Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
26 December 2025 12:30
Jakarta, CNBC Indonesia- Harga CPO di Bursa Malaysia pada 24 Desember 2025 ditutup di MYR 4.037 per ton. Angka ini menandai akhir dari satu perjalanan panjang yang dimulai dengan harga tinggi di awal tahun dan berakhir di bawah tekanan stok dan arus ekspor yang berubah. Pergerakan ini ringkasan dari bagaimana produksi, konsumsi, dan strategi dagang Asia membentuk pasar sawit sepanjang 2025.
Januari dan Februari dibuka dengan pasar yang terasa ketat. Harga bergerak dari kisaran MYR 4.300 ke atas MYR 4.600 karena pasokan Indonesia tertahan.
GAPKI melaporkan produksi CPO+PKO hingga Februari turun 6,3% secara tahunan menjadi 8,33 juta ton, sementara konsumsi dalam negeri justru naik. Barang yang keluar lebih banyak daripada yang masuk, dan pasar membacanya sebagai risiko kelangkaan.
Tekanan itu memuncak pada Februari ketika ekspor melonjak ke 2,80 juta ton, naik hampir 850 ribu ton dari Januari. India, Pakistan, China, dan Uni Eropa menyerap volume besar dalam waktu singkat. Stok Indonesia turun dari 2,94 juta ton menjadi 2,25 juta ton hanya dalam sebulan. Saat gudang menipis dan kapal-kapal penuh berangkat, harga CPO bertahan di area tinggi.
Maret menjadi titik puncak. Kontrak FCPO menyentuh MYR 4.576 dan bahkan mencapai MYR 4.625 pada awal bulan. Ini bukan lonjakan spekulatif. Pasar melihat arus fisik CPO masih keluar cepat, sementara produksi belum mengejar. Harga naik karena pembeli berlomba mengamankan pasokan di tengah ruang stok yang menyempit.
Masuk April, situasi berubah. Harga turun dari area MYR 4.500 ke sekitar MYR 4.000-4.100. Produksi dan ekspor Indonesia mulai kembali ke pola normal. Ketika aliran barang menjadi lebih lancar, premi kelangkaan yang terbentuk di kuartal pertama menguap. Pasar mulai beralih dari mode "takut kehabisan" ke mode "cukup tersedia".
Mei dan Juni bergerak tanpa arah besar, di kisaran MYR 3.800-4.100. Konsumsi biodiesel dan pangan tetap menyerap volume, tetapi ekspor tidak lagi melonjak. Mekanismenya jelas: produksi berjalan, pengiriman stabil, stok tidak tergerus. Dalam kondisi seperti ini, harga kehilangan alasan untuk naik, namun juga belum punya pemicu jatuh.
Juli dan Agustus sempat memberi harapan. Harga kembali menguat ke atas MYR 4.300 bahkan mendekati MYR 4.500. Pasar mengantisipasi kebutuhan impor musiman dari Asia dan potensi gangguan suplai. Namun di lapangan, produksi Indonesia tidak sedang bermasalah. Kenaikan ini lebih bertumpu pada ekspektasi, bukan kekurangan fisik.
September mematahkan ekspektasi itu. Produksi CPO+PKO anjlok 22,3% secara bulanan, ekspor turun 36,6%, dan stok melonjak ke 2,59 juta ton. Penumpukan ini mengirim sinyal keras ke pasar: barang menumpuk lebih cepat daripada keluar. Harga yang masih bertahan di area MYR 4.400 mulai kehilangan fondasi.
Oktober memberi jeda, bukan pembalikan. Produksi pulih ke 4,76 juta ton, ekspor naik ke 2,79 juta ton, dan stok turun ke 2,33 juta ton. Harga sempat bergerak kembali ke atas MYR 4.500 di awal bulan. Namun pasar sudah berubah. Tidak ada lagi cerita kelangkaan yang bisa menopang reli.
Setelah itu, tren turun menjadi dominan. Dari pertengahan Oktober hingga akhir November, harga jatuh dari sekitar MYR 4.500 ke MYR 3.990. Di saat yang sama, eksportir Indonesia menahan pengiriman pada November, menunggu penurunan pajak ekspor Desember. Volume fisik tertahan, dan pasar global tahu pasokan besar sedang menunggu giliran masuk.
Ketika Desember datang dan beban ekspor RI dipangkas, tekanan justru semakin terasa. Sekitar 310 ribu ton pengiriman tertunda siap mengalir kembali ke pasar. Malaysia, dengan stok yang sudah tinggi, tidak punya ruang untuk menyerap tambahan itu tanpa menekan harga. Akibatnya, FCPO gagal bertahan di atas MYR 4.200 dan jatuh.
Jika 2025 dibaca sebagai satu cerita, jalurnya konsisten. Kuartal awal dibentuk oleh stok rendah dan ekspor agresif. Pertengahan tahun kehilangan daya dorong ketika pasokan kembali stabil. Kuartal akhir ditentukan oleh stok yang menumpuk dan strategi dagang yang menunda arus barang.
CNBC Indonesia Research
(emb/emb)

2 hours ago
4

















































