Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menegaskan bahwa setiap kapal tanker yang melintas di perairan yang digunakan untuk mengangkut minyak berstatus sanksi, termasuk rute pelayaran di sekitar Venezuela-Iran atau jalur lain yang diawasi Washington, akan dikenai sanksi berat.
Peringatan itu disampaikan setelah AS menyita sebuah kapal tanker yang masuk daftar sanksi di lepas pantai Venezuela, langkah yang langsung mengerek harga minyak dan memperburuk ketegangan dengan Caracas.
"Kami baru saja menyita sebuah kapal tanker di lepas pantai Venezuela, kapal besar, sangat besar. Yang terbesar, sebenarnya," kata Trump pada Rabu waktu setempat, seperti dikutip AFP, Kamis (11/12/2025).
Saat ditanya apa yang akan terjadi dengan minyak tersebut, Trump menjawab "kita akan menyimpannya, kurasa,".
Venezuela bereaksi keras atas keputusan Trump. Pemerintahan Presiden Nicolas Maduro menuduh langkah AS sebagai "pencurian terang-terangan" dan "pembajakan internasional".
Caracas memastikan akan "membela kedaulatan dan sumber daya nasional dengan tekad mutlak" serta akan membawa kasus ini ke badan-badan internasional.
Sebenarnya, AS belum mengumumkan secara resmi nama kapal yang disita. Namun firma keamanan maritim Inggris, Vanguard, mengatakan kapal tanker Skipper diyakini menjadi target operasi.
Kapal tersebut sebelumnya bernama Adisa dan pernah dijatuhi sanksi oleh Washington karena keterlibatannya dalam perdagangan minyak Iran. Data TankerTrackers menunjukkan Skipper memuat sekitar 1,1 juta barel minyak Merey dari pelabuhan Jose sebelum disita.
Operasi penyitaan dilakukan oleh FBI, Departemen Keamanan Dalam Negeri, Penjaga Pantai, dan unsur militer AS. Jaksa Agung AS Pam Bondi mengunggah video berdurasi 45 detik yang memperlihatkan dua helikopter dan personel bersenjata turun ke kapal.
Harga minyak dunia langsung bergerak naik. Brent bertambah 0,4% menjadi US$62,21 per barel, sementara WTI naik 0,4% ke US$58,46 per barel. Analis Commodity Context, Rory Johnston, mengatakan penyitaan ini menambah hambatan pasokan global.
"Ini hambatan geopolitik lain yang menghantam ketersediaan pasokan spot," ujarnya. Namun ia menilai dampaknya tidak mengubah kondisi fundamental secara drastis.
Di sisi lain, Venezuela tetap mengekspor lebih dari 900.000 barel per hari bulan lalu, level bulanan tertinggi ketiga tahun ini. Chevron, yang bermitra dengan PDVSA, menyebut operasinya berjalan normal dan pengiriman minyak Venezuela ke AS bahkan naik menjadi 150.000 barel per hari.
Ketegangan semakin meningkat karena Trump sebelumnya telah membuka peluang intervensi militer di Venezuela. Sejak September, AS telah melakukan lebih dari 20 serangan terhadap kapal yang diduga membawa narkoba di Karibia dan Pasifik, operasi yang menuai kritik karena minim bukti dan dituding melanggar hukum internasional. Jajak pendapat Reuters/Ipsos menunjukkan mayoritas warga AS menolak kampanye serangan mematikan tersebut.
(tfa/șef)
[Gambas:Video CNBC]

2 hours ago
1

















































