Peneliti Buat 'Google Translate' Bahasa Lumba-Lumba

2 days ago 6

Jakarta, CNBC Indonesia - Google menemukan cara untuk menerjemahkan bahasa lumba-lumba menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI). Suara klik, siulan, hingga denyutan yang dihasilkan lumba-lumba kini bisa diartikan oleh manusia.

Komunikasi lumba-lumba sering disebut sebagai moda komunikasi paling rumit di antara binatang lainnya. Oleh karena itu, bahasa lumba-lumba dipilih sebagai objek penelitian oleh Google dalam kerja sama dengan Georgia Tech dan Wild Dolphin Project (WDP).

Lumba-lumba juga dikenal punya kecerdasan tinggi dibanding hewan lain dan "cerewet." Mereka menggunakan variasi suara dalam frekuensi tinggi untuk menarik perhatian pasangan, berkoordinasi, mencari teman, hingga menjaga keharmonisan kelompok.

WDP telah mengumpulkan data komunikasi lumba-lumba selama bertahun-tahun. Lewat data tersebut, beberapa pola mulai dikenali seperti siulan ibu dan anak, suara berdenyut saat lumba-lumba bertarung, dan desisan untuk mengusir ikan hiu.

Dengan bantuan AI, WDP ingin menggali informasi lebih banyak dari data yang mereka punya sehingga bisa mengenali lebih banyak pola dan aturan komunikasi lumba-lumba. Pada awalnya, WDP melatih model AI dengan suara lumba-lumba Atlantik. Kini, model yang sama diberikan tugas mempelajari semua jenis lumba-lumba.

Proses penerjemahan dimulai dengan mengubah suara lumba-lumba ke format yang bisa dikenali oleh AI menggunakan model "DolphinGemma." Model AI ini dibuat sangat ringkas sehingga bisa berjalan di HP dan bisa digunakan oleh peneliti di wilayah terpencil.

Data kemudian diolah menggunakan model LLM, yaitu model pembelajaran mesin yang didesain untuk mencari pola dalam kompleksitas. LLM adalah model yang digunakan oleh perangkat AI seperti ChatGPT untuk mengenali pola dalam tulisan manusia.

Untuk lumba-lumba, LLM mencari pola dalam vokalisasi lumba-lumba. DolphonGemma dilatih supaya bisa mengenali pola yang berulang, kombinasi suara, dan konteks tertentu. Jika sebelumnya peneliti hanya bisa memilah suara dan mengelompokkan, kini mereka bisa memahami struktur dan fungsinya, seperti bahasa.

Tujuan utama dari penelitian WDP adalah memahami cara lumba-lumba saling berkomunikasi di alam bebas, terutama di bawah permukaan laut. Jika peneliti bisa memahami hubungan antara suara tertentu dengan perilaku tertentu, mereka bisa "mengamati" tingkah laku lumba-lumba di bawah permukaan laut.

Pada akhirnya, peneliti berharap bisa mencari cara agar manusia dan lumba-lumba bisa berinteraksi. Singkatnya, menemukan cara untuk berbicara dengan lumba-lumba.

Ambisi itu tentunya membutuhkan data yang jauh lebih banyak dan proses yang panjang. Pasalnya, lumba-lumba dari belahan Bumi yang berbeda diketahui menggunakan suara yang berbeda. Dalam "bahasa" manusia, lumba-lumba di lokasi yang berbeda bisa punya logat masing-masing atau bahkan bahasa yang sama sekali berbeda.


(dem/dem)

Saksikan video di bawah ini:

Video: AI Vs Kebakaran Hutan: Teknologi Cerdas Hadang Bencana Alam

Next Article Microsoft Siapkan Rp 1.296 Triliun Buat Data Center AI, RI Kebagian

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |