Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com
Hari Raya Iduladha atau lebih dikenal dengan sebutan Hari Raya Kurban tahun 2025 Masehi atau 1446 Hijriyah memiliki momentum yang sangat tepat, untuk membangkitkan kembali sinergi kebangsaan antarsesama anak bangsa. Hari Raya Kurban seperti menginterupsi persoalan ekonomi dan politik yang cukup melelahkan belakangan ini, sudah saatnya kita kembali bersinergi dan bersatu untuk melanjutkan proses pembangunan.
Hadirnya hari Raya Kurban memiliki makna yang mendalam, selain menunjukkan kepatuhan terhadap perintah Sang Khalik (hablulminallah), Hari Raya Kurban juga memiliki dimensi ekonomi dan sosial yang sarat dengan sinergi, kerja sama, gotong royong dan saling berbagi (hablulminannas).
Sejatinya kurban berasal dari bahasa Arab, yaitu qaruba-yaqrubu-urbaanan, yang berarti dekat dalam dimensi spiritual maupun sosial. Dalam dimensi spiritual, Kurban juga disebut dengan istilah al-udhhiyyah dan adh-dhahiyyah yang berarti binatang sembelihan, seperti unta, sapi (kerbau) dan kambing yang disembelih pada Hari Raya Kurban dan hari-hari tasyriq sebagai bentuk taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Sebagaimana yang dicontohkan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS dalam menjalankan perintah Allah SWT untuk berkurban pertama kalinya. Peristiwa tersebut mengajarkan tentang ujian keimanan dan keikhlasan seorang hamba untuk mengorbankan sesuatu yang sangat berharga dan dicintainya kepada Sang Kholik Pemilik Cinta yang sesungguhnya.
Kurban juga memiliki dimensi sosial yang mendalam dalam bentuk kepedulian terhadap sesama. Daging sapi atau kambing yang dikurbankan tersebut, kemudian dibagikan kepada masyarakat yang berada di sekitar lokasi penyembelihan, sebagai bentuk berbagi kebahagiaan.
Berkurban juga merupakan aktualisasi pengembangan kepedulian sosial, semangat berbagi dan sikap mengasihi sesama tetangga dan masyarakat sekitar. Sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW, setiap Hari Raya Kurban selalu menyembelih sendiri hewan kurbannya, kemudian mendistribusikannya kepada kaum fakir dan miskin, hanya sedikit disisakan untuk dimakan keluarganya. Sehingga semua masyarakat mendapatkan kegembiraan dalam setiap pelaksanaan pemotongan hewan kurban.
Pelaksanaan Hari Raya Kurban di tengah kondisi ekonomi yang masih penuh dengan ketidakpastian, pascadihantam badai pandemi Covid-19 dan masih terjadinya konflik geopolitik di berbagai belahan dunia, tentunya memiliki makna tersendiri.
Pada saat yang sama, kita juga tengah dihadapkan pada kondisi ekonomi dalam negeri yang masih naik turun, sehingga memerngaruhi kehidupan masyarakat. Dampaknya sangat terasa, tingkat PHK yang semakin meningkat, daya beli masyarakat yang tidak stabil. Kondisi ini tentu akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi, yang pada akhirnya akan berdampak terhadap menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat.
Sinergi Sesama Anak Bangsa
Momentum Kurban di tengah kondisi sosial ekonomi masyarakat yang masih rentan, harus disikapi dengan semangat sinergi sesama anak bangsa. Semangat sinergi tersebut, ditandai dengan keterlibatan banyak pihak dalam pelaksanaan ibadah kurban, mulai dari pembelian dan penyembelihan hewan kurban hingga pendistribusian daging kurban kepada masyarakat.
Rantai pasok kurban tersebut hanya bisa berjalan dengan baik, jika dilakukan secara bersama-sama dan bersinergi dengan banyak pihak. Multiplier effect yang ditimbulkan dari Kurban tidak hanya bagi peternak hewan semata, tetapi juga bisa dirasakan oleh pembuat pakan ternak, pencari rumput, pembuat beduk Masjid, hingga penjual hewan kurban secara musiman. Sehingga kolaborasi yang ditimbulkan dari kurban ini akan memberikan dampak bagi perekonomian masyarakat.
Semangat kolaborasi dalam berkurban tentunya menjadi modal penting dalam memperkuat kembali pranata sosial yang mulai menipis di tengah-tengah masyarakat. Apalagi saat ini kita sedang dihadapi ancaman krisis pangan dan banyak terjadi bencana alam di beberapa daerah, tentunya ini menjadi ujian tersendiri bagi bangsa, menjelang pergantian Kepemimpinan nasional.
Masih banyak saudara-saudara kita yang masih terpapar akibat persoalan ekonomi yang semakin sulit. Hadirnya daging kurban yang bisa dikonsumsi sekeluarga bisa menjadi pelipur lara dari beban ekonomi yang makin berat.
Menebarkan paket hewan kurban ke seluruh pelosok negeri tanpa terkecuali, hendaknya menjadi ikhtiar kita bersama untuk bersinergi saling membantu dan tolong menolong antarsesama. Program ini bentuk kepedulian kita untuk saling berbagi dengan sesama.
Hewan kurban yang disembelih pada hari pelaksanaan kurban (tasyrik) hendaknya diprioritaskan kepada saudara-saudara kita yang kurang mampu, bahkan kalau perlu dikemas dalam bentuk kaleng yang bisa bertahan lama, baru kemudian didistribusikan ke pelosok-pelosok negeri yang selama ini jarang bisa merasakan daging kurban.
Keteladanan dan Pengurbanan Pemimpin
Kesadaran Nabi Ibrahim AS dan putranya Nabi Ismail AS, juga hendaknya bisa menjadi inspirasi bagi para pemimpin di semua level kepemimpinan mulai dari tingkat terendah hingga level tertinggi, untuk selalu memprioritaskan kepentingan publik ketimbang pribadi dan kelompoknya, meskipun ia harus mengurbankan dirinya sendiri.
Peristiwa kurban tersebut hendaknya menjadi pelajaran bagi pemimpin di seluruh negeri, untuk mau mengurbankan ego pribadi, keluarga, kelompok hingga partainya demi kepentingan bangsa dan negara yang lebih besar. Keteladanan seorang pemimpin dimulai ketika dia punya komitmen untuk tidak selalu dilayani. Keinginan untuk selalu dilayani tersebut, menjebak para pejabat negara untuk menggunakan fasilitas negara yang pada akhirnya berujung korupsi.
Tidak kalah pentingnya, pemimpin harus memiliki karakter dan keimanan yang kokoh untuk mengikis setiap ego dan nafsu pribadi yang berlebihan, jujur dalam setiap langkah, transparan dalam bersikap, sehingga kebijakan yang dibuatnya akan memberikan dampak bagi kehidupan masyarakat dalam menjaga dan melindungi masyarakat dari setiap ancaman yang ada.
Di saat kondisi ekonomi yang sulit seperti saat ini, para pemimpin hendaknya memberikan keteladanan dengan mengutamakan nasib dan keselamatan bangsa dan negara. Memastikan daya beli dan konsumsi masyarakat tersedia, menyalurkan semua bantuan kepada masyarakat yang berhak menerimanya. Jangan sampai, di tengah penderitaan rakyat, masih ada segelintir pejabat melakukan moral hazard, korupsi, manipulasi bantuan sosial bagi masyarakat.
Penutup
Pelaksanaan Hari Raya Iduladha tahun 1446 H, bisa menjadi momentum memperkuat kembali sinergi dan membangkitkan rasa empati secara kolektif sesama anak bangsa. Kurban memberikan inspirasi yang mendalam bagi kita semua untuk bersinergi mengatasi permasalahan bangsa secara bersama-sama.
Kurban hendaknya juga memberikan keteladanan dari para pemimpin untuk senantiasa mengorbankan kepentingan pribadinya dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara yang lebih besar. Pada Hari Raya Kurban ini, semoga Allah SWT selalu memberikan keselamatan dan keberkahan bagi bangsa yang kita cintai ini.
(miq/miq)