Tambang Emas Martabe Jadi Pemicu Banjir? Ini Respons Agincourt-Bahlil

1 hour ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Agincourt Resources (PTAR) membantah tudingan yang menyebut operasional tambang emas Martabe sebagai dalang bencana banjir bandang di Desa Garoga, Kecamatan Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara.

Menanggapi pemberitaan di sejumlah media yang mengaitkan aktivitas tambang dengan bencana tersebut, PTAR telah melakukan telaah dan verifikasi langsung di lapangan. Berdasarkan temuan tersebut, perusahaan menilai narasi yang beredar tidak tepat.

"Temuan kami menunjukkan bahwa mengaitkan langsung operasional Tambang Emas Martabe dengan kejadian banjir bandang di Desa Garoga merupakan kesimpulan yang prematur dan tidak tepat," tulis Manajemen PTAR, dikutip dari keterangan tertulis, Jumat (5/12/2025).

PTAR menyampaikan, menggunakan data dan fakta langsung di lapangan, peristiwa bencana banjir bandang dan longsor dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:

- Siklon Senyar menyebabkan hujan dengan intensitas sangat lebat di wilayah Tapanuli Selatan. Curah hujan ini begitu ekstrem dan secara statistik mewakili curah hujan maksimum yang tidak pernah terjadi setidaknya dalam 50 tahun terakhir.

-Hujan dengan volume luar biasa tersebut jatuh merata di seluruh Sumatra bagian utara termasuk kawasan Hutan Batang Toru, sebuah kawasan hulu dari sungai-sungai utama yang mengalir di Kecamatan Batang Toru, seperti Sungai (Aek) Garoga, Aek Pahu, dan Sungai Batang Toru.

- Titik utama dan awal bencana banjir terjadi di Desa Garoga yang berada di Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Garoga dan menyebar ke beberapa desa tetangga seperti Huta Godang, Batu Horing, Sitinjak dan Aek Ngado.

- Bencana banjir bandang diakibatkan ketidakmampuan alur Sungai Garoga menampung laju aliran massa banjir. Hal ini dipicu oleh efek penyumbatan masif material kayu gelondongan di Jembatan Garoga I dan Jembatan Anggoli (Garoga II).

Efek sumbatan ini mencapai titik kritis pada sekira 25 November sekitar pukul 10 pagi, menyebabkan perubahan tiba-tiba pada alur sungai, akibatnya dua anak sungai Garoga bergabung menjadi satu aliran baru yang menerjang langsung Desa Garoga. Sampai saat ini, puluhan orang dilaporkan meninggal dunia dan puluhan lainnya masih dinyatakan hilang. Jumlah ini diperkirakan terus meningkat dalam beberapa hari ke depan.

- PTAR beroperasi di sub DAS Aek Pahu (sungai yang diwarnai biru muda pada Gambar 2), yang secara hidrologis terpisah dari DAS Garoga (sungai yang diwarnai oranye pada Gambar 2). Meskipun kedua sungai tersebut bertemu, titik pertemuannya berada jauh di hilir Desa Garoga dan terus mengalir ke pantai barat Sumatra, sehingga aktivitas PTAR di DAS Aek Pahu tidak berhubungan langsung dengan bencana di Garoga.

- Meskipun beberapa peristiwa longsoran terpantau di sub DAS Aek Pahu, tidak ada fenomena banjir bandang di sepanjang aliran sungai ini. Karena berbeda dengan Sungai Garoga, tidak ditemukan aliran lumpur dan batang kayu yang intensif di Sungai Aek Pahu, yang dapat menjadi pemicu sumbatan masif.

"Lima belas (15) Desa Lingkar Tambang yang sebagian besar berada di sub DAS Aek Pahu tidak mengalami dampak yang signifikan, bahkan saat ini difungsikan sebagai pusat-pusat pengungsian," ungkap Manajemen.

- Investigasi lebih lanjut melalui pengamatan udara menggunakan helikopter di kawasan hulu Sungai Garoga menguatkan argumen sumber penyebab banjir. Di titik pengamatan yang berada di sub DAS Garoga, didapatkan bukti visual terjadinya secara masif, longsoran (landslide) yang terjadi di tebing-tebing alur Sungai Garoga, termasuk di kawasan hutan lindung.

"Longsoran-longsoran inilah yang menjadi sumber langsung dari sebagian besar material lumpur dan batang-batang kayu yang ditemukan di Sungai Garoga. Namun demikian, temuan ini masih merupakan indikasi awal, kajian lebih lanjut diperlukan untuk secara lengkap mencari sumber penyebab lainnya," terang Manajemen.

- PTAR telah menjadi bagian dari the first responder dengan melakukan kegiatan Search and Rescue (SAR), pembukaan akses, pendirian posko-posko pengungsian yang dilengkapi tenda tenda darurat, dapur umum, dan klinik masyarakat. Bersama dengan pemerintah daerah, TNI-Polri, dan pemangku kepentingan lainnya, terus memobilisasi seluruh sumber daya yang dimiliki untuk meringankan beban saudara-saudara tercinta sejak hari pertama bencana terjadi. Usaha bersama ini sangat penting untuk meminimalkan jumlah korban dan memaksimalkan kecepatan recovery pasca bencana.

- PTAR adalah bagian masyarakat Batang Toru dan Tapanuli Selatan. Dalam aktivitasnya, PTAR senantiasa mematuhi seluruh peraturan yang berlaku, termasuk perizinan-perizinan terkait, khususnya yang berkaitan dengan perlindungan lingkungan. Tambang Emas Martabe melakukan kegiatan penambangan sepenuhnya di Areal Penggunaan Lain (APL), di luar kawasan hutan Batang Toru.

Selama beroperasi, PTAR terus mendukung upaya perlindungan lingkungan termasuk konservasi air, udara, tanah dan lebih jauh konservasi keanekaragaman hayati berkolaborasi dengan institusi-institusi nasional maupun global.

"Dengan memahami sepenuhnya perhatian publik yang sangat besar atas bencana ini, kami mengajak seluruh pihak untuk mengedepankan kolaborasi, komunikasi, dan manajemen informasi yang baik untuk menghindari opini yang, secara sengaja atau tidak, berujung pada narasi-narasi yang tidak tepat, kontraproduktif dan merusak upaya pertolongan dan pemulihan masyarakat korban bencana. Di sisi yang lain, kami mendukung sepenuhnya kajian komprehensif dan independen untuk menghasilkan kesimpulan yang tepat yang sangat vital dalam mitigasi risiko bencana di masa depan," tulis perusahaan.

Respons Bahlil

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia juga turut bersuara mengenai isu keberadaan tambang emas di Tapanuli Selatan, yang diduga sebagai pemicu bencana banjir dan longsor beberapa pekan lalu.

Menurut Bahlil, saat ini pihaknya tengah menelusuri indikasi dampak keberadaan tambang di daerah-daerah terdampak banjir. Termasuk daerah dimana tambang emas Martabe beroperasi yakni di Tapanuli Selatan.

Adapun berdasarkan temuan di wilayah Sumatra Barat, tidak ada indikasi dampak pertambangan yang mempengaruhi bencana banjir dan longsor. Sementara, untuk di Sumatra Utara dan Aceh, pihaknya masih melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

"Di Aceh pun kita lagi melakukan pengecekan. Kalau di Sumatra Utara, tim evaluasi kita lagi melakukan evaluasi. Jadi nanti setelah tim evaluasi, baru saya akan cek dampak dari pertambangan ini ada atau tidak," kata Bahlil.

Namun dia menegaskan pemerintah tidak akan ragu menjatuhkan sanksi bila dipertemukan aktivitas pertambangan yang menyalahi aturan.

"Saya pastikan kalau ada tambang atau IUP yang bekerja tidak sesuai dengan kaidah aturan yang berlaku kita akan memberikan sanksi tegas," katanya.

Spesifik terkait tambang emas Martabe di Tapanuli Selatan yang diduga menjadi pemicu banjir, pihaknya juga masih melakukan pengecekan secara langsung terkait dugaan hal tersebut.

"Martabe itu di Tapsel, saya kemarin juga mengecek lokasi itu. di Martabe ini tambang emas. Kalinya, sungainya, itu kan ada tiga. Ada tiga kali gede, sama kali yang kena banjir ini kali yang sedangnya, yang tengah," kata Bahlil.

"Kali yang di Martabe ini yang paling kecil. Tim tambang tetap melakukan evaluasi sampai sekarang. Kemarin saya juga cek, tapi tim kami lagi mengecek sampai selesai baru kami memutuskan," tambahnya.

(ven/wia)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |