Ramai-Ramai Emiten Buyback Saham, Siapa yang Untung?

6 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah emiten berencana menggelar buyback saham di tengah volatilitas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Pengamat ekonomi Yanuar Rizky menilai, aksi buyback menunjukkan bahwa emiten lebih mengandalkan pendapatan dari fungsi treasury. Hal ini menandakan bahwa laba organik dari sektor usaha bukan menjadi sumber utama keuntungan perusahaan.

"Maka daya dorong ke perekonomian terkonfirmasi tak menjadi pilihan," ungkap Yanuar kepada CNBC Indonesia, Senin, (17/3/2025).

Selain itu, volatilitas tahunan IHSG yang mencapai 34% membuat buyback berpotensi dimanfaatkan untuk merealisasikan keuntungan dari akumulasi saham di portofolio. Hal ini terutama menguntungkan investor dengan strategi perdagangan berbasis portofolio seperti hedge fund.

"Dengan volatilitas tahunan IHSG saat ini sampai 34%, maka buy back ini juga malah memberi ruang realisasi menjual akumulasi saham portofolio dapat trading gainnya. Artinya, kalau jual banyak ya harga turun, tapi akumulasi trading portofolio yang besar, seperti hedge fund, dia kan untung," jelasnya.

Diketahui, saat ini setidaknya ada sembilan emiten yang telah secara resmi mengumumkan akan melakukan buyback. Mereka adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), PT Bank OCBC NISP Tbk. (NISP), PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA), PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF), PT Avia Avian Tbk. (AVIA), dan PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk. (CNMA).

Sebagai catatan, aksi korporasi tersebut mayoritas masih akan diperbincangkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang rata-rata akan segera berlangsung pada bulan ini maupun April mendatang.

Meski begitu, baru-baru ini regulator sedang mempertimbangkan upaya buyback bisa dilaksanakan tanpa harus menunggu RUPS, setelah sebelumnya menyatakan penundaan short selling.

Hal ini datang setelah sejumlah konglomerat melempar opsi buyback tanpa RUPS menyusul anjloknya IHSG dan turunnya harga saham emiten secara signifikan secara cepat atau memiliki volatilitas tinggi.

"Menunda pelaksanaan atau implementasi short selling dan mengkaji kebijakan relaksasi buyback saham tanpa RUPS," kata Deputi Komisioner Pengawasan Pengelola Investasi Pasar Modal dan Lembaga Efek OJK Aditya Jayaantara dalam acara Dialog Bersama Pelaku Pasar Modal, Senin (3/3/2025).

Hal ini dilakukan dalam upaya mengurangi tekanan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sebagaimana diketahui, indeks pasar saham kita sempat anjlok ke level 6.200 yang menandai level terpuruk dalam tiga tahun.


(fsd/fsd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Boy Thohir Dukung Aturan Buyback Saham Tanpa RUPS

Next Article Para Konglomerat Sepakat Minta Mekanisme Buyback Saham Tanpa RUPS

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |