Industri Ini Bisa Ketiban Durian Runtuh dari Perang Tarif Trump

3 days ago 7

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah negara saat ini tengah dibuat pusing tujuh keliling atas kebijakan tarif yang dilakukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Tak terkecuali Indonesia yang dikenakan tarif sebesar 32%.

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menilai kebijakan tarif Trump akan berdampak signifikan terhadap pergerakan harga komoditas global.

"Harga komoditas secara umum akan alami kontraksi yang tajam, baik batu bara, minyak, sawit, nikel dan produk tambang lainnya," kata Bhima kepada CNBC Indonesia, dikutip Rabu (9/4/2025).

Ia pun memproyeksikan bahwa harga batu bara akan terus terjun bebas (freefall) hingga kuartal IV tahun 2025. Hal ini dipengaruhi oleh tren harga minyak mentah yang melemah, terlebih dengan keputusan OPEC yang meningkatkan produksi minyak mentah.

Selain itu, dampak perang dagang juga akan menekan permintaan bahan baku industri secara global, terutama dari China. Adapun, China sendiri sampai saat ini masih mengalami masalah overcapacity.

Menurut Bhima, kondisi ini membuat perusahaan komoditas berorientasi ekspor dihadapkan pada dua pilihan strategis. Pertama, menurunkan margin secara ekstrim dan pangkas kapasitas produksi.

Kedua, mengalihkan komoditas ke serapan dalam negeri. Misalnya saja seperti nikel olahan yang oversupply bisa diarahkan ke industri aluminium dan perakitan kendaraan domestik.

"Ini diharapkan memicu minat FDI di sektor pengolahan barang intermediary," katanya.

Di sisi lain, sejumlah komoditas mineral juga akan diuntungkan dengan adanya kebijakan tersebut. Sebab, beberapa produk seperti tembaga dan nikel diperkirakan bisa dikecualikan dari tarif resiprokal yang diberlakukan Trump.

"Kalau dibaca dari keterangan Gedung Putih ada produk yang dikecualikan dari tarif resiprokal," katanya.

Oleh karena itu, ia menilai bahwa pemerintah harus memanfaatkan peluang ini untuk mendorong ekspor produk nikel olahan seperti nickel pig iron (NPI), feronikel, dan nickel matte ke pasar AS.

"Direct export ke AS bisa dilakukan jika secara paralel prasyarat traceability atau ketelusuran produk, standar lingkungan dan perlindungan tenaga kerja di perketat. Tata kelola hilirisasi tambang jadi kunci," ujarnya.


(pgr/pgr)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Indonesia Perlu Beralih Dari Komoditas Menjadi Manufactur

Next Article Trump Blak-blakan Mau Bom Iran, Ancam Tarif Gila-gilaan

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |