Rupiah Melemah, 5 Pemilik "Harta Karun" Ini Tertawa Bahagia

3 days ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam dan menjadi eksportir utama berbagai komoditas, seperti kelapa sawit, kopi, karet, batu bara, hingga furnitur, yang sangat penting bagi perekonomian nasional.

Dengan melemahnya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), perusahaan dibidang komoditas tersebut pun dapat diuntungkan.

Diketahui pergerakan rupiah melemah sangat drastis. Pada perdagangan hari ini, Rabu (9/4/2025) hingga pukul 10.22 WIB, rupiah melemah 0,56% di level Rp16.955/US$1. Pelemahan tersebut melanjutkan kejatuhan rupiah pada perdagangan perdana kemarin Selasa (8/4/2025) yang melemah 1,84%.

Saat ini, sekitar 90% penyelesaian transaksi ekspor Indonesia masih menggunakan dolar AS. Sehingga melemahnya rupiah dapat menguntungkan eksportir dari selisih kurs yang didapatkan.

1. Batu Bara

Pada Februari 2025, nilai ekspor batu bara Indonesia mencapai US$2 miliar, mengalami penurunan 3,79% secara bulanan dan 19,73% secara tahunan, yang disebabkan oleh penurunan harga batu bara di pasar internasional yang menyentuh level terendah sejak Mei 2021, mencapai US$106,93 per metrik ton pada Februari 2025.

Volume ekspor batu bara pada Februari 2025 adalah 30,82 juta ton, naik tipis dibandingkan 30,41 juta ton pada Januari 2025, tetapi di bawah 33,21 juta ton pada Februari 2024.

Volume ekspor batu bara ke China, India, dan Jepang mengalami penurunan secara kumulatif masing-masing sebesar 18,68%, 13,04%, dan 16,08% pada Januari-Februari 2025. Realisasi nilai ekspor batu bara pada Februari 2025 merupakan yang terendah sejak Januari 2022.

Meskipun nilai ekspor batu bara turun, total nilai ekspor Indonesia pada Februari 2025 mencapai US$21,98 miliar, naik 2,58% dibandingkan Januari 2025.

Indonesia adalah eksportir terbesar batu bara di dunia. Kontribusi ekspor batu bara bahkan menembus 16% dari total ekspor.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan volume ekspor batu bara Indonesia pada 2024 menyentuh 405,76 juta ton. Volume ekspor tersebut naik 6,86% dibandingkan pada 2023.

Namun, secara nilai, ekspor batu bara anjlok 11,86% menjadi US$ 30,49 miliar atau setara dengan Rp514,06 triliun (US$1=Rp 16.860).

2. Minyak Sawit (CPO)

Ekspor crude palm oil (CPO) Indonesia pada Februari 2025 mencapai US$ 2,27 miliar atau mengalami peningkatan baik secara tahunan maupun bulanan. Nilai ekspor CPO dan turunannya ini merupakan yang tertinggi sejak Agustus 2023, yang pada saat itu nilai ekspornya mencapai US$ 2,40 miliar.

Ekspor CPO meningkat 58,35% month to month (mtm), dan meningkat 89,54% year on year (yoy). Adapun volume ekspor CPO dan turunannya mencapai 2,06 juta ton, meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 1,27 juta ton.

Diketahui, ekspor industri pengolahan RI mengalami peningkatan sebesar 3,17% mtm atau mencapai US$ 17,65 miliar. Pemicunya adalah ekspor minyak kelapa sawit dan logam dasar, barang perhiasan, dan barang kimia dasar organik, serta kapal laut dan sejenisnya.

Secara keseluruhan, nilai ekspor pada Februari 2025 mencapai US$ 21,95 miliar. Nilai tersebut tercatat meningkat 2,58% mtm.

Sementara itu, di sepanjang 2025, harga CPO di bursa Malaysia cenderung stagnan dengan berada di kisaran RM4.400 per ton.

3. Furnitur

Nilai ekspor furnitur dan kerajinan Indonesia pada Februari 2025 mencapai Rp 36 triliun, naik 2,58% dibandingkan Januari 2025, dengan total ekspor Indonesia mencapai US$21,98 miliar.

Permintaan dunia untuk furnitur dan kerajinan masih cukup menjanjikan, dengan tren permintaan dunia terus tumbuh positif. Pasar mebel di negara-negara BRICS diproyeksikan sebesar 135,1 miliar dollar AS pada 2025.

Selain itu, Amerika Serikat, Jepang, Belanda, Belgia, dan Jerman merupakan beberapa negara tujuan ekspor utama furnitur Indonesia.

Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) optimistis ekspor furnitur dan kerajinan Indonesia terus tumbuh mencapai US$ 5 miliar.

Amerika Serikat masih menjadi tujuan utama dengan porsi 53,6% dari total ekspor pada periode Januari-November 2024.

4. Kopi

Pencari kopi rasanya tak pernah sepi. Indonesia masih menjadi produsen kopi terbesar keempat di dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia, dengan produksi sekitar 789.000 ton per tahun, menurut Kementerian Pertanian untuk 2022-2025. Dari total produksi, 150.000 ton adalah arabika, sementara 600.000 ton lainnya robusta.

Ekspor bersih diperkirakan meningkat dari 420.000 ton pada 2024 menjadi 427.000 ton pada 2025. Sementara konsumsi domestik turun dari 368.000 ton menjadi 361.000 ton. Pada Januari-September 2024, ekspor kopi mencapai 342.000 ton atau senilai 1,49 miliar dollar AS (Rp 23 triliun), dengan tujuan utama ke Amerika Serikat, Mesir, Jerman, dan Malaysia.

Harga kopi diprediksi mengalami kenaikan signifikan pada 2025. Faktor-faktor seperti perubahan iklim yang mempengaruhi produksi di negara-negara produsen utama seperti Brasil dan Vietnam, serta gangguan rantai pasok global, berkontribusi pada peningkatan harga ini. Di Australia, misalnya, harga secangkir kopi diperkirakan mencapai 8-12 dolar Australia akibat kenaikan biaya biji kopi dan logistik.

India, produsen kopi terbesar ketujuh di dunia, diperkirakan mengalami penurunan produksi lebih dari 10% pada 2025 karena kondisi cuaca yang tidak mendukung. Hal ini dapat memperketat pasokan kopi global yang sudah terpengaruh oleh penurunan produksi di Brasil.

Gangguan dalam rantai pasok global, seperti krisis di Laut Merah, berdampak pada pengiriman kopi, khususnya dari Vietnam dan Indonesia ke Eropa. Hal ini menyebabkan waktu pengiriman yang lebih lama dan biaya yang lebih tinggi, mempengaruhi ketersediaan dan harga kopi di pasar internasional.

Dengan tren kenaikan harga komoditas perkebunan global, termasuk kopi, pada 2025, Indonesia memiliki peluang untuk memperkuat posisinya sebagai pemain utama di pasar internasional. Optimalisasi ekspor kopi dapat meningkatkan devisa negara dan mendukung kesejahteraan petani lokal.

5. Karet

Indonesia merupakan produsen karet alam terbesar kedua di dunia setelah Thailand, dengan potensi besar untuk agribisnis dan hilirisasi karet alam.

Nilai ekspor karet alam Indonesia pada Februari 2025 mencapai US$21,98 miliar, naik 2,58% dibandingkan Januari 2025.

Ekspor kumulatif Januari-Februari 2025 mencapai US$ 43,41 miliar atau naik 9,16% dibanding periode yang sama tahun 2024.

Volume ekspor karet alam pada Februari 2025 tercatat sebesar 20.737,4 ton, turun 19,96% dibandingkan Januari 2025 yang mencapai 25.910 ton.

Selain nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, beberapa faktor yang memengaruhi harga karet internasional antara lain permintaan global, kondisi cuaca, harga minyak bumi dan kebijakan perdagangan.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |