Prabowo Titahkan Tambah Impor LPG dari AS, Ini Penjelasan Bahlil

3 days ago 7

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia buka suara terkait rencana penambahan impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) dari Amerika Serikat (AS). Hal ini dilakukan sebagai respon kebijakan tarif resiprokal Presiden AS, Donald Trump terhadap Indonesia sebesar 32%.

Menurut Bahlil, Presiden Prabowo Subianto telah memberikan instruksi untuk mencari langkah strategis guna menyeimbangkan neraca perdagangan antara Indonesia dan AS. Pasalnya, berdasarkan data BPS, neraca perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) mencatatkan surplus sekitar US$ 14 miliar hingga US$ 15 miliar.

"Bahwa akan dilakukan beberapa langkah-langkah strategis terkait dengan kondisi surplus nilai perdagangan Indonesia terhadap Amerika yang kurang lebih sekitar USD 14 miliar sampai US$ 15 miliar menurut data BPS," kata Bahlil di Gedung Kementerian ESDM, Rabu (9/4/2025).

Bahlil mengatakan bahwa pihaknya telah mendapat arahan langsung dari Presiden Prabowo untuk melihat potensi barang apa saja yang bisa dibeli dari AS untuk menyeimbangkan neraca perdagangan. Khusus di sektor energi, Bahlil mengungkapkan sekitar 54% impor LPG RI saat ini berasal dari Amerika Serikat

"Nah, khususnya di sektor ESDM, memang 54 persen impor kita LPG itu dari Amerika," kata Bahlil.

Selain LPG, pemerintah juga melihat peluang penambahan volume impor untuk minyak mentah. Mengingat, selama ini impor minyak mentah dari negara lain cukup besar.

Bahlil membeberkan porsi impor minyak mentah RI dari Amerika Serikat selama ini hanya sekitar 4% dari keseluruhan impor. Adapun, impor minyak untuk konsumsi dalam negeri selama ini berasal dari Singapura, Timur Tengah, Afrika, hingga Amerika Latin. "Beberapa negara. Ada dari Singapura, dari Middle East, kemudian dari Afrika, Amerika Latin," katanya.

Meski demikian, Bahlil menegaskan bahwa rencana penambahan volume impor LPG dan minyak dari AS tidak akan menghentikan impor dari negara-negara tersebut, hanya saja volumenya yang akan dikurangi.

Di samping itu, ia juga memastikan bahwa aspek keekonomian menjadi pertimbangan utama dalam rencana penambahan impor LPG dan minyak mentah dari AS. Sekalipun secara logika biaya transportasi dari AS lebih mahal dibanding Timur Tengah, namun faktanya harga LPG dari AS bisa bersaing.

"Contoh, LPG belinya dari Amerika. Logikanya kan harusnya lebih mahal karena transportasinya, kan. Tapi buktinya harga LPG dari Amerika sama dengan dari Middle East. Jadi saya pikir semua ada cara untuk kita begitu," kata dia.

Sebelumnya, Prabowo mengatakan bahwa pemerintah akan menawarkan beberapa hal kepada Pemerintah AS untuk mengatasi surplus dagang. Antara lain melalui penambahan impor Liquefied Petroleum Gas (LPG), minyak, Bahan Bakar Minyak (BBM), hingga alat pengeboran minyak dan gas bumi (migas).

"Surplus kita US$ 17 miliar dari AS, kita bukan negara miskin, apa yang kita butuh dari Amerika? kita butuh LPG, LPG US$ 9 miliar, kita butuh minyak, BBM impor lagi, kita butuh alat-alat teknologi drilling dari mereka, kita akan membuka 10 ribu sumur lama dengan teknologi baru, gandum apalagi kapas, pesawat terbang tapi sekarang pesawat terbang dari Tiongkok murah-murah, we have.. yang penting kita confidence," tutur Prabowo saat menanggapi respons dari ekonom dan pelaku usaha dalam Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia di Menara Mandiri, Jakarta, Selasa (8/4/2025).

Lantas, berapa besar sebenarnya RI sudah mengimpor LPG dari AS selama ini?

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), selama Januari-Desember 2024 RI mengimpor Liquefied Propane and Butane alias LPG sebanyak 3,94 miliar kilo gram (kg) atau sekitar 3,94 juta ton dari Amerika Serikat.

Adapun nilai impor LPG dari AS selama 2024 tersebut tercatat mencapai US$ 2,03 miliar atau sekitar Rp 32,22 triliun (kurs rata-rata sepanjang 2024 Rp 15.847 per US$).

Selain LPG, RI ternyata juga mengimpor minyak mentah (crude) dari AS. Namun, sepanjang 2024 impor minyak dari AS tercatat 668,47 juta kg dengan nilai sebesar US$ 430,87 juta atau sekitar Rp 6,8 triliun.

Berdasarkan data BPS, total impor LPG, liquefied propane dan butane, sepanjang 2024 tercatat mencapai 6,89 miliar kg atau 6,89 juta ton. Adapun total nilai impor LPG pada 2024 tercatat mencapai US$ 3,79 miliar.

Artinya, impor LPG dari Amerika Serikat mendominasi, yakni mencapai 57% dari total volume impor LPG RI. Sementara dari sisi nilai, impor LPG dari AS mencapai 53% dari total impor LPG RI.

Seperti diketahui, Indonesia dikenakan tarif resiprokal 32% oleh Pemerintahan Donald Trump, yang diumumkan pada Rabu (2/4/2025) waktu setempat.

Jika dilihat dari perdagangan AS, neraca perdagangan Paman Sam dengan Indonesia saat ini negatif (defisit) untuk tahun 2024, artinya nilai impor AS dari RI lebih besar daripada nilai ekspor AS ke RI. Dari data Gedung Putih, nilainya minus US$ 18 miliar.

Namun apabila dilihat dari sisi Tanah Air, Indonesia mencatat surplus tak sampai US$17 miliar pada 2024.

Merujuk data Kementerian Perdagangan RI, Indonesia surplus perdagangan sebesar US$14,34 miliar pada Januari-Desember 2024. Defisit tersebut menempatkan Indonesia di peringkat ke-15 dalam daftar negara dengan defisit perdagangan terbesar bagi Negeri Paman Sam.


(pgr/pgr)

Saksikan video di bawah ini:

Emas & Tembaga RI Tak Kena Tarif AS - RI Akan Tambah Ekspor LPG

Next Article RI Bakal Punya Pabrik LPG Baru 2 Juta Ton, Siapa yang Bangun?

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |