Viral Diganggu Preman-Disorot Media Asing, Investasi BYD Lanjut Nggak?

3 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia -  Rencana pembangunan pabrik mobil listrik asal China, BYD, di Subang, Jawa Barat dilaporkan sempat terganggu oleh aksi preman organisasi masyarakat (ormas).  Hal ini meresahkan investor yang sudah menanamkan modalnya di Indonesia.

Lalu, apakah pabrik BYD di negara lain mendapat gangguan serupa?

"Ini yang saya mesti cek sih kalau di negara lain. Untuk di Indonesia sementara ini semuanya berjalan lancar," kata Head of Marketing PR and Government Relation BYD Motor Luther T Panjaitan di Jakarta, Selasa (6/5/2025).

"Ya sebenarnya terkait Ormas, pada dasarnya sampai saat ini proses pembangunan pabrik kita itu berjalan dengan lancar. Berjalan dengan lancar karena ada kesan bahwa itu menghalangi," sebut Luther.

Dia menambahkan, perusahaan telah mengambil langkah penyelesaian yang dibutuhkan.

"Tapi ya dinamika di lapangan sebetulnya sampai saat ini kita sudah bisa selesaikan dengan tarif dan kesesuaian dengan standar pengembangan pabrik yang kita sudah lakukan. Jadi tidak terlalu banyak ada masalah saat ini dan kita saat ini fokus kepada penyelesaian pabrik tersebut sesuai," lanjutnya.

Sebagai informasi, kabar adanya aksi preman ormas yang mengganggu investasi BYD sebelumnya diungkapkan Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno dalam unggahan di akun Instagram miliknya.

Dalam unggahan video kegiatan kunjungannya ke pabrik produsen mobil listrik China, BYD, di Shenzen China, Eddy mengungkapkan, rencana investasi BYD membangun pabrik di Subang, Jawa Barat, Indonesia sempat terganggu akibat aksi premanisme ormas.

Dia pun meminta pemerintah turun tangan dan menindak tegas aksi koboi preman ormas. Karena pada ujungnya akan dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan pemerintah capai 8%.

Kabar ini menjadi viral dan sorotan banyak pihak, termasuk para menteri Kabinet Merah Putih dan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.

Bahkan, hal ini menjadi sorotan media asing, South China Morning Post. Dalam artikel berjudul "Indonesia's EV revolution held hostage by 'preman' gangster problem' yang diterbitkan 4 Mei 2025 itu disebutkan, mimpi Indonesia hendak jadi raja kendaraan listrik di Asia Tenggara harus berhadapan dengan musuh bebuyutan, yaitu preman.

Selain menyoroti pernyataan Eddy Soeparno, artikel itu juga menyoroti pernyataan Moeldoko yang mengungkapkan gangguan premanisme yang juga dialami VinFast. Pabrikan asal Vietnam ini juga tengah membangun pabrik mobil listrik di Indonesia.

South China Morning Post kemudian membeberkan akar munculnya premanisme di Indonesia. Dan bagaimana Indonesia harus berhadapan dengan premanisme, termasuk potensi strategi yang akan diambil pemerintah.

"Bagi negara yang ingin jadi pusat manufaktur kendaraan listrik terkemuka, pertanyaannya adalah dapatkah pemerintah mengekang preman tanpa membuat kesepakatan?," demikian South China Morning Post menutup artikel tersebut, dikutip Selasa (6/5/2025).

Menperin Geram, Cemas Preman Bikin Investor Kabur

Tindakan premanisme yang mengganggu investasi terutama di manufaktur membuat Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita geram. Aksi ancaman hingga pemerasan kerap dilakukan ormas bisa membuat investor kabur.

"Premanisme memang nggak boleh terjadi, karena itu pasti akan mengganggu upaya kita untuk menciptakan investment climate yang bagus, yang baik. Jadi, pemerintah sudah mempunyai komitmen untuk memberantas premanisme yang terjadi di lapangan," katanya dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI, beberapa waktu lalu.


(dce/dce)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Pergelaran Otomotif Shanghai Kukuhkan Status EV Pabrikan China

Next Article Video: China Jajah Pasar Mobil EV Indonesia

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |