Jakarta, CNBC Indonesia - Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia Sheikh Mohammad bin Abdulkarim Al Issa kembali buka suara terkait isu Gaza, Palestina. Hal ini ia sampaikan dalam sebuah wawancara dengan Euronews, Rabu (16/4/2025).
Dalam kesempatan itu, Al Issa mengutuk konflik yang berlangsung selama 18 bulan di Gaza yang telah merenggut puluhan ribu nyawa itu. Ia juga tetap berharap bahwa Jalur Gaza akan dibangun kembali.
"Apa yang terjadi di Gaza adalah tragedi. Ini seperti genosida, jika bukan genosida sungguhan. Apa yang terjadi di Gaza telah mengguncang hati nurani manusia. Apa yang terjadi di Gaza adalah pelanggaran hukum internasional dan hukum kemanusiaan," katanya.
Sheikh Al Issa kemudian menyoroti pentingnya dialog sebagai satu-satunya jalan untuk mengatasi antisemitisme, Islamofobia, dan bentuk-bentuk kebencian lainnya. Pasalnya, konflik di Gaza telah menarik kebencian horizontal antar umat beragama di dunia.
Ulama Saudi itu menekankan bahwa orang-orang Yahudi tidak boleh dimintai pertanggungjawaban atas konflik di Timur Tengah, sebagaimana 2 miliar Muslim di dunia tidak boleh disalahkan atas serangan teroris di Eropa yang dilakukan atas nama Islam.
"Serangan-serangan yang dilakukan atas nama Islam ini dilakukan atas nama pemiliknya. Serangan-serangan itu tidak atas nama Islam," kata Sheikh Issa.
"Mereka mewakili diri mereka sendiri. Mereka mewakili ekstremisme mereka, yang terisolasi dan dikecualikan dari dunia Islam kita, dunia Islam kita yang menikmati nilai-nilai dan moderasi Islam. Jumlah mereka sedikit, tetapi fenomena vokal dari segelintir orang ini mengkhawatirkan."
Di dunia yang semakin dibentuk oleh konsekuensi perang dan krisis, Sheikh Al Issa menekankan kekuatan dialog untuk mendamaikan di seluruh Eropa dan sekitarnya. Ini untuk menghilangkan permusuhan yang telah ada.
"Kami menentang segala bentuk kebencian, apa pun itu. Kami menentang permusuhan terhadap para pengikut agama karena pilihan agama mereka, tetapi juga menentang permusuhan lainnya, baik itu etnis, budaya, atau bentuk lainnya," tuturnya.
Lebih lanjut, terkait isu koeksistensi Umat Islam di Eropa, Sheikh Al Issa mengajak mereka untuk menjadi bagian dari tatanan sosial yang berlaku di tempat tinggal mereka. Ia juga mengatakan bahwa tidak ada tatanan sosial yang bertentangan dengan keyakinan agama.
"Saran saya kepada mereka adalah untuk terlibat dalam pekerjaan Islam, yang mewakili identitas agama mereka, dan juga untuk terlibat dalam pekerjaan nasional, yang mewakili identitas nasional mereka," tandas Sheikh Al Issa.
"Semua konstitusi beradab di seluruh dunia sama sekali tidak memengaruhi hakikat identitas agama dari agama mana pun, dan oleh karena itu tidak ada konflik antara identitas agama dan identitas nasional."
(tps/tps)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Israel Gempur Gaza, 37 Warga Palestina Dilaporkan Tewas
Next Article Netanyahu Mendadak Bela Elon Musk-Sebut Sahabat Karib Israel, Kenapa?