Jakarta, CNBC Indonesia - Mengakhiri bulan kedua pada tahun ini, tekanan arus keluar asing masih terpantau deras di pasar saham RI.
Secara keseluruhan di pasar saham asing sudah keluar nyaris Rp15 triliun dalam sebulan, rinciannya Rp12,97 triliun dari pasar reguler dan Rp2,01 triliun keluar dari pasar nego dan tunai.
Secara historis dalam periode waktu bulanan, sudah lima bulan terakhir ini atau sejak Oktober asing terus keluar dari pasar saham RI. Pada November terhitung menjadi yang paling deras dengan net foreign sell mencapai Rp16,81 triliun.
Sikap investor asing yang terus keluar dari pasar saham Tanah Air ini dipengaruhi oleh sejumlah ketidakpastian dari eksternal, seperti tarif trump yang membuat prospek inflasi Amerika Serikat (AS) semakin mengetat sampai laju pemangkasan suku bunga the Fed yang melambat.
Seiring dengan itu, kini sejumlah indikator ekonomi AS mengalami perlambatan, seperti pertumbuhan ekonomi yang tumbuh lebih landai, sentimen konsumen menurun, dan klaim pengangguran naik.
Hal-hal tersebut membuat kekhawatiran pelaku pasar akan ekonomi AS potensi mengalami stagflasi.
Salah satu big fund besar yang keluar dari pasar saham RI ada Morgan Stanley yang baru-baru ini mengeluarkan tiga saham dari konstituen indeks MSCI Global Standard yakni PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).
Terkhusus MDKA dan INKP kini masuk ke kategori small cap,sedangkan UNVR dikeluarkan sepenuhnya dari daftar konstituen MSCI. Perubahan ini mempersempit cakupan investasi asing di pasar saham domestik.
Dampak pemangkasan bobot Indonesia dalam MSCI ini juga semakin terasa dengan penurunan peringkat saham Indonesia dari equal-weight (EW) menjadi underweight (UW). Morgan Stanley mencatat bahwa tren return on equity (ROE) saham-saham Indonesia terus melemah akibat perlambatan ekonomi dan tekanan terhadap sektor siklikal.
Dengan rebalancing yang makin menggerus bobot saham Indonesia, investor diharapkan mencermati aliran dana asing dan volatilitas yang berpotensi meningkat dalam waktu dekat.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.(tsn/tsn)