Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan kinerja perusahaan pembiayaan tahun ini berisiko lebih rendah dari target yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hal ini merupakan dampak atas tantangan eksternal, salah satunya penurunan penjualan kendaraan bermotor.
Agusman, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melihat, kondisi geopolitik dapat mempengaruhi penjualan kendaraan bermotor.
Berdasarkan data penjualan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo), selama periode Januari-Desember 2024 penjualan kendaraan bermotor menurun sebesar 13,93% yoy menjadi 865.723 unit dari penjualan tahun sebelumnya sebesar 1.005.802 unit.
Gaikindo pun memprediksi adanya hambatan untuk pertumbuhan penyaluran pembiayaan kendaraan di tahun 2025. Meski penjualan mobil dan motor diprediksi lesu, tapi OJK melihat masih ada harapan untuk pertumbuhan pembiayaannya di tahun ini.
"Dengan mencermati kondisi penjualan kendaraan bermotor yang menurun, piutang pembiayaan Perusahaan Pembiayaan diproyeksikan masih tumbuh positif sebesar 8%-10% yoy pada tahun 2025," kata Agusman dalam jawaban tertulis, dikutip Kamis, (20/2/2025).
Perlu diketahui, Per Desember 2024, piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan tumbuh 6,92% yoy menjadi sebesar Rp503,43 triliun.
"Penyebab pertumbuhan industri pembiayaan tidak mencapai double digit tersebut antara lain dikarenakan menurunnya penjualan kendaraan bermotor," tambah Agusman.
Bila dibedah, pembiayaan kendaraan bermotor masih mendominasi piutang pembiayaan multifinance. Piutang kendaraan bermotor berkontribusi sebesar Rp402,43 triliun atau meningkat sebesar 11,91% yoy per Desember 2024.
Target Realistis Asosiasi
Ketua Umum APPI Suwandi Wiratno menyatakan bahwa target OJK sebesar 8-10% tergolong optimistis. "Nah, 8-10% itu sih mungkin menurut saya optimis. Tapi kalau kita bicara, mungkin kita berusaha juga jangan terlalu jauh dari pertumbuhan di 2024, yaitu 6,93%. Sehingga mungkin di 2025 kita bisa tumbuh di 7%-8%," tutur Suwandi kepada CNBC Indonesia, Jumat, (14/2/2025).
Suwandi menambahkan bahwa penurunan penjualan kendaraan baru turut menjadi faktor yang memengaruhi target tersebut. Ia menjelaskan bahwa penjualan kendaraan pada Januari 2025 lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Penyebab utama penurunan ini akibat banyak masyarakat yang menunda pembelian atau malah sudah membeli kendaraan lebih awal pada Desember 2024 akibat adanya prediksi kenaikan harga mobil akibat opsen pajak baru dan perubahan tarif pokok pajak kendaraan bermotor (PKB) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) di tahun 2025.
"Nah, tapi kan ternyata tidak terjadi, karena juga Gaikindo melobi Menteri Dalam Negeri terkait dengan pajak opsennya. Ini juga ada urusannya dengan pajak STNK, di mana pemerintah daerah melalui gubernur-gubernurnya juga disampaikan bahwa jangan sampai ada kenaikan yang cukup tinggi," jelasnya.
Faktor lain yang turut memengaruhi permintaan kendaraan baru adalah jadwal libur panjang di kuartal pertama 2025. Perayaan Imlek dan periode bulan Februari yang singkat, serta libur Nyepi dan Lebaran pada Maret diperkirakan berdampak pada keputusan masyarakat dalam membeli kendaraan.
Selain faktor musiman, penurunan daya beli masyarakat juga menjadi tantangan bagi industri pembiayaan. Meskipun inflasi relatif rendah, jumlah tabungan kelas menengah ke bawah semakin berkurang, sehingga mempengaruhi keputusan konsumsi mereka.
(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Kredit Macet-Bunga Tinggi, PR Ekspansi Bisnis Pembiayaan 2025
Next Article 6 Multifinance di Ujung Tanduk, Modal Masih Kurang dari Rp100 M