PSAB-MMLP Ramai-Ramai Diakuisisi, Sahamnya Menarik Dilirik?

1 hour ago 1

Susi Setiawati,  CNBC Indonesia

11 December 2025 12:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun 2025 menjadi salah satu periode paling agresif bagi aksi akuisisi di pasar modal Indonesia. Sejumlah perusahaan strategis resmi diambil alih investor baru, mulai dari sektor data center, kesehatan, properti logistik, emas, hingga kawasan industri.

Dari banyaknya nama yang masuk radar, ada lima saham yang kami pantau. Mereka adalah PT Remala Abadi Tbk (DATA), PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL), PT Mega Manunggal Property Tbk (MMLP), PT J Resources Asia Pasific Tbk (PSAB), dan PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA).

Masing-masing dari mereka telah menarik perhatian pasar karena perubahan kepemilikan yang signifikan, yang kemudian ikut mendorong volatilitas harga dan lonjakan valuasi.

Siapa Mengakuisisi Siapa?

DATA menjadi salah satu emiten yang paling disorot setelah perusahaan ini diambil alih oleh Grup Djarum melalui PT Iforte Solusi Infotek, yang berada di bawah PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR).

Pada 30 April 2025, TOWR mengakuisisi 40% saham DATA atau sekitar 550 juta lembar saham senilai Rp535,7 miliar. Akuisisi ini memperkuat posisi Grup Djarum di sektor menara dan infrastruktur digital, menjadikan mereka salah satu pemain terdepan dalam konsolidasi industri menara telekomunikasi dan data center di Indonesia.

HEAL juga mencuri perhatian Grup Djarum yang ikut diakuisisi pada pertengahan tahun ini. Akuisisi HEAL ini dilakukan melalui entitas investasi PT Dwimuria Investama Andalan dengan membeli 559,18 juta lembar saham treasury, setara 3,6% dari total saham HEAL.

Transaksi ini dilakukan di harga Rp1.875 per saham, dengan nilai total mencapai Rp1,04 triliun. Langkah ini menjadi bagian dari strategi Grup Djarum untuk memperluas eksposur ke sektor layanan kesehatan setelah sebelumnya aktif di sektor perbankan, telekomunikasi, dan infrastruktur digital.

SSIA turut menjadi objek akumulasi kepemilikan Grup Djarum, menguatkan eksposur konglomerat itu pada kawasan industri dan properti.

Lewat anak usahanya Dwimuria Investama Andalan, Grup Djarum membeli sekitar 27,3% saham SSIA dari PT Arman Investment Utama, dalam transaksi yang diumumkan pada Mei 2025. Nilai transaksi ini mencapai sekitar Rp776 miliar, dan menandai langkah strategis Djarum untuk terlibat dalam pengembangan kawasan industri di Jawa Barat, termasuk proyek Subang Smartpolitan.

Di ranah properti & logistik, MMLP rumor-nya akan diambil alih oleh Grup Astra, sebagai strategi memperkuat eksposurnya di sektor pergudangan dan logistik.

Meski belum ada pengumuman resmi soal nilai dan porsi final, rumor pasar menyebut Astra berencana mengambil alih hingga 83,67% saham MMLP. Sejauh ini belum ada harga resmi pembelian saham MMLP oleh ASII. Namun, kami mencoba menghitung dengan skenario saham MMLP di kisaran Rp570 per lembar dan total saham beredar 6,98 miliar, akuisisi ini diperkirakan bernilai sekitar Rp3,3 triliun.

Di sisi lain, langkah strategis Grup Astra juga terlihat pada PSAB yang memperoleh suntikan kepemilikan lewat afiliasi korporasi besar seperti UNTR untuk memperkuat kapabilitas di sektor pertambangan/emas.

Transaksi akuisisi PSAB itu dilakukan pada 12 September 2025 dengan nilai perusahaan mencapai US$540 juta atau sekitar Rp8,85 triliun. Dalam transaksi ini, PT Danusa Tambang Nusantara (DTN), anak usaha UNTR, menandatangani Perjanjian Jual Beli Bersyarat dengan PT J Resources Nusantara Tbk(PSAB). Perjanjian tersebut mencakup pembelian 99,99996% saham PT Arafura Surya Alam (ASA) yang bergerak di bidang pertambangan emas.

Selain itu, PT Energia Prima Nusantara (EPN), anak usaha UNTR lainnya, juga menandatangani perjanjian serupa dengan Jimmy Budiarto. EPN berencana membeli 0,00004% saham ASA serta 0,2% saham PT Mulia Bumi Persada (MBP) yang dimiliki Jimmy, di mana MBP merupakan perusahaan yang sahamnya dimiliki bersama ASA dan Jimmy.

Nilai perusahaan sebesar US$540 juta tersebut mencakup pembelian saham, nilai hutang pemegang saham dari JRN kepada ASA, serta akan disesuaikan dengan kondisi neraca ASA pada saat penyelesaian transaksi.

Proses penyelesaian ditargetkan paling lambat pada 23 Desember 2025 atau waktu lain sesuai kesepakatan para pihak.

"Tujuan Rencana Transaksi ini adalah untuk perluasan bisnis Perseroan di bidang mineral," sebagaimana disebutkan dalam keterbukaan informasi BEI, dikutip Senin, (16/9/2025).

Lantas bagaimana harga dan valuasi-nya saat ini?

Jika melihat pergerakan harga saham sepanjang 2025, mayoritas emiten yang baru diakuisisi justru mencatat reli kuat, meskipun volatil di jangka pendek.

Yang paling menonjol tentu DATA, yang melejit 465% sepanjang tahun ini (ytd), jauh mengungguli empat emiten lain. PSAB juga mencatatkan kinerja impresif dengan kenaikan 135% (ytd), sementara SSIA tumbuh stabil 37% (ytd).

Di sisi lain, HEAL masih terkoreksi 11,6% (ytd), dan MMLP naik tipis 11,7% (ytd).

Lonjakan harga ini kemudian berimbas pada valuasi masing-masing saham, terutama jika dibandingkan dengan median PBV historis lima tahun.

Dari sisi valuasi, beberapa emiten yang baru diambil alih kini diperdagangkan pada level premium. DATA menjadi yang paling mahal dengan PBV 18,91 kali, jauh melampaui rerata historis lima tahun yang sudah tinggi di kisaran 9,63 kali.

Lonjakan valuasi ini mencerminkan ekspektasi besar investor terhadap ekspansi data center yang dianggap high-growth.

PSAB juga mencatat valuasi yang relatif mahal, diperdagangkan pada PBV 2,65 kali, melampaui rata-rata lima tahunnya di level 1,12 kali. Ini sejalan dengan euforia pasar terhadap prospek emas dan restrukturisasi perusahaan pasca masuknya investor baru.

HEAL berada pada PBV 3,95 kali, masih lebih rendah dibanding rata-rata lima tahunnya. Seiring dengan pergerakan harga saham-nya yang paling laggard diantara yang lain. Artinya, valuasi HEAL sebenarnya belum terlalu premium dan ruang repricing masih terbuka jika kinerja operasional mulai membaik kembali.

MMLP justru menjadi yang paling murah dengan PBV 0,85 kali, sedikit di atas rata-rata lima tahunnya di 0,74 kali. Valuasi yang relatif rendah ini menunjukkan bahwa pasar masih menunggu realisasi pertumbuhan volume bisnis dari investor barunya.

Terakhir, SSIA diperdagangkan pada PBV 1,52 kali, lebih tinggi dari rerata historis 0,76 kali, sejalan dengan optimisme pasar atas prospek kawasan industri, terutama Subang Smartpolitan yang menjadi magnet investasi baru.

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |