Kala Wapres Boediono Bersuara, Bawa Sejarah Jadi Alarm Peringatan RI

3 hours ago 1

Elvan Widyatama,  CNBC Indonesia

12 December 2025 13:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Wakil Presiden RI ke sebelas, Boediono menyampaikan pidato usai menerima penghargaan Lifetime Achievement dalam ajang CNBC Indonesia Awards 2025.

Wakil Presiden RI periode 2009-2014 itu menceritakan tentang dirinya, sebelum kemudian menelusuri sejarah ekonomi Indonesia dan menarik pelajaran yang ia nilai penting bagi masa depan bangsa.

Boediono berbicara dengan kerendahan hati, bukan untuk menonjolkan peran pribadi, tetapi untuk mengajak publik memahami bagaimana perjalanan ekonomi Indonesia dibangun melalui kerja keras banyak tangan mulai dari para teknokrat, pemimpin politik, dan institusi negara yang saling menopang.

Boediono memulai pidatonya dengan menyampaikan rasa duka atas bencana yang melanda Aceh, Sumbar, dan Sumut. Baginya, kegembiraan malam itu tidak bisa dilepaskan dari empati terhadap warga yang sedang ditimpa musibah akibat peristiwa alam dan kealpaan manusia.

Dari sana, Boediono mengajak untuk sedikit "memutar waktu" untuk mengenang sebuah masa dalam sejarah yang bisa menjadi inspirasi dan banyak pelajaran yang dapat dipetik.

Ketika Ekonomi Indonesia Berada di Titik Terdalam

Boediono memulai kilas baliknya dengan gambaran yang tajam tentang kondisi Indonesia pada pertengahan 1960-an. Ketika ekonomi Indonesia berada dalam situasi yang hampir tidak dapat dibayangkan hari ini.

Pada waktu itu, kondisi Inflasi yang berkembang hingga menjadi hiperinflasi membuat kondisi perekonomian dalam negeri mengalami kemerosotan yang cukup tajam.

Kondisi tersebut, menurut Boediono, bukan sekadar krisis ekonomi, tetapi krisis sistemik yang merusak hampir seluruh sendi kehidupan ekonomi.

Sebagai catatan, berdasarkan data World Bank, pada tahun 1960 angka inflasi tahunan mencapai 39,59% dan terus mengalami peningkatan hingga puncaknya pada 1966, ketika inflasi Indonesia mencapai 1.136%.

Namun justru dalam situasi paling kritis itu, muncul satu hal yang sangat penting. Konsensus nasional yang kuat dan kerja keras. Para teknokrat dan pemimpin politik yang biasanya berada dalam posisi yang berbeda harus dipaksa keadaan untuk bekerja bersama. Hasilnya pun mencengangkan, hanya dalam waktu kurang dari dua tahun, hiperinflasi dapat dikendalikan dan ekonomi mulai stabil kembali.

Dua Dekade Kemajuan: Era Pembangunan yang Terkoordinasi

Setelah stabilisasi perekonomian dalam negeri, Indonesia memasuki fase pembangunan jangka panjang. Dari awal 1970-an hingga awal 1990-an, Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi rata-rata sekitar tujuh persen per tahun. Bukan hanya pertumbuhan yang kuat, stabilitas makro pun terjaga, tingkat kemiskinan menurun, dan berbagai indikator sosial membaik.

Menurut Boediono, era ini merupakan contoh bagaimana kebijakan yang terkoordinasi, konsisten, dan berbasis pemahaman mendalam dapat membawa kemajuan yang nyata.

Pembangunan tidak sekadar mengandalkan momentum global atau sumber daya alam, tetapi pada kemampuan negara dalam menyusun strategi yang terarah dan mengeksekusinya melalui koordinasi antar-lembaga.

Dapur Kebijakan: Di Balik Layar Tim Ekonomi Indonesia

Dalam pidatonya, Boediono turut menceritakan pengalamannya dalam bekerja dengan apa yang ia sebut sebagai Tim Ekonomi.

"Tim ini pada awalnya terdiri dari ekonom senior dari fakultas ekonomi UI, berjalan dengan waktu tim berkembang menjadi satu jaringan teknokrat dengan berbagai latar belakang dan bidang keahlian," ujar Boediono dalam pidatonya.

Ketika masa itu, Indonesia memiliki dua institusi yang bergerak dalam bidang ekonomi yang memiliki peranan penting dan strategis dalam membentuk kebijakan ekonomi Indonesia. Yang pertama adalah Bappenas, yakni lembaga pemerintah non kementerian yang memiliki tugas untuk merencanakan dan memastikan arah pembangunan nasional.

Lembaga yang kedua adalah dewan moneter, sebuah lembaga yang memiliki tugas dalam merumuskan strategis besar ekonomi makro dan mengarahkan kebijakan moneter nasional supaya memiliki keselarasan dengan kebijakan pemerintah dalam hal ekonomi.

Tim ekonomi bertugas untuk menahkodai kedua lembaga tersebut. Boediono pun menceritakan bahwa dirinya mulai terlibat dalam tim ekonomi dan berperan sebagai staf di awal 1980-an.

Tim Ekonomi bekerja dengan yang sangat intensitas tinggi.

"saya masih ingat jadwal kerja tim ini tidak terikat jam kantor bisa di hari libur bs mulai dari pagi bisa dilarut malam dan apabila materi cukup berat dan mendesak bisa berlangsung menjelang subuh dan dari tim ini lahir kebijakan pembangunan nasional yang terpadu dan sistematis dan kebijakan ekonomi makro yang rasional dan terkoordinasikan," ujar Boediono.

Pengakuan Boediono tentang proses ini menunjukkan bahwa keberhasilan ekonomi Indonesia pada masa itu tidak terjadi secara mudah. Merupakan hasil dari kerja keras, analitis yang mendalam, disiplin, dan komitmen terhadap rasionalitas kebijakan.

Hasil nya pun tercatat dalam waktu kurang dari 2 tahun, kondisi hyper inflasi berhasil diturunkan dan perekonomian pun berhasil pulih kembali.

Sinergi Politik dan Teknokrasi sebagai Fondasi

Pelajaran terbesar yang ditarik Boediono dari periode tersebut adalah pentingnya sinergi antara teknokrasi dan politik.

Boediono menegaskan bahwa pembangunan tidak akan berhasil jika salah satu dari dua elemen itu berjalan sendiri. Politik tanpa dukungan teknokrat hanya menghasilkan slogan kosong yang tidak dapat diimplementasikan. Sementara teknokrasi tanpa dukungan politik hanya akan melahirkan rencana yang indah tetapi tidak pernah menjadi kenyataan.

Boediono menekankan bahwa sinergi semacam itu tidak muncul dengan sendirinya. Ia memerlukan kemauan, kedewasaan, dan upaya konsisten untuk mempertemukan kepentingan politik dengan pengetahuan teknis. Ketika dilakukan dengan benar, sinergi tersebut dapat menghasilkan perubahan struktural besar, sebagaimana yang terjadi pada Indonesia di masa lalu.

Wakil Presiden RI 2009-2014, Boediono menerima penganugerahan Lifetime Achievement Awards dalam acara CNBC Indonesia Awards 2025 di Bali Room, Hotel Indonesia Kempinski Jakarta, Kamis, (11/12/2025). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)Foto: Wakil Presiden RI 2009-2014, Boediono menerima penganugerahan Lifetime Achievement Awards dalam acara CNBC Indonesia Awards 2025 di Bali Room, Hotel Indonesia Kempinski Jakarta, Kamis, (11/12/2025). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Sejarah sebagai Sumber Kebijaksanaan

Boediono mengakhiri pidatonya dengan kalimat yang sangat sederhana namun penuh makna.

"Sejarah memberikan pelajaran bagi mereka yang mau belajar darinya, dan dari situ tumbuh kearifan," Ujar Boediono.

Pidato tersebut bukan sekadar kilas balik, melainkan ajakan untuk melihat sejarah sebagai sumber kebijaksanaan bagi para pembuat kebijakan hari ini.

Boediono mengingatkan bahwa pembangunan adalah perjalanan panjang yang membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan kemampuan untuk belajar dari masa lalu, baik dari keberhasilan maupun dari krisis yang pernah dihadapi.

Dengan narasi yang tenang namun mendalam, Boediono mengajak memahami bahwa masa depan Indonesia tidak dapat dilepaskan dari kualitas sinergi antara ilmu, institusi, dan kepemimpinan politik. Dan di situlah, menurutnya, letak pelajaran paling penting dari perjalanan panjang Indonesia.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(evw/evw)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |