Raksasa Migas Digugat Warga, Disebut Penyebab Bencana

1 hour ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Para penyintas topan mematikan tahun 2021 di Filipina mengajukan gugatan di Inggris terhadap raksasa minyak negeri itu, Shell. Mereka meminta kompensasi finansial atas kerusakan yang terjadi karena bencana terkait iklim.

Sebelumnya, Topan Rai menghantam wilayah selatan dan tengah Filipina pada pertengahan Desember 2021. Badai itu merobohkan tiang listrik dan pepohonan serta menyebabkan banjir mematikan.

Peristiwa itu juga menewaskan lebih dari 400 orang. Ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal.

Mengutip AFP, Kamis (11/12/2025), gugatan tersebut diajukan oleh firma hukum Inggris Hausfeld atas nama 103 penyintas. Gugatan berpendapat bahwa emisi karbon Shell berkontribusi terhadap perubahan iklim, yang berdampak pada masyarakat Filipina.

"Gugatan merupakan langkah penting untuk meminta pertanggungjawaban raksasa minyak Shell atas kematian, cedera, dan kerusakan yang disebabkan oleh badai yang dipicu oleh perubahan iklim," ujar penggugat.

Kasus ini menandai langkah terbaru dalam gerakan internasional yang lebih luas untuk menetapkan tanggung jawab kepada perusahaan-perusahaan besar atas kerusakan iklim, terutama di negara-negara Selatan.

Pengadilan Jerman pada bulan Mei memutuskan bahwa perusahaan-perusahaan pada prinsipnya dapat dimintai pertanggungjawaban atas kerusakan yang disebabkan oleh emisi mereka, yang memicu harapan bahwa negara-negara lain akan mengikuti jejaknya.

Secara rinci, gerakan ini diinisiasi Gerakan Keadilan Iklim Filipina dan Pusat Hak Hukum dan Sumber Daya Alam. Kelompok tersebut menyebut kasus ini merupakan kontribusi penting untuk global agar semakin meningkatkan upaya menantang impunitas perusahaan bahan bakar fosil.

Salah satu penggugat, Trixy Elle, istri seorang nelayan yang rumah keluarganya dan empat perahunya tersapu oleh gelombang badai dahsyat Topan Rai, mengatakan bahwa mereka masih membayar pinjaman berbunga tinggi yang dibutuhkan untuk pembangunan kembali.

"Warga pulau seperti kita hanya menyumbang sebagian kecil polusi. Tapi siapa yang paling dirugikan? Kaum miskin seperti kita," kata wanita berusia 34 tahun itu.

"Saya tidak hanya berbicara untuk komunitas saya tetapi untuk semua warga Filipina yang mengalami dampak krisis iklim," ujar Elle, menambahkan bahwa putranya yang kini berusia 13 tahun masih menderita trauma akibat badai tersebut.

Laporan PBB pada tahun 2022 mengatakan bahwa kerusakan yang disebabkan oleh Topan Rai "sangat diremehkan" dalam penilaian awal. PBB melipatgandakan jumlah orang yang "terdampak serius" menjadi sembilan juta.
Sementara itu, juru bicara Shell mengatakan gugatan tidak berdasar. Bahkan, gugatan itu tidak akan membantu mengatasi perubahan iklim atau mengurangi emisi.

"Saran bahwa Shell memiliki pengetahuan unik tentang perubahan iklim sama sekali tidak benar," ujar perusahaan.

Filipina sendiri termasuk di antara negara-negara yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim. Filipina dilanda rata-rata 20 badai setiap tahunnya.

(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |