Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan utusan khusus Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Steve Witkoff, dan menantu Presiden, Jared Kushner, di Kremlin pada hari Selasa (02/12/2025). Mereka bertemu untuk melakukan pembicaraan mengenai kemungkinan cara mengakhiri konflik Ukraina. Pertemuan penting ini berlangsung intensif selama lebih dari empat jam hingga melewati tengah malam waktu Moskow.
Dalam pertemuan tersebut, Putin menyambut Witkoff dengan ramah, menanyakan tentang perjalanan mereka di Moskow. Witkoff, didampingi oleh ajudan kebijakan luar negeri Yuri Ushakov dan utusan investasi Putin Kirill Dmitriev, memuji Moskow sebagai "kota yang luar biasa".
Pertemuan ini juga dikonfirmasi Washington. Presiden Trump mengatakan bahwa situasinya tidak mudah dan konflik tersebut telah memakan korban 25.000 hingga 30.000 jiwa per bulan.
"Orang-orang kami ada di Rusia saat ini untuk melihat apakah kami bisa menyelesaikannya. Ini bukan situasi yang mudah, izinkan saya memberitahu Anda. Sungguh kekacauan," katanya.
Sesaat sebelum pertemuan dimulai, Putin melontarkan peringatan keras kepada Eropa bahwa mereka akan menghadapi kekalahan cepat jika berani berperang dengan Rusia.
Putin juga menolak mentah-mentah proposal balasan yang diajukan oleh Eropa terkait Ukraina, menyebutnya sebagai tuntutan yang "sama sekali tidak dapat diterima oleh Rusia". Ia menuduh kekuatan Eropa mencoba menggagalkan upaya perdamaian Trump dengan mengajukan proposal yang mereka yakini tidak dapat diterima oleh Moskow.
Trump telah berulang kali menyatakan keinginannya untuk mengakhiri perang. Namun, upayanya, termasuk pertemuan puncak di Alaska pada Agustus lalu, belum berhasil membawa perdamaian.
Pekan lalu, sebuah draf proposal perdamaian AS yang bocor sempat menimbulkan kekhawatiran di kalangan pejabat Ukraina dan Eropa karena dinilai terlalu mengakomodasi tuntutan utama Moskow, termasuk mengenai NATO, kontrol Rusia atas seperlima wilayah Ukraina, dan pembatasan militer Ukraina.
Menanggapi draf tersebut, kekuatan Eropa mengajukan usulan balasan, dan AS serta Ukraina di Jenewa menyatakan telah menciptakan "kerangka perdamaian yang diperbarui dan disempurnakan".
Sementara itu, di sisi Ukraina, Presiden Volodymyr Zelensky menyatakan khawatir AS akan kehilangan minat dalam proses perdamaian. Zelensky menekankan bahwa penting agar pembicaraan berjalan adil dan terbuka, tanpa ada "permainan di belakang Ukraina".
Perang Ukraina telah memasuki tahun keempat dan telah memicu konfrontasi terbesar antara Moskow dan Barat sejak era Perang Dingin. Ini diawali oleh niatan Kyiv bergabung pada aliansi NATO, serta niatan Rusia mengambil wilayah Donbass, Luhansk, dan Krimea, yang dihuni mayoritas warga berbahasa Rusia.
(tps/luc)
[Gambas:Video CNBC]

1 hour ago
2

















































