Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Jepang memasuki babak baru yang dinilai sangat menjanjikan. Kuasa Usaha Kedutaan Besar Jepang di Jakarta, Mitsuru Myochin, dalam keterangannya pada Rabu (5/11/2025), mengindikasikan bahwa chemistry yang kuat antara Presiden RI Prabowo Subianto dan Perdana Menteri (PM) Jepang Sanae Takaichi menjadi akselerator utama bagi peningkatan kerja sama, terutama di sektor pertahanan.
Pernyataan ini muncul tak lama setelah momen keakraban PM Takai yang viral saat menggeser kursinya untuk berbincang dengan Presiden Prabowo di sela KTT APEC beberapa waktu lalu. Meskipun pemerintahan PM Takai baru menjabat beberapa minggu, Myochin menegaskan bahwa arah kebijakan dasar Tokyo, khususnya di kawasan Indo-Pasifik, akan tetap pada doktrin "Free and Open Indo-Pacific" (FOIP), namun kecepatan implementasinya yang akan ditingkatkan.
Myochin tidak menyembunyikan optimisme Tokyo atas kepemimpinan kedua tokoh negara tersebut. Menurutnya, interaksi yang terlihat di depan publik hanyalah cerminan dari potensi sinergi yang lebih besar di tingkat bilateral.
"Dalam penilaian saya, Perdana Menteri Takai dan Presiden Prabowo memiliki chemistry yang sangat baik, saya pikir. Kedua pemimpin mendapat kesan yang sangat baik satu sama lain. Saya berharap bahwa kami segera memiliki waktu untuk diskusi mendalam antara kedua pemimpin," ujar Myochin.
Penguatan kerja sama pertahanan menjadi agenda yang pasti diusulkan oleh kabinet Takai. Meskipun detailnya masih dalam tahap awal, ini memberi sinyal kuat bahwa Indonesia akan menjadi mitra kunci Jepang dalam menjaga stabilitas kawasan.
"Kami yakin bahwa pemerintahan Takai yang baru ingin, Anda tahu, mengusulkan kerja sama pertahanan yang baru dengan Indonesia. Jadi itu pasti. Tapi, Anda tahu, terlalu dini untuk, untuk berbicara, Anda tahu, secara konkret, seperti ini dan itu," tambahnya.
Isu spesifik mengenai rencana transfer atau penjualan kapal fregat ke Indonesia, yang telah menjadi spekulasi hangat di kalangan pemerhati pertahanan, belum dapat dikonfirmasi secara rinci. Myochin menyatakan bahwa belum ada pengumuman spesifik, namun potensi itu tetap terbuka seiring dengan komitmen penguatan kerja sama pertahanan.
"Saya tidak punya detail apa pun saat ini (mengenai penjualan fregat). Sejauh ini, belum ada pengumuman spesifik apa pun," jelas Myochin.
Lebih lanjut, fokus Jepang pada FOIP, yang diwariskan dari mantan PM Shinzo Abe, akan terus menjadi landasan kebijakan luar negeri dan pertahanan. Namun, dengan kepemimpinan baru, terdapat ekspektasi bahwa kerja sama bilateral dengan negara-negara kunci seperti Indonesia akan dijalankan dengan lebih cepat dan taktis.
"Doktrin kami, FOIP, 'Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka,' itu akan tetap tidak berubah. Arah dasar akan tetap tidak berubah. Eh, tapi, Anda tahu, mungkin kecepatan kerja sama, penguatan kerja sama, kecepatan dari kerja sama itu, mungkin dipercepat."
(tps/tps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Prabowo Bersiap Hadiri KTT APEC 2025 di Korea Selatan

3 hours ago
4

















































