Taiwan dan Indonesia: Berkontribusi untuk Indonesia Emas 2045?

1 hour ago 1

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com

Ketegangan antara Taiwan dan China, yang telah berlangsung selama hampir satu dekade, telah memaksa para pemimpin Taiwan untuk mengubah arah kebijakan, terutama di sektor ekonomi, menuju China yang kurang bergantung. Selama era Ma Ying-jeou (2008-2015), hubungan ekonomi antara kedua bangsa membaik, ditandai dengan penandatangan Economic Comprehensive Framework Agreement (ECFA) di tahun 2010 yang memberikan akses pasar China maupun Taiwan terhadap pelaku usaha kedua pihak.

Namun, pada tahun 2016, Presiden Tsai Ing-wen menolak ketergantungan ini dan memilih untuk mendiversifikasi mitra Taiwan ke kawasan Asia-Pasifik, khususnya Asia Tenggara dan Asia Selatan. Oleh karena itu, ia memperkenalkan New Southbound Policy (NSP).

Setelah Presiden Lai Ching-te terpilih, NSP diubah namanya menjadi NSP Plus dengan tujuan untuk menekankan posisi Taiwan dalam tatanan global, memperkuat hubungan kemitraan, dan meningkatkan diplomasi antar lapisan kelompok masyarakat. Lebih lanjut, Presiden Lai juga menekankan peran Taiwan sebagai jembatan di kawasan Asia-Pasifik dan menekankan nilai-nilai demokrasi, ketahanan, dan inklusivitas.

Indonesia-target salah satu NSP-sedang merencanakan pembangunan ekonomi, puncaknya pada Indonesia Emas 2045 sebagaimana tertera di dalam Rancangan Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045. Didukung dengan 8 agenda pembangunan dan 17 arah pembangunan, pemerintah meyakini menjadikan Indonesia dapat menjadi berdaulat, maju, adil, dan makmur.

Adapun beberapa target strategis untuk 2045 seperti kenaikan pendapatan per kapita dari $23.000 ke $30.300, menurunkan kemiskinan dan ketimpangan, meningkatkan sumber daya manusia, serta pembangunan berkelanjutan. Visi ini dibangun secara konkret dengan rencana jangka panjang dan bertahap.

Keselarasan NSP dari Taiwan dan visi Indonesia tahun 2045 menjadi urgensi sebab kedua bangsa memiliki kerja sama secara signifikan, meskipun tidak menjalin hubungan diplomatik. Namun, menjadi pertanyaan, sejauh mana NSP dapat berkontribusi terhadap Indonesia?

Pendidikan
Taiwan merupakan salah satu pilihan bagi pelajar Indonesia untuk memulai atau melanjutkan studi. Meskipun jumlahnya tidak sebanyak Vietnam, yang menempati peringkat pertama, pelajar Indonesia tetap menempati peringkat teratas, bersama pelajar Malaysia. Laporan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menunjukkan pada tahun ajaran 2024/2025, sekitar 16.000 pelajar Indonesia terdaftar. Angka ini diindikasikan terdapat peningkatan 20% dari tahun sebelumnya.

Program NSP menyediakan akses bagi calon pelajar Indonesia untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang universitas-universitas di Taiwan. Sejak 2017, Pusat Pendidikan Taiwan di Surabaya (TECSID) secara rutin menggelar pameran di kota-kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya.

Menurut Yinghuei Chen, pameran tersebut diikuti dengan antusias oleh pengunjung. Pada tahun 2018, Pameran Pendidikan Tinggi Taiwan di Indonesia bekerja sama dengan sedikitnya 37 perguruan tinggi, seperti Universitas Nasional Taiwan, University Tunghai, University Tzu Chi, dan Universitas Kebudayaan Tionghoa.

Sementara itu, Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT) juga menawarkan kesempatan kepada mahasiswa melalui skema beasiswa Program Studi Jangka Pendek Kebijakan New Southbound Policy dari National Taipei University of Technology (NTUT), yang merupakan bagian dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Pendekatan ini tidak hanya menambah pengalaman dan wawasan, tetapi juga memungkinkan mahasiswa Indonesia merasakan serunya belajar di luar negeri.

Produk Halal
Para pemimpin Taiwan, dimulai dengan Presiden Tsai dan kemudian Presiden Lai, telah mempromosikan NSP sebagai bentuk soft power, termasuk diantaranya merupakan produk halal. Komunitas Muslim di Taiwan mendorong badan-badan lokal untuk mendirikannya, seperti Asosiasi Pengembangan Integritas Halal Taiwan (THIDA), Asosiasi Muslim Tionghoa (CMA), atau Masjid Agung Taipei.

Taiwan adalah rumah bagi umat Muslim, yang hanya berjumlah 1% dari total populasi. Popularitas kata "halal" juga didorong oleh komunitas Muslim. Halal tidak hanya identik dengan aturan Islam, tetapi juga diyakini memiliki kesan bersih dan kualitas tinggi.

Tahun lalu, THIDA untuk pertama kalinya berkolaborasi dengan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Penyelenggara Produk Halal Indonesia (PPHI) untuk memperluas akses umat Islam terhadap produk halal dan menciptakan peluang bagi tenaga kerja Indonesia di industri halal Taiwan. Pada November 2025, Indonesia dan Taiwan memperbarui kerja sama industri halal mereka, yang telah berakhir pada 2023.

Kolaborasi ini mencakup pengakuan bersama atas sertifikasi halal, promosi layanan ramah Muslim, pertukaran informasi pasar, dan penyelenggaraan forum bisnis. Hal ini diyakini dapat mendorong bisnis dari kedua negara untuk memasuki pasar internasional.

Ekonomi dan Pertanian
Sektor ekonomi merupakan elemen strategis bagi program NSP. Ketika Kuomintang (KMT) memimpin pemerintahan, Taiwan dan China memiliki hubungan erat di sektor ini. Hampir 42% dari total investasi Taiwan, atau $43,12 triliun, berada di China. Indonesia hanya menyumbang 2% dari total investasi Taiwan. Meskipun Indonesia bukan penerima investasi Taiwan yang besar dibandingkan dengan Vietnam, pertumbuhan investasi Taiwan relatif stabil dari tahun 2020 hingga 2023.

Pada tahun 2024, pada "Forum Strategi Investasi Taiwan-ASEAN dan India 2024", investasi Taiwan di ASEAN telah melampaui 20% dari total investasi, dengan berbagai perusahaan Taiwan di Indonesia berinvestasi besar-besaran di sektor kendaraan, tekstil, dan alas kaki. Sektor ini diperkirakan akan terus tumbuh seiring dengan rencana Indonesia untuk menerapkan program energi hijau.

Di tengah tantangan di sektor pertanian, Taiwan tetap terbuka untuk bekerja sama dengan Indonesia. Sejak tahun 1976, Taiwan, melalui Misi Teknik Taiwan (TTM), telah memberikan pelatihan teknik budidaya kepada petani Indonesia. Di Karawang, misalnya, TTM membantu mengembangkan produk sayuran lokal berkualitas tinggi.

Lebih lanjut, Taiwan juga sedang menjajaki proyek-proyek baru yang berfokus pada produksi benih jagung dan sayuran di Sulawesi Selatan dan Jawa Barat. Menurut Bruce Hung, perwakilan dari Kantor Ekonomi dan Perdagangan Taipei (TETO), hal ini juga merupakan langkah untuk mendukung program swasembada pangan Presiden Prabowo.

Pada awal September 2025, di tingkat pemerintah, Kementerian Pertanian Taiwan dan Indonesia sepakat untuk memperdalam kerja sama melalui pertukaran teknologi pertanian inovatif, kerja sama industri hortikultura, dan program pelatihan petani muda. Dua bulan sebelumnya, delegasi Indonesia mengunjungi dan meninjau kegiatan magang petani Indonesia di Changhua dan Yilan.

Uraian di atas menjelaskan bahwa Taiwan telah berkontribusi banyak bagi Indonesia di berbagai sektor, meskipun tidak secara signifikan. Jika dibandingkan dengan mitra Indonesia teratas, kontribusi Taiwan masih tertinggal dari China, Jepang, Hong Kong, maupun Malaysia. Namun demikian, NSP dapat dijadikan langkah minim dalam membantu Indonesia untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045 bersamaan dengan pilar-pilarnya.


(miq/miq)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |