Pasar Cuma Buka 3 Hari, Ada Data Genting dari AS Menanti!

19 hours ago 8

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar pekan depan akan terasa cukup pendek karena hanya buka tiga hari, lantaran ada perayaan Waisak.

Meski begitu, ada sejumlah data yang dinanti dan potensi mengguncang pasar, seperti inflasi Amerika Serikat (AS) dan update pasar tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi Jepang, sampai posisi neraca dagang Indonesia.

Berikut rincian sentimen yang potensi mempengaruhi gerak pasar pekan depan yang bisa dicermati :

Menanti Rilis Inflasi Amerika

Dari negeri Paman Sam, pada pekan depan akan ada rilis data cukup penting, yaitu inflasi.

Merujuk data Trading Economics, inflasi AS diperkirakan stagnan secara tahunan sebesar 2,4%, sementara dalam basis bulanan diproyeksi bisa mengalami inflasi 0,3% dari sebelumnya deflasi 0,1%.

Inflasi ini cukup penting diperhatikan, karena menjadi salah satu tolak ukur penting dalam menentukan kebijakan moneter bank sentral.

Terutama setelah pekan lalu, The Fed mempertahankan level suku bunga di posisi 4,25% - 4,5% dan Chairman Jerome Powell mengatakan bahwa masih dini untuk menentukan pemangkasan suku bunga dengan kekhawatiran inflasi semakin memanas dan perlambatan ekonomi.

Update Data Tenaga Kerja AS

Berlanjut pada Kamis pekan depan, ada data rutin yang dirilis tiap minggu yakni update pertambahan klaim pengangguran.

Klaim pengangguran juga cukup penting dicermati untuk menilai bagaimana kondisi pasar tenaga kerja terkini. Mengutip laman penghimpun data Trading Economics, klaim pengangguran untuk periode sepekan yang berakhir 10 Mei 2025 diperkirakan bertambah lebih banyak 230.000 dari minggu sebelumnya sebanyak 228.000.

Jika data ini naik lebih tinggi dari ekspektasi, ada potensi kondisi pasar tenaga kerja memanas yang bisa meningkatkan angka pengangguran.

Dari sisi ketenagakerjaan, ini bisa menjadi hal buruk. Tapi bagi prospek penurunan suku bunga bisa menjadi satu hal positif. Karena banyak penganggguran artinya ekonomi bisa melambat yang akan memicu bank untuk memangkas suku bunga guna memacu likuiditas di pasar dan meningkatkan daya beli masyarakat.

Namun, satu hal yang dikhawatirkam adalah jika inflasi semakin memanas, ekonomi melambat, ditambah pengangguran naik. AS terancam bisa mengalami stagflasi.

Pertumbuhan Ekonomi Jepang

Beralih ke Asia, ada negeri Sakura yang akan merilis kinerja pertumbuhan ekonomi sepanjang tiga bulan pertama tahun ini.

Secara kuartalan, ekonomi Jepang diproyeksi akan melambat pada kuartal pertama tahun ini dengan laju pertumbuhan kontraksi 0,1%, dibandingkan kuartal sebelumnya yang masih tumbuh 0,6%.

Sementara secara tahunan, ekonomi diperkirakan juga akan kontraksi 0,2% dari sebelumnya yang bisa tumbuh sampai 2,2%.

Mengutip CNBC International, merujuk Reuters, hal ini menjadi tanda bahwa bank sentral Jepang, Bank of Japan (BoJ), akan sulit menaikkan suku bunga lebih lanjut dalam waktu dekat.

Neraca Dagang Indonesia periode April 2025

Dari dalam negeri, kita akan menanti data neraca dagang untuk periode April 2025.

Sebelumnya, neraca dagang kita mengalami kontraksi, tetapi masih dalam posisi surplus per Maret 2025.

Surplus ini lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar US$ 3,12 miliar. Ini adalah surplus ke-59 bulan beruntun sejak Mei 2020.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat peningkatan ekspor pada Maret 2025 hingga mencapai US$23,25 miliar dipicu oleh ekspor minyak dan gas. Sementara itu, impor hanya mencapai US$18,92 miliar, naik tipis 0,38% dibandingkan Februari 2025.

Surplus ini lebih tinggi dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 10 lembaga. Konsensus ini memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Maret 2025 akan mencapai US$2,63 miliar dengan median ekspor sebesar terkontraksi 3,41% (year on year/yoy) dan impor tumbuh 6,48% yoy.

Meskipun surplus, neraca perdagangan sektor migas masih tercatat defisit senilai US$ 1,67 miliar. Defisit ini disumbang oleh hasil minyak dan minyak mentah.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |