Sederet Banjir Terparah yang Melanda RI: Sumatera Masuk!

1 hour ago 1

Elvan Widyatama,  CNBC Indonesia

02 December 2025 15:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Banjir besar kembali melanda sejumlah wilayah di Sumatra pada akhir November 2025, hingga menimbulkan dampak luas di Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat.

Hujan berintensitas tinggi yang turun berhari-hari, diperparah kerusakan hutan di daerah hulu dan buruknya sistem drainase, membuat banyak wilayah terendam dan memicu banjir bandang serta longsor di berbagai titik.

Peningkatan risiko banjir juga terjadi karena musim hujan diprediksi berlangsung lebih lama dari biasanya. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia mulai dari Sumatra hingga Papua telah memasuki puncak musim hujan, yang diperkirakan akan berlanjut hingga awal tahun 2026.

Data yang dihimpun Badan Pusat Statistik (BPS) dari stasiun BMKG menunjukkan bahwa intensitas hujan bervariasi antar daerah, dengan wilayah Indonesia Timur mencatat curah hujan yang paling tinggi. Kondisi geografis berupa pegunungan, hutan hujan, dan iklim tropis basah membuat kawasan ini lebih rentan terhadap hujan lebat dan banjir.

Peristiwa banjir di Sumatra 2025 kembali mengingatkan bahwa Indonesia memiliki sejarah panjang bencana hidrometeorologi. Berikut daftar wilayah di Indonesia yang pernah dilanda banjir besar.

Banjir Jambi (1955)

Berdasarkan catatan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jambi berkali-kali dilanda banjir besar, antara lain pada 1931, 1955, 1967, 1991, 2003, 2006, 2007, 2010, 2013, 2014, dan 2015. Namun, peristiwa paling dahsyat terjadi pada akhir Januari hingga Februari 1955.

Kejadian ini terdokumentasi dalam laporan surat kabar Overijels Dagblad pada 11 Februari 1955 serta kesaksian Shamsu Bahroen, perwakilan Dewan Eksekutif Batanghari di Sumatra Tengah. Hujan intens sejak 28 Januari berlangsung selama 10 hari berturut-turut dan menyebabkan Sungai Muara Tembesi meluap hingga mencapai ketinggian empat meter.

Akibatnya, sekitar 80% rumah di Jambi terendam, ribuan warga terpaksa mengungsi ke dataran tinggi, dan lebih dari 42 ribu hektare sawah siap panen rusak, ditambah 6 ribu hektare sawah muda yang terdampak parah.

Banjir Bandang Bohorok (2003)

Banjir bandang besar menghantam kawasan Bukit Lawang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, pada Minggu, 2 November 2003. Luapan air Sungai Bohorok membawa material kayu dalam jumlah besar dan menyapu kawasan wisata serta permukiman.

Tragedi ini menewaskan 157 orang, termasuk enam wisatawan mancanegara, serta membuat 82 orang lainnya hilang. Sebagian masyarakat mengaitkan bencana tersebut dengan merosotnya fungsi kawasan wisata. Namun, penyebab utama yang teridentifikasi adalah kerusakan parah di daerah hulu, terutama akibat penebangan liar yang mengurangi daya serap tanah sehingga air langsung mengalir deras ke sungai.

Banjir Besar Jakarta (2007 & 2009)

Jakarta dikenal sebagai kota yang rawan banjir, namun peristiwa pada awal Februari 2007 menjadi salah satu yang terbesar dalam sejarah. Hujan lebat sejak 1 Februari sore hingga keesokan harinya membuat 13 sungai yang melintasi Jakarta meluap.

Sistem drainase yang buruk memperparah keadaan hingga hampir 60% wilayah Jakarta terendam, dengan ketinggian air mencapai beberapa meter.
Bencana ini menelan 80 korban jiwa dalam waktu 10 hari akibat terseret arus, listrik, dan penyakit. Kerugian ekonomi diperkirakan mencapai Rp4,3 triliun, dan lebih dari 320.000 warga mengungsi sampai 7 Februari 2007.

Pada 2009, banjir bandang kembali menghantam Jakarta, khususnya wilayah Kelapa Gading dan kawasan elite Jakarta Utara, merendam jalan raya hingga permukiman.

Banjir Wasior, Papua Barat (2010)

Pada 4 Oktober 2010, banjir bandang melanda Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat. Hujan deras sejak 2-3 Oktober menyebabkan Sungai Batang Salai - yang berhulu di Pegunungan Wondiwoy - meluap hebat.

Kerusakan hutan di kawasan hulu memperburuk situasi hingga arus air membawa kayu besar dan lumpur yang menghancurkan sejumlah fasilitas, termasuk bandara kecil, rumah warga, rumah sakit, gereja, dan jembatan.
Bencana ini memutus jaringan listrik dan komunikasi, serta menewaskan 158 orang dengan 145 orang dilaporkan hilang menurut laporan media saat itu.

Banjir Tangse, Aceh (2011)

Banjir bandang menerjang kawasan Tangse, Kabupaten Pidie, pada 10 Maret 2011. Hujan deras tanpa henti selama empat hari memicu luapan sungai dan membawa material kayu gelondongan besar.

Pembalakan liar di hutan Tangse disebut sebagai faktor yang memperburuk bencana karena mengurangi kemampuan tanah menyerap air. Aliran air kemudian menghancurkan sejumlah rumah dan jembatan antardesa.
Berdasarkan data badan bencana saat itu, banjir ini menyebabkan 24 korban meninggal serta merusak lebih dari 100 rumah mulai dari rusak ringan hingga rusak berat.

Banjir Besar Sumatera (2025)

Menjelang akhir November 2025, serangkaian banjir besar melanda sejumlah wilayah di Sumatra khususnya Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Bara. Menjadi salah satu bencana hidrometeorologi paling mematikan dalam satu dekade terakhir.

Banjir ini dipicu oleh hujan ekstrem yang berlangsung sejak pertengahan November, gangguan atmosfer lokal menjelang puncak musim hujan, serta kerusakan hutan di daerah hulu yang mempercepat aliran air ke permukiman. Di area hilir, buruknya sistem drainase turut memperparah genangan sehingga air dengan cepat meluap dan merendam wilayah padat penduduk.

Di Sumatera Utara, laporan BNPB per 2 Desember 2025 mencatat dampak yang sangat besar.

Curah hujan ekstrem memicu banjir bandang dan luapan sungai di 17 kabupaten, menyebabkan 293 orang meninggal, 154 orang hilang, serta lebih dari 540 ribu warga mengungsi. Total warga terdampak mencapai 1,7 juta jiwa, sementara ratusan rumah dan fasilitas umum mengalami kerusakan mulai dari ringan hingga rusak berat.

Di Aceh, banjir besar merendam banyak wilayah rendah dan aliran sungai utama, menyebabkan 173 korban jiwa, 204 orang hilang, dan lebih dari 1,4 juta penduduk terdampak. Sebanyak 443 ribu warga terpaksa meninggalkan rumah mereka, sementara lebih dari 2.500 rumah rusak berat, disertai kerusakan fasilitas pendidikan, kesehatan, dan jembatan penghubung antarwilayah.

Sementara di Sumatera Barat, banjir dan longsor menerjang kawasan dataran tinggi dan daerah aliran sungai. Peristiwa ini menyebabkan 165 orang meninggal, 114 hilang, dan memengaruhi lebih dari 219 ribu warga. Setidaknya 41.800 orang mengungsi, dan ratusan rumah rusak berat hingga ringan. Infrastruktur seperti 55 jembatan dan 86 fasilitas pendidikan juga mengalami kerusakan signifikan.

Jika digabungkan, banjir besar Sumatera 2025 menelan 631 korban meninggal, 472 orang hilang, serta memaksa lebih dari 1,02 juta warga mengungsi. Total warga terdampak mencapai lebih dari 3,32 juta orang.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

[email protected]

(evw)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |