Jakarta, CNBC Indonesia - Ilmuwan di China menemukan puluhan virus baru yang belum pernah teridentifikasi sebelumnya di kelelawar yang tinggal dekat permukiman warga. Dua di antaranya memiliki kemiripan dengan virus Nipah dan Hendra, dua patogen mematikan yang bisa menyebabkan peradangan otak dan gangguan pernapasan serius pada manusia.
Temuan yang dipublikasikan pada 24 Juni 2025 di jurnal PLOS Pathogens ini menyoroti pentingnya memantau hewan liar seperti kelelawar yang hidup berdampingan dengan manusia, sekaligus meminimalkan kontak langsung dengan mereka.
Seperti diketahui, kelelawar dikenal sebagai inang alami berbagai patogen yang berpotensi menular ke manusia.
Namun sejauh ini, penelitian lebih banyak fokus pada sampel kotoran kelelawar karena lebih mudah dikumpulkan. Sayangnya, metode itu hanya mengungkap virus yang keluar melalui feses, bukan keseluruhan virus yang mungkin bersarang di organ dalam.
Dalam studi ini, tim peneliti yang dipimpin oleh Yun Feng dari Yunnan Institute of Endemic Disease Control and Prevention mengambil sampel ginjal dari 142 kelelawar dari 10 spesies berbeda di Provinsi Yunnan. Hasil sekuensing genetik menunjukkan adanya 22 jenis virus, 20 di antaranya belum pernah ditemukan sebelumnya.
Mereka juga mengidentifikasi satu jenis parasit protozoa baru dan dua jenis bakteri, salah satunya merupakan spesies baru dalam dunia sains.
Virolog dari University of Sydney dan salah satu penulis studi, Edward Holmes menjelaskan, fokus pada ginjal penting karena organ ini berkaitan dengan ekskresi virus melalui urin. Urin kelelawar bisa menjadi salah satu jalur penularan ke manusia.
"Dulu, penyebaran awal virus Nipah ke manusia terjadi saat kelelawar buang air kecil di wadah penampung getah pohon kurma," kata Holmes, dikutip dari Live Science di Jakarta, Selasa (1/7/2025).
Karena kelelawar dalam studi ini tinggal dekat kebun buah yang juga berada tak jauh dari perkampungan, ada risiko buah yang terkontaminasi bisa menularkan patogen ke hewan ternak atau manusia. Meski dua virus baru ini mirip dengan Nipah dan Hendra (yang tergolong henipavirus), Holmes menegaskan belum ada alasan untuk khawatir.
"Virus-virus ini belum ditemukan pada manusia dan tidak ada bukti bahwa mereka bisa menginfeksi manusia," ujarnya. "Secara teori memang bisa berbahaya, tapi selama belum ada kasus pada manusia, belum ada alasan untuk panik," ujarnya menambahkan.
Ia juga menegaskan pentingnya melakukan pemantauan rutin terhadap hewan liar seperti kelelawar, serta mengawasi masyarakat yang tinggal berdekatan dengan habitat hewan tersebut. Ini penting, kata ia, agar potensi wabah bisa dideteksi lebih awal sebelum menyebar luas.
"Antarmuka antara manusia dan hewan yang makin terbuka inilah yang kerap memicu pandemi," ujar Holmes. "Pandemi selalu berkaitan dengan bagaimana manusia mengganggu keseimbangan alam. Pengawasan yang lebih baik adalah kunci utama," tegasnya.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Daftar Negara yang Masih Mengonsumsi Daging Kucing