Sudah Berlangsung 700 Tahun: Ini Sejarah, Pengertian-Tata Cara Konklaf

4 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Vatikan bersiap menyambut ritual penting dan akbar untuk memilih Paus baru. Tradisi konklaf untuk memilih Paus baru akan digelar diKapelSistine mulai Kamis, (7/5/2025).

Paus baru akan dipilih untuk menggantikan Paus Fransiskus.

Vatikan telah memulai persiapan untuk memilih Paus baru. Hal ini ditandai dengan pemasangan cerobong asap khusus konklaf di Kapel Sistina, Jumat (2/5/2025) waktu setempat.

Konklaf adalah sebuah pertemuan tertutup yang diadakan oleh para kardinal Gereja Katolik untuk memilih seorang paus baru.

FILE - In this photo from files taken on April 18, 2005 and released by the Vatican paper L'Osservatore Romano, Cardinals walk in procession to the Sistine Chapel at the Vatican, at the beginning of the conclave. (Osservatore Romano via AP, File)Foto: AP/Uncredited
FILE - In this photo from files taken on April 18, 2005 and released by the Vatican paper L'Osservatore Romano, Cardinals walk in procession to the Sistine Chapel at the Vatican, at the beginning of the conclave. (Osservatore Romano via AP, File)

Kata "konklaf" sendiri berasal dari bahasa Latin yang berarti "terkunci bersama," menggambarkan keadaan para kardinal yang dikunci secara fisik di dalam suatu ruang agar proses pemilihan berlangsung secara rahasia dan bebas dari pengaruh luar.

Proses konklaf dimulai setelah jabatan Paus kosong, biasanya karena wafat atau pengunduran diri paus sebelumnya. Para kardinal yang berhak memilih, yaitu mereka yang berusia di bawah 80 tahun, dikumpulkan di Vatikan dan dibawa ke Kapel Sistina. Di sana, mereka tinggal terpisah dari dunia luar selama masa pemilihan berlangsung.

Selama konklaf, para kardinal melakukan pemungutan suara secara rahasia.

Setiap kardinal menuliskan nama calon paus pilihan mereka di sebuah surat suara. Agar seorang calon terpilih menjadi paus, ia harus memperoleh suara mayoritas dua pertiga dari seluruh pemilih. Jika tidak ada yang memenuhi syarat, pemungutan suara akan diulang beberapa kali dalam sehari hingga akhirnya muncul kesepakatan.

Menurut website vatikan Vatican.va - The Apostolic Constitution "Universi Dominici Gregis" (1996)yang tertulis "Para kardinal pemilih harus mendedikasikan diri mereka untuk doa, meditasi, dan pertobatan, guna mempersiapkan diri dengan baik untuk pemilihan Paus Agung." - Universi Dominici Gregis, Pasal 9 yang dalam prosesi konklaf ini para kardinal juga melakukan puasa bentuk persiapan rohani dan permohonan bimbingan saat menjalani prosesi doa dan refleksi. Tanda dari hasil pemungutan suara ini biasanya terlihat dari asap yang keluar dari cerobong Kapel Sistina: asap hitam menandakan belum ada keputusan, sementara asap putih mengumumkan bahwa paus baru telah terpilih.

Setelah paus terpilih mengumumkan kesediaannya untuk menerima jabatan, dia akan muncul di balkon Basilika Santo Petrus untuk memberikan berkat pertama sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik.

Kardinal Joao Braz de Aviz tiba untuk menghadiri pertemuan jemaat umum menjelang konklaf untuk memilih paus berikutnya di Roma, Italia, Senin (5/5/2025). (REUTERS/Stoyan Nenov)Foto: Kardinal Joao Braz de Aviz tiba untuk menghadiri pertemuan jemaat umum menjelang konklaf untuk memilih paus berikutnya di Roma, Italia, Senin (5/5/2025). (REUTERS/Stoyan Nenov)
Kardinal Joao Braz de Aviz tiba untuk menghadiri pertemuan jemaat umum menjelang konklaf untuk memilih paus berikutnya di Roma, Italia, Senin (5/5/2025). (REUTERS/Stoyan Nenov)

Sejarah Konklaf

Proses pemilihan Paus yang dikenal sebagai konklaf bukan sekadar tradisi, tetapi hasil dari sejarah panjang Gereja Katolik yang pernah diwarnai krisis dan ketegangan politik.

Awal mula sistem konklaf modern dapat ditelusuri ke abad ke-13. Pada tahun 1268, setelah wafatnya Paus Klemens IV, para kardinal mengalami kebuntuan selama hampir tiga tahun dalam memilih pengganti. Proses yang berlangsung di kota Viterbo, Italia, itu menciptakan keresahan di kalangan warga dan otoritas setempat.

Dalam upaya mendorong percepatan keputusan, penduduk setempat mengambil langkah drastis: para kardinal dikunci di dalam ruangan, jatah makanan mereka dikurangi, bahkan atap bangunan tempat mereka berkumpul dibongkar. Tindakan ekstrem ini akhirnya berhasil memaksa para kardinal mencapai konsensus.

Belajar dari pengalaman itu, Paus terpilih berikutnya, Gregorius X, menetapkan aturan resmi mengenai proses pemilihan Paus dalam Konsili Lyon II pada tahun 1274. Ia memformalkan sistem konklaf sebagai prosedur wajib, lengkap dengan larangan komunikasi eksternal dan pembatasan fasilitas jika pemilihan berlangsung terlalu lama.

Sejak saat itu, proses konklaf terus mengalami penyempurnaan. Berbagai Paus dari abad ke-20 hingga sekarang telah memperbarui aturan-aturan ini, termasuk pembatasan usia kardinal pemilih dan pengamanan sistem pemungutan suara.

Konklaf tidak hanya menjadi proses administratif, tetapi juga peristiwa spiritual yang sakral. Melalui sistem ini, Gereja Katolik berupaya menjaga kemurnian dan kesatuan dalam memilih pemimpinnya yang baru seorang Paus yang dipercaya membimbing umat Katolik di seluruh dunia.

Hasil pemungutan suara diumumkan melalui cerobong asap lalu asap putih menandakan bahwa Paus baru telah terpilih, sementara asap hitam berarti pemilihan belum menghasilkan keputusan.

Proses konklaf berlangsung di Gereja Sistina.

Sejak 1878, gereja ini telah menjadi lokasi utama pemilihan Paus, sebuah proses yang dilakukan dengan suara para kardinal untuk memilih pemimpin baru Gereja Katolik. Proses konklaf yang berlangsung diam-diam di dalam gereja ini selalu menarik perhatian dunia.

CNBC IINDONESIA
[email protected]

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |