Ramalan Inflasi Buat Cemas, Sri Mulyani Akan Beberkan Daya Tahan APBN

9 hours ago 2
  • Pasar keuangan Indonesia berakhir beragam, pasar saham menguat sementara rupiah melemah
  • Wall Street pesta pora seiring kesepakatan dagang AS dan Kanada
  • Data inflasi, PMI manufaktur, neraca dagang hingga kebijakan pemeirntah menata impor dan izin akan menjadi penggerak pasar hari ini

Jakarta,CNBC Indonesia- Pasar keuangan Indonesia berakhir beragam pada perdagangan kemarin, Senin (30/6/2025). Pasar saham menguat tetapi rupiah masih melemah.

Pasar keuangan Indonesia diharapkan kompak menguat hari ini meski data-data ekonomi masih mengancam pergerakan pasar. Selengkapnya mengenai sentimen penggerak pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat pada penutupan perdagangan hari Senin kemarin (30/6/2025).

Indeks naik 0,44% atau 30,28 poin pada awal perdagangan ke level 6.927,68. Sebanyak 357 saham naik, 228 turun, dan 205 tidak bergerak. Kapitalisasi pasar pun menanjak jadi Rp 12.207 triliun.

Nilai transaksi pada perdagangan ini tercatat mencapai Rp 13,64 triliun yang melibatkan 21,12 miliar saham dalam 1,15 juta kali transaksi.

Nyaris seluruh sektor perdagangan menguat dengan kenaikan tertinggi dicatatkan oleh konsumer non primer dan kesehatan. Adapun sektor yang terkoreksi adalah energi, finansial dan properti

Sebanyak 357 saham menguat, 228 saham melemah sementara 205 saham stagnan. Meski IHSG menguat tetapi investor asing masih mencatat net sebesar Rp 358,73 miliar pada perdagangan kemarin.

Beralih ke pasar valuta asing, nilai rupiah pada penutupan Senin (30/6/2025) kemarin terpantau ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Melansir dari Refinitiv, ditutup melemah pada posisi Rp16.230/US$1 atau turun 0,19%.

Penutupan hari Senin kemarin memastikan pelemahan rupiah terhadap dolar AS sejak libur panjang pada pekan lalu.  Pada sesi pertama, rupiah sempat menguat tipis 0,06% ke level Rp16.190/US$1.

Pelemahan nilai rupiah hari terjadi meski pergerakan indeks dolar AS (DXY) yang juga tercatat mengalami pelemahan sebesar 0,28% ke level 97,12 per pukul 15:00 WIB.

Koreksi ini dinilai wajar mengingat rupiah sebelumnya sudah mengalami penguatan signifikan pasca diumumkannya gencatan senjata antara Israel dan Iran oleh Presiden AS Donald Trump pada 23 Juni lalu.

Rupiah melemah di tengah pelemahan dolar AS yang tengah mendapatkan tekanan dari pasar global. Dolar AS terus mengalami pelemahan salah satunya disebabkan oleh tekanan jual dari China.

Dari pasar Surat Berharga Negara (SBN), imbal hasil obligasi tenor 10 tahun melemah ke 6,64% atau terendah sejak Oktober 2024. Pergerakan ini menandai SBN tengah diburu investor sehingga harga naik dan imbal hasil melandai.
Sebagai catatan, imbal hasil berbanding terbalik dengan harga. Imbal hasilyang melandai mencerminkan harga SBN yang tengah naik demikian sebaliknya.

Pages

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |