Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan alasan dibalik rencana pembangunan refinery atau kilang minyak 'raksasa' di dekat Singpapura atau Pulau Pemping, Batam, berkapasitas 500 ribu barel per hari (bph).
Pertimbangannya, kata Bahlil, pemilihan wilayah Sumatera untuk bisa dibangun kilang raksasa tersebut berdasarkan pertimbangan bisnis. Maklum, Indonesia masih terlalu banyak mengimpor minyak mentah maupun bahan bakar minyak.
"Kita kan impor banyak terus. (Alasan di Sumatera) ya itu ada pertimbangan bisnis lah ya," tandas Bahlil.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung mengungkapkan bahwa Pulau Pemping dipilih karena telah memiliki infrastruktur pendukung. Salah satunya, yaitu adanya jaringan pipa gas yang sudah terpasang.
Selain itu, menurut Yuliot, rencana pembangunan terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) atau oil storage di Pulau Nipah yang berdekatan dengan Pulau Pemping ini juga menjadi faktor utama dalam pengambilan keputusan lokasi kilang tersebut.
"Jadi kan infrastruktur untuk gas, itu kan pipanya kan sudah ada di Pulau Pemping. Ya kemudian rencana oil storage-nya itu kan akan dibangun di Pulau Nipah. Itu kan lokasinya berdekatan. Jadi ini merupakan bagian satu ekosistem yang jadi satu kesatuan," jelas Yuliot saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (6/3/2025).
Untuk merealisasikan proyek ini, investasi yang dibutuhkan diperkirakan mencapai US$ 12,5 miliar atau Rp 204,95 triliun (asumsi kurs Rp 16.400 per US$). Selain mengurangi ketergantungan pada impor, proyek ini berpotensi menghemat hingga 182,5 juta barel minyak per tahun atau setara US$ 16,7 miliar.
Tak hanya itu, pembangunan kilang ini juga membuka peluang besar bagi penciptaan lapangan kerja, dengan 63.000 tenaga kerja langsung dan 315.000 tenaga kerja tidak langsung.
(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Ukraina Serang Kilang Minyak Rusia
Next Article Demi Kerek Lifting, Bahlil Bakal Paksa Kontraktor Migas Lakukan Ini