Ramalan Terbaru OECD: India Akan Jadi Raja, Indonesia Tergelincir

4 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) memperkirakan sejumlah negara akan mengalami perlambatan pertumbuhan tahun ini.

Dalam laporannya Interim Report March 2025 'Steering to Uncertainty' yang dirilis 17 Maret 2025, OECD menyampaikan sejumlah kekhawatiran.

Pertumbuhan ekonomi dunia (world) mengalami pelandaian yakni dari 3,3% di 2025 dan 2026 menjadi 3,1% di 2025 dan 3,0% di 2026 dengan hambatan perdagangan yang lebih tinggi di beberapa negara G20 serta meningkatnya ketidakpastian geopolitik dan kebijakan yang membebani investasi dan belanja rumah tangga.

Lebih lanjut, inflasi diperkirakan lebih tinggi dari sebelumnya, meskipun tetap moderat seiring pelemahan pertumbuhan ekonomi. Inflasi utama di negara-negara G20 diproyeksikan turun dari 3,8% pada 2025 menjadi 3,2% pada 2026.

OECD juga melaporkan beberapa risiko signifikan yang perlu menjadi perhatian utama, seperti:

1. Fragmentasi ekonomi global menjadi perhatian utama. Peningkatan tarif yang lebih luas dapat menghambat pertumbuhan ekonomi global dan meningkatkan inflasi.

2. Inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan dapat mendorong kebijakan moneter yang lebih ketat dan menyebabkan volatilitas pasar keuangan.

3. Di sisi positif, stabilitas kebijakan yang lebih besar dapat mengurangi ketidakpastian. Kesepakatan yang menurunkan tarif dan reformasi struktural yang lebih ambisius dapat memperkuat pertumbuhan ekonomi.

4. Peningkatan belanja pemerintah untuk pertahanan dapat mendukung pertumbuhan dalam jangka pendek tetapi berpotensi meningkatkan tekanan fiskal dalam jangka panjang.

Daftar Negara yang Diproyeksi Melambat

OECD menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini menjadi 4,9% pada 2025. Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan sebelumnya di angka 5,2%.

Adapun, dalam laporan OECD pada Desember 2024, Indonesia masih diperkirakan tumbuh 5,2% pada 2025. Melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia ini sejalan dengan disrupsi ekonomi di beberapa negara berkembang lainnya, terutama yang masuk ke dalam kelompok G20. Kendati demikian, OECD melihat perlambatan ekonomi di Indonesia tidak akan sesignifikan China.

"Perlambatan tersebut diproyeksikan tidak terlalu terasa di India dan Indonesia, dengan kedua ekonomi tersebut mengalami beberapa dukungan untuk pertumbuhan ekspor karena mereka menarik bisnis baru yang dialihkan dari negara-negara pengekspor yang menghadapi kenaikan tarif yang lebih tajam," tulis OECD dalam laporannya, dikutip Selasa (18/3/2025).

Selain Indonesia, negara-negara lainnya pun diproyeksikan mengalami pelandaian dari sisi pertumbuhan ekonomi, seperti India, Amerika Serikat, serta Brasil yang masing-masing menjadi sebesar 6,4%, 2,2%, dan 2,1%.

Sedangkan Meksiko justru berada di teritori perlambatan dengan angka -1,3%.

Apabila dilihat lebih jauh, penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi di 2025 secara poin persentase paling besar untuk Meksiko yakni sebanyak 2,5 kemudian diikuti dengan Kanada dan Korea yang masing-masing turun sebesar 1,3 dan 0,6 poin persentase.

Sementara Indonesia, Inggris, dan Jerman diproyeksikan mengalami penurunan sebesar 0,3 poin persentase.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |