Jakarta, CNBC Indonesia - Kepolisian New South Wales (NSW), Australia, menangkap empat pria yang diduga terlibat dalam jaringan internasional penyebaran materi kekerasan seksual anak dengan unsur ritual iblis. Polisi menyebut penyelidikan masih berlangsung untuk mengidentifikasi para korban.
Komandan Satuan Kejahatan Seks NSW, Detektif Superintendent Jayne Doherty mengatakan, para tersangka diduga saling berbagi konten sangat keji melalui jaringan global. Konten menampilkan korban anak dari usia bayi hingga 12 tahun, termasuk materi pelecehan hewan.
"Polisi akan mengajukan bukti ke pengadilan bahwa kelompok internasional ini terlibat percakapan dan pertukaran material yang menggambarkan penyiksaan anak menggunakan simbol dan ritual yang berkaitan dengan Satanisme maupun okultisme," ujar Doherty dikutip dari CNN International, Selasa (2/12/2025).
Penyelidikan merupakan bagian dari Strike Force Constantine, operasi khusus yang dibentuk pada April untuk menelusuri distribusi online materi kekerasan seksual pada anak yang mengandung unsur ritualistik atau satanik. Dalam penggerebekan serentak di beberapa lokasi di Sydney pekan lalu, polisi menyita perangkat elektronik berisi ribuan video dugaan pelecehan.
"Di antara gambar yang menjijikkan itu juga terdapat sejumlah video pelecehan seksual terhadap hewan," kata Doherty.
Video penangkapan yang dirilis kepolisian menunjukkan momen petugas menerobos sebuah apartemen di kawasan Waterloo dan menahan pria berusia 26 tahun yang disebut memegang peran penting dalam jaringan tersebut. Empat tersangka terdiri dari pria berusia 26 tahun, serta tiga pria lainnya masing-masing berusia 46, 42, dan 39 tahun yang ditangkap di wilayah pesisir Malabar.
Pria 26 tahun itu menghadapi beberapa dakwaan, termasuk membuat dan mendistribusikan materi kekerasan seksual anak, serta memiliki dan menyebarkan materi bestiality (pelecehan terhadap hewan). Tiga tersangka lainnya juga didakwa atas kepemilikan dan distribusi konten serupa.
Semua tersangka tidak diberikan bail dan dijadwalkan hadir di pengadilan pada Januari 2026. Doherty menambahkan, polisi kini menelusuri ribuan berkas untuk mengidentifikasi anggota jaringan lainnya yang diduga berbagi konten melalui platform terenkripsi.
Hingga kini, polisi belum dapat memastikan identitas korban atau negara asal pembuatan materi tersebut. "Kami belum mengidentifikasi anak-anaknya, tetapi gambar-gambar itu jelas menampilkan anak sungguhan," ujarnya.
Ia menyebut pola penyiksaan yang ditemukan sangat menghancurkan karena melibatkan simbol dan ritual dalam diskusi para pelaku. "Ini memiliki nuansa ritualistik yang sangat kuat," kata ia.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]

41 minutes ago
1

















































