Jakarta, CNBC Indonesia- Ekspor kelapa Vietnam mencatat rekor baru dengan menembus US$1 miliar untuk pertama kalinya pada 2024. Keberhasilan ini didorong oleh protokol perdagangan baru dengan China serta ekspansi pasar yang dilakukan oleh para eksportir.
Data dari Bea Cukai Vietnam menunjukkan bahwa total ekspor produk kelapa meningkat 20% menjadi hampir US$1,1 miliar atau sekitar Rp Rp 18 triliun (US$1= Rp 16.325). Ekspor kelapa segar melonjak signifikan hingga 61% menjadi US$390 juta. Vietnam saat ini memiliki lahan perkebunan kelapa seluas 200.000 hektare dengan produksi mencapai 2 juta ton per tahun, di mana sepertiga di antaranya telah memenuhi standar organik AS dan Eropa.
Tercatat lebih dari 600 perusahaan terlibat dalam produksi dan pengolahan kelapa di Vietnam. Secara global, Vietnam kini menempati peringkat kelima sebagai eksportir kelapa terbesar.
China menjadi pasar utama dengan menyerap 25% ekspor kelapa Vietnam, didorong oleh perjanjian protokol perdagangan kelapa segar yang ditandatangani pada Agustus tahun lalu. Vietnam saat ini menjadi pemasok kelapa terbesar ketiga bagi China dengan pangsa pasar 20%.
Selain China, pasar utama lainnya mencakup Uni Eropa, Amerika Serikat, Kanada, dan Korea Selatan. Namun, ke depan, pasokan diperkirakan akan menghadapi kendala akibat minimnya ekspansi lahan perkebunan dalam beberapa tahun terakhir.
Persaingan dari eksportir lain seperti Thailand, India, dan negara-negara Timur Tengah, serta ekspansi pabrik pengolahan di China, juga menambah tantangan bagi perusahaan Vietnam.
Cao Ba Dang Khoa, Sekretaris Jenderal Asosiasi Kelapa Vietnam, mendesak pemerintah untuk menegosiasikan perluasan area perkebunan Vietnam yang disetujui dalam daftar pengiriman ke China guna meningkatkan daya saing ekspor.
Di sisi lain, ekspor kelapa Indonesia menunjukkan tren yang lebih fluktuatif dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor kelapa Indonesia dengan kode HS 15162014 mengalami perubahan dalam lima tahun terakhir.
Pada 2023, angkanya hanya menembus US$7,1 juta. Artinya, ekspor kepala Vietnam 150 kali lebih tinggi dibandingkan Indonesia.
Dibandingkan dengan Vietnam, ekspor kelapa Indonesia cenderung stagnan dan belum mengalami pertumbuhan yang signifikan. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi adalah ketergantungan pada pasar tradisional tanpa adanya diversifikasi besar seperti yang dilakukan Vietnam.
Selain itu, belum adanya perjanjian protokol perdagangan dengan China yang spesifik untuk kelapa segar juga membuat ekspor Indonesia ke pasar tersebut tidak mengalami lonjakan yang serupa.
Selain tantangan dalam perluasan pasar, faktor produksi juga menjadi kendala. Vietnam telah berhasil meningkatkan kapasitas produksinya dengan menerapkan standar organik yang menarik pasar premium di AS dan Eropa. Sementara itu, Indonesia masih menghadapi tantangan dalam meningkatkan kualitas produk dan memperluas lahan perkebunan yang berorientasi ekspor.
Dengan meningkatnya permintaan kelapa di China dan pasar global lainnya, Indonesia memiliki potensi besar untuk meningkatkan ekspor. Langkah strategis yang dapat diambil meliputi peningkatan produktivitas perkebunan, adopsi standar sertifikasi internasional, serta negosiasi perjanjian dagang dengan negara tujuan ekspor utama seperti China dan Uni Eropa.
CNBC Indonesia Research
(emb/emb)