Saham PT Timah (TINS) Gak Masuk Indeks MSCI, Ternyata Gara-Gara Ini

2 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) batal memasukkan PT Timah Tbk (TINS) ke dalam MSCI Small Cap Indexes. Pengumuman tersebut merupakan hasil rebalancing indeks MSCI periode November. Perubahan tersebut akan dilakukan pada penutupan 24 November 2025, dan efektif pada 25 November 2025.

Batalnya PT Timah Tbk (TINS) masuk ke dalam MSCI Small Cap Indexes disebabkan oleh sempat masuknya TINS dalam efek pemantauan khusus alias Full Call Auction (FCA) pada 9 Oktober 2025, yang dimana saat itu harga saham TINS mengalami kenaikan Auto Rejection Atas (ARA) 9,92%.

Sayangnya usai satu hari FCA, saham TINS langsung dikenakan pemberhentian perdagangan atau suspensi yang dimulai sejak 10 Oktober hingga 21 Oktober 2025.

Usai suspense selesai, saham TINS langsung terjun dengan Auto Rejection Bawah (ARB) 9,72% PADA 22 Oktober 2025, dengan masih berstatus FCA terakhir saat itu. Karena hal itulah, MSCI melakukan pembatalan sementara alias suspensi untuk masuknya TINS dalam daftar MSCI Small Cap Indexes.

Dengan begitu, dari MSCI Global Standard Indexes terdapat saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) milik grup Bakrie resmi keluar dari MSCI Small Cap Indexes, akan tetapi naik kelas dengan masuk ke MSCI Global Standard Indexes. Berbanding terbalik dengan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) yang harus keluar dari MSCI Global Standard Indexes dan masuk ke dalam MSCI Small Cap Indexes.

Dalam daftar MSCI Global Standard Indexes kini juga masuk salah satu emiten Prajogo Pangestu yang selalu digadang-gadang akan masuk dalam indeks tersebut, dan kini PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) berhasil menempati posisi dalam indeks tersebut bersama dengan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS).

Sementara saham milik grup Salim, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) harus keluar dari daftar MSCI Global Standard Indexes bersama dengan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).

Kemudian dari daftar MSCI Small Cap Indexes terdapat tujuh nama yang berhasil masuk, pertama PT salah satu saham milik grup Triputra atau konglomerat TP Rachmat yakni PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG).

PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) milik grup Bakrie juga berhasil masuk di MSCI Small Cap Indexes.

Sementara itu, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) harus keluar dari MSCI Global Standard Indexes dan masuk ke dalam MSCI Small Cap Indexes. Adapula saham milik Hary Tanoe masuk dalam indeks yang sama yakni PT MNC Digital Entertainment Tbk (MSIN).

Selain itu, saham PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) milik Happy Hapsoro juga berhasil ikut andil masuk dalam MSCI Small Cap Indexes. PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) juga ikut serta masuk dalam indeks tersebut, dimana emiten ini adalah perusahaan milik Hashim Djojohadikusumo, adik dari Presiden RI Prabowo Subianto.

Sementara itu terdapat tiga nama emiten yang harus keluar dari daftar MSCI Small Cap Indexes yakni PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) milik grup Bakrie yang berpindah indeks, PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM) dan PT Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ).

Sebagai informasi, MSCI Global Standard Indexes merupakan kumpulan saham Large-cap dan Mid-cap yang memenuhi syarat investabilitas MSCI. Ini adalah indeks inti yang dipakai banyak produk pasif untuk alokasi utama (core large-cap/mid-cap exposure).

Sementara itu, MSCI Small Cap Indexes merupakan kumpulan saham small-cap yang memenuhi syarat investabilitas. Secara metodologi tidak tumpang tindih dengan Standard Index (konstituen Small Cap biasanya di luar daftar Standard). Digunakan untuk eksposur ke perusahaan berkapitalisasi kecil.

Indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) adalah serangkaian indeks pasar saham global yang disusun dan dikelola oleh MSCI Inc. Indeks-indeks ini dirancang untuk menggambarkan dan mengukur kinerja pasar saham suatu negara, suatu kawasan, maupun kelompok pasar tertentu berdasarkan metodologi yang konsisten, terstandar, dan dapat diperbandingkan lintas negara.

Indeks MSCI merupakan tolok ukur (benchmark) yang digunakan untuk menilai apakah kinerja pasar saham atau suatu portofolio sudah mencerminkan performa pasar yang seharusnya.


(ayh/ayh)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Laba Timah (TINS) Anjlok 30,93% di Semester I-2025, Ini Penyebabnya

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |