Jakarta, CNBC Indonesia - Bupati Tapanuli Tengah Masinton Pasaribu mengungkapkan penanganan pascabencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda Tapanuli Tengah di akhir November lalu.
Menurut Masinton, bencana hidrometeorologi tersebut telah memakan korban jiwa sebanyak 111 orang (data sementara) warga Tapanuli Tengah. Sementara itu, sekitar 90-an warga masih dilaporkan hilang, dan setidakya 13.000-an warga di lokasi terdampak masih harus tinggal di pengungsian.
Hal itu terungkap dalam keterangan yang dirilis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di situs resmi, Rabu (10/10/2025).
Disebutkan dalam keterangan itu, di Sibolga, Sumatra Utara, Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani memastikan kehadiran negara bersama rakyat, termasuk bagi korban bencana hidrometeorologi di wilayah terdampak. Kata dia, melalui peringatan dini cuaca terkini, BMKG mendorong seluruh elemen masyarakat meningkatkan kesiapsiagaan demi keselamatan bersama.
Teuku Faisal pun mengingatkan hasil pantauan BMKG, yaitu adanya dinamika atmosfer yang berpotensi meningkatkan intensitas hujan di wilayah tersebut, yang sangat berpengaruh pada proses evakuasi dan pemulihan.
Dan dalam kesempatan itu, Masinton mengatakan, situasi tanggap darurat di wilayahnya saat ini memerlukan penanganan khusus secepatnya,.
"Kendala utama yang saat ini dihadapi adalah masih banyak daerah terisolir akibat banjir bandang membawa kayu-kayu besar serta sedimen sungai," kata Masinton, dikutip Kamis (11/12/2025).
"Sehingga, dukungan alat berat untuk membuka akses serta OMC (Operasi Modifikasi Cuaca) untuk mengatasi kendala cuaca menjadi sangat dibutuhkan," tambahnya.
Masinton pun berharap, kondisi akibat dampak bencana banjir bandang dan tanah longsor dapat segera selesai ditangani.
"Kondisinya memang memprihatinkan dan tentu ini semua butuh kerja sama, gotong royong. Kami yakin, dengan kekuatan bersama seluruh elemen pemerintah, kita bisa mengatasi musibah bencana banjir dan longsor ini dengan cepat," ujar Masinton.
Masa Tanggap Darurat Diperpanjang
Di sisi lain, dalam unggahan di akun Instagram resminya, Masinton menyatakan, Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah memperpanjang Masa Tanggap Darurat hingga 14 hari ke depan. Yaitu mulai tanggal 8 sampai 21 Desember 2025.
Disebutkan, masih ada 19 desa dan 1 kecamatan yang terisolir (per tanggal unggahan 9/10/2025).
"Kondisi listrik sudah menyala namun masih terbatas di beberapa kecamatan (masih dalam pengerjaan sambungan instalasi jaringan tiang listrik banyak yang tumbang), instalasi air bersih masih dalam perbaikan (sementara masih menggunakan pengiriman air bersih melalui mobil tangki air)," tulisnya dalam unggahan tersebut.
"Diperlukan tambahan berbagai jenis alat berat untuk menormalisasi sungai yang dipenuhi tumpukan gelondongan kayu dan sedimen tanah di dasar sungai akibat banjir bandang. Cuaca masih berpotensi hujan ekstrem. Mengimbau kepada warga agar tetap siaga dan waspada. Bantu rakyat, gotong-royong mempercepat pemulihan keadaan," tegas Masinton lagi.
Sementara itu, Ketua Komisi V DPR RI Lasarus menyampaikan, pemerintah pusat bersama seluruh mitra komisi memaksimalkan dukungan untuk mempercepat pemulihan dengan hadir langsung di wilayah terdampak bencana banjir-tanah longsor yang melanda wilayah-wilayah di 3 provinsi di Sumatra, yaitu Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat.
"Melalui kehadiran kami di sini, diharapkan komunikasi antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat pengambil keputusan berjalan lancar, karena kami paham ketidakmampuan fiskal daerah dalam tanggap darurat saat ini," kata Lasarus dalam keterangan yang sama.
Foto: Rapat perkembangan terbaru cuaca serta langkah cepat yang dilakukan bersama lintas sektor di wilayah Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat di Sibolga (10/12/2025). (Dok BMKG)
Rapat perkembangan terbaru cuaca serta langkah cepat yang dilakukan bersama lintas sektor di wilayah Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat di Sibolga (10/12/2025). (Dok BMKG)
Operasi Modifikasi Cuaca
Sementara itu, Teuku Faisal mengingatkan potensi cuaca hujan lebat di wilayah Sumatra akibat pengaruh Bibit Siklon Tropis 91S.
Menurut BMKG, Bibit Siklon Tropis 91S terpantau di barat daya Provinsi Lampung. Dan, dalam 24 jam ke depan, diperkirakan bergerak mendekati daratan Sumatra. Kemudian, pada 36 hingga 72 jam ke depan, diprediksi akan berbelok arah menuju barat daya menjauhi daratan Sumatra.
Meski begitu, Faisal meminta masyarakat tetap tenang, tapu tetap waspada. Dinamika atmosfer aktif saat ini, ujarnya, memengaruhi intensitas hujan di wilayah Sumatra.
Ditambahkan, Bibit Siklon 91S berpotensi memicu peningkatan curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di sebagian wilayah Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bengkulu, dan Lampung.
"Perlu diwaspadai peningkatan intensitas hujan pada tanggal 11, 12, dan 16 Desember akibat pengaruh dari Bibit Siklon Tropis 91S. Tapi, mohon tetap tenang, waspada, dan menjaga kesiapsiagaan karena potensi bibit siklon ini tumbuh menjadi siBerklon tropis ke daratan dalam kategori rendah," katanya.
"Masyarakat juga harus waspada adanya potensi peningkatan tinggi gelombang di Samudra Hindia mulai dari sebelah barat Nias hingga selatan Banten, serta di perairan Selat Sunda bagian Selatan," tambah Teuku Faisal.
Selain Bibit Siklon Tropis 91S, sambungnya, aspek klimatologis memperkirakan curah hujan kategori tinggi hingga sangat tinggi (200-500 mm/bulan) terjadi di Tapanuli, Nias, Langkat, Mandailing Natal, dan Labuhan Ratu pada bulan Desember.
"Selanjutnya di bulan Januari 2026, penurunan curah hujan menjadi kategori menengah hingga tinggi di Tapanuli Tengah, Langkat, Mandailing Natal, dan Padang Lawas," katanya.
"Setiap dinamika atmosfer penyebab perubahan kondisi cuaca telah terdeteksi radar dan satelit yang dimiliki BMKG dan terus diinformasikan langsung kepada masyarakat dan stakeholders agar dapat ditindaklanjuti. BMKG juga mengantisipasi potensi cuaca ekstrem dengan menggandeng BNPB untuk melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di wilayah rawan bencana," ujarnya.
Menurut Teuku Faisal, Operasi Modifikasi Cuaca dilakukan di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dalam waktu 24 jam, terus menerus sesuai dengan kebutuhan.
Dia menjelaskan, Operasi Modifikasi Cuaca dilakukan dengan menebarkan NaCl di awan pada wilayah aman, seperti laut atau waduk, agar hujan turun sebelum tiba di wilayah rawan bencana.
Jika awan hujan sudah tiba di daerah rawan bencana, Operasi Modifikasi Cuaca dilakukan dengan menebarkan CaO atau kapur tohor agar awan-awan tersebut terpecah sehingga tidak terjadi hujan.
"Perlu diketahui, OMC tidak bisa dilakukan pada bibit siklon maupun siklon tropis karena mempertimbangkan banyak hal, mulai dari eskalasi yang terlalu besar, pergerakan yang cepat, hingga keselamatan penerbangan tim yang melakukan OMC itu sendiri," ucap Teuku Faisal.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]

1 hour ago
1

















































