Lembaga AS Tuduh Yuan Terlalu Murah: Awas Meledak dan Guncang Dunia!

1 hour ago 1

Elvan Widyatama,  CNBC Indonesia

12 December 2025 16:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Goldman Sachs Group Inc. menilai yuan China (CNY) sebagai salah satu mata uang dengan potensi apresiasi terbesar di pasar keuangan global saat ini.

Dalam riset terbarunya, lembaga keuangan asal Amerika Serikat (AS) tersebut menyatakan bahwa yuan saat ini berada 25% di bawah nilai wajarnya (undervalued) berdasarkan hasil gabungan dua model fundamental yang mereka gunakan. Temuan ini membuka ruang penguatan yang jauh lebih besar dibandingkan proyeksi pasar saat ini.

Sepanjang 2025, yuan bergerak dalam tren menguat dan menuju kenaikan tahunan pertama sejak 2021.

Mengacu pada data Refinitiv, pada awal tahun kurs yuan terhadap dolar AS masih berada di sekitar CNY 7,30/US$. Mata uang Negeri tirai bambu tersebut terus menguat sepanjang tahun dan pada penutupan perdagangan Rabu (10/12/2025) berada di CNY 7,064/US$, yang berarti menguat 3,23% secara year to date (ytd).

Penguatan yuan disepanjang tahun ini turut disebabkan oleh melemahnya dolar AS di pasar global, serta arus masuk yang tengah terjadi ke pasar saham China, hingga kebijakan fixing yang lebih kuat dari bank sentral China (People's Bank of China/PBOC).

Goldman pun menggunakan dua metode valuasi untuk mengukur nilai wajar yuan.

Pertama berdasarkan metode GSDEER (Dynamic Equilibrium Exchange Rate), yaitu model yang mempertimbangkan produktivitas, harga komoditas, dan kondisi ekonomi jangka panjang.

Berdasarkan perhitungan tersebut didapati nilai wajar yuan seharusnya berada di kisaran CNY 5/US$ atau jauh lebih kuat dibanding level pasar saat ini di sekitar CNY 7,06/US$.

Lebih lanjut, Goldman juga menggunakan metode perhitungan GSFEER (Fundamental Effective Exchange Rate) yang melihat hubungan antara nilai tukar dengan kondisi transaksi berjalan. Hasil nya dari perhitungan ini menunjukkan bahwa nilai yuan saat ini masih 12% dibawah nilai wajarnya.

Jika kedua hasil tersebut dirata-ratakan, Goldman menilai yuan masih 25% lebih murah dari nilai wajarnya. Dengan kata lain, meskipun yuan menguat, posisinya masih berada di wilayah yang dapat dikategorikan "undervalue".

Apakah China Sengaja Menjaga Yuan Tetap Lemah?

Penilaian Goldman muncul di tengah meningkatnya perdebatan internasional mengenai strategi nilai tukar China. Surplus perdagangan China kembali mencetak rekor, menembus US$1 triliun hanya dalam 11 bulan pertama tahun ini.

IMF sebelumnya mengaitkan surplus tersebut dengan melemahnya nilai tukar riil yuan dan mendorong China untuk membuka ruang fleksibilitas yang lebih besar.

Di banyak negara, muncul kekhawatiran bahwa China mungkin menggunakan pelemahan mata uang sebagai bantalan bagi daya saing ekspornya, terutama ketika overcapacity di sektor manufaktur semakin disorot.

Namun Goldman melihat arah sebaliknya. Mereka memperkirakan persaingan ekspor global justru akan membuat mata uang negara lain melemah, sehingga posisi yuan dalam keranjang perdagangan bisa menguat secara relatif meski tidak terlalu agresif.

Pasar Masih Ragu, Goldman Lebih Optimistis

Pasar valuta asing saat ini tetap berhati-hati. Kontrak forward pada kuartal IV-2026 memproyeksikan yuan di pasar offshore hanya akan menguat tipis ke CNY 6,91/US$ atau menguat sekitar 2% dari posisinya saat ini.

Namun Goldman menilai proyeksi pasar masih terlalu konservatif. Dalam pandangannya, penguatan yuan kemungkinan akan berlangsung bertahap dan tetap terkelola, sejalan dengan pola intervensi dan manajemen stabilitas yang selama ini dilakukan otoritas China.

Meski demikian, Goldman memperkirakan ruang apresiasi yuan sebenarnya jauh lebih besar dibandingkan harga forward yang saat ini diperdagangkan di pasar.

Riset tersebut juga menempatkan yuan sebagai salah satu "highest conviction trades" untuk periode 2025-2026 yang menandakan keyakinan kuat bahwa kinerja mata uang ini akan melampaui aset-aset lainnya dalam kelas yang sama. Dengan kata lain, Goldman melihat yuan bukan hanya berpotensi menguat, tetapi juga berpeluang mengungguli ekspektasi pasar dalam beberapa tahun mendatang.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(evw/evw)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |