (ANTM) dan smelter aluminium Inalum di Kuala Tanjung, Sumatera Utara.

Proyek SGAR direncanakan akan terbagi ke dalam 2 fase dengan total estimasi biaya investasi sebesar US$ 1,7 miliar.

Proyek SGAR Fase 2 merupakan ekspansi dari Proyek SGAR Fase 1 yang juga akan berlokasi di Mempawah, Kalimantan Barat dan juga akan memiliki kapasitas produksi alumina hingga sebesar 1 juta ton per tahun dengan target operasi pada 2028.

Melalui pengoperasian Proyek SGAR Fase 1 dan Fase 2, produksi alumina domestik akan meningkat menjadi sebesar 2 juta ton per tahun dengan penyerapan mineral bijih bauksit hingga mencapai 6 juta ton per tahun.

Hal ini sejalan dengan rencana aksi korporasi Inalum dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi aluminiumnya hingga mencapai 900.000 ton per tahun.

Smelter aluminium Inalum saat ini memiliki kapasitas produksi aluminium hingga sebesar 275.000 ton per tahun yang seluruhnya diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan aluminium domestik.

Namun kebutuhan aluminium dalam negeri saat ini mencapai 1,2 juta ton per tahun dan sejak tahun 2018 hingga tahun 2023, pemenuhan aluminium dalam negeri masih didominasi oleh produk impor dengan porsi impor sebesar 56% dan pasokan dari Inalum sebesar 44% pada tahun 2023.


(wia)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Inalum Dorong Kolaborasi di Fastmarkets Bauxite & Alumina

Next Article Bos MIND ID Beberkan Hasil Nyata Hilirisasi, Tak Perlu Impor!

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |