Pengusaha Kaya Raya di Belanda Ternyata Pernah Jadi ART di Indonesia

2 weeks ago 12

Jakarta, CNBC Indonesia - Bagi banyak orang tinggal ke luar negeri dianggap jadi salah satu cara memperbaiki nasib. Sudah banyak orang Indonesia sukses di luar negeri padahal dahulu mengalami kesulitan hidup saat tinggal di Tanah Air.

Salah satu buktinya pernah dialami oleh pengusaha kaya di Belanda, yakni Saiman, yang dahulu pernah jadi Asisten Rumah Tangga (ART) selama hidup di Indonesia. 

Susah Payah Jadi ART

Kisah Saiman terjadi pada tahun 1919 atau saat Indonesia masih dijajah Belanda. Selama masa penjajahan, ART disebut juga pembantu atau babu. Biasanya mereka bertugas kepada orang Belanda kaya raya untuk mengurus rumah tangganya. Sehari-hari, mereka mengurus dapur, anak, kebun, hingga hewan peliharaan. Semuanya dilakukan tanpa bisa membantah.

Relasi antara majikan dan pembantu tak selamanya buruk. Ada pula yang baik hingga mengajaknya pergi ke luar Indonesia. Sejarawan Harry. A Poeze dalam Di Negeri Penjajah: Orang Indonesia di Negeri Belanda, 1600-1950 (2008) menyebut, ada banyak pembantu dari Hindia Belanda yang dibawa ke negeri Belanda. 

Salah satu pembantu yang cukup beruntung itu adalah Saiman. Pada 1919, dia diajak ke Belanda bersama majikan. Kebetulan istri Saiman, Soedijrah, sudah tinggal di Belanda sejak lima tahun sebelumnya usai diajak majikan yang sama. 

Selama di Belanda, pasangan suami-istri ini tetap bekerja untuk sang majikan. Hanya saja, saat majikan hendak pulang kembali ke Jawa, keduanya ogah ikut serta. Saiman dan Soedijrah tetap bertahan di Belanda karena sudah betah.

Alhasil, keduanya memulai kehidupan baru di Negeri Kincir Angin. Awalnya, mereka bekerja di Restoran Twed. Sejarawan Fadly Rahman dalam Rasa Tanah Air (2023) menceritakan, keduanya bekerja sebagai juru masak dan pelayan.

Selama bekerja, Saiman dan istri menyerap banyak ilmu dan keterampilan. Seiring waktu, bermodalkan ilmu dari tempat kerja dan tabungan, mereka akhirnya menjalankan bisnis restoran sendiri di Den Haag, Belanda. 

"Pada 1 November 1922, mereka akhirnya memutuskan untuk mendirikan sebuah hotel dan restoran makanan Jawa," tulis Fadly Rahman.

Nama restoran tersebut adalah "Roemah Senengati". Pemimpinnya adalah Saiman. Lalu istrinya bertindak sebagai juru masak. Mereka juga memperkerjakan seorang pelajar bernama Sarpin sebagai pelayan. 

Pengusaha Kaya Raya

Masih mengutip paparan Fadly Rahman, sejak awal berdiri, restoran itu menjual makanan khas Indonesia, seperti nasi, gado-gado, sayur lodeh, hingga sambal. Akibat banyak orang Belanda yang pernah mencicipi lezatnya masakan khas Indonesia dan berlokasi di tempat strategis, restoran Saiman memiliki banyak pelanggan dan jadi tempat perkumpulan beragam kegiatan, seperti diskusi pergerakan, selamatan, hingga perayaan Idul Fitri. 

Tercatat ada banyak pekerja dan pelajar dari berbagai profesi, usia, agama, dan negara menyantap makanan di restoran Saiman. 

Selain itu Keberhasilan Saiman menjalankan restoran juga diperoleh karena menerapkan standar restoran Eropa. Meski pendiri dan pengelola berasal dari negeri jajahan yang dianggap terbelakang, restoran tersebut menerapkan manajemen modern yang berdampak pada tingginya kualitas masakan dan pelayanan memuaskan. 

Atas dasar ini, Restoran Roemah Senengati menjadi restoran terkenal di Den Haag yang praktis menambah tebal dompet Saiman. Kepopuleran ini perlahan berhasil mengangkat nama dan mengubah hidup Saiman. Dari pembantu di Indonesia menjadi pengusaha restoran kaya di Belanda. 


(mfa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Lirik Prospek Bisnis Produk Perawatan Rambut Lokal Go Global

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |