IMF Yakin Ekonomi Global Tak Akan Kena Resesi Gegara Efek Trump

1 day ago 6

Jakarta, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional (IMF) meyakini tidak ada risiko resesi global yang akan ditimbulkan dari meningkatnya ketegangan perdagangan dan pergeseran besar dalam sistem perdagangan global setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump merilis kebijakan tarif tinggi untuk beberapa negara mitranya.

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan ketegangan hubungan dagang ini hanya akan memicu revisi ke bawah untuk prakiraan ekonomi global tetapi menimbulkan resesi global.

Pada bulan Januari 2025, IMF memperkirakan pertumbuhan global sebesar 3,3% pada tahun 2025 dan 3,3% pada tahun 2026. IMF baru akan merilis Prospek Ekonomi Dunia terbaru pada hari Selasa (22/4/2025).

"Proyeksi pertumbuhan baru kami akan mencakup penurunan harga yang signifikan, tetapi bukan resesi. Kami juga akan melihat kenaikan harga pada prakiraan inflasi untuk beberapa negara," kata Kristalina dalam pidatonya, dikutip dari situs IMF, Jumat (15/4/2025)

Kendati tidak menimbulkan resesi, dia memperingatkan bahwa ketidakpastian yang tinggi dan berlarut-larut dapat meningkatkan risiko tekanan pasar keuangan. Dia pun mengatakan pergerakan imbal hasil US Treasury atau surat utang AS telah menjadi peringatan untuk banyak pihak. Pergerakan ini telah mempengaruhi pasar surat utang dan mata uang utama global.

"Di sini, kita melihat bagaimana, meskipun ketidakpastian meningkat, dolar terdepresiasi, dan kurva imbal hasil US Treasury "tersenyum"(membentuk kurva 'senyum') - itu bukan jenis senyuman yang ingin dilihat. Pergerakan seperti itu harus dianggap sebagai peringatan. Semua orang menderita jika kondisi keuangan memburuk," katanya.

Dia pun mengingatkan semua negara harus melipatgandakan upaya untuk menata kembali rumah mereka sendiri. Dalam dunia dengan ketidakpastian yang lebih tinggi dan guncangan yang sering terjadi, Kristalina menegaskan tidak ada ruang untuk menunda reformasi guna meningkatkan stabilitas ekonomi dan keuangan serta meningkatkan potensi pertumbuhan.

Menurut Kristalina, perekonomian menghadapi tantangan baru dari posisi awal yang lebih lemah, dengan beban utang publik yang jauh lebih tinggi daripada beberapa tahun yang lalu.

"Karena itu, sebagian besar negara harus mengambil tindakan fiskal yang tegas untuk membangun kembali ruang kebijakan, dengan menetapkan jalur penyesuaian bertahap yang menjaga kerangka fiskal. Namun, beberapa negara mungkin mengalami guncangan yang memerlukan dukungan fiskal baru," paparnya.

Untuk melindungi stabilitas harga, IMF menyarankan kebijakan moneter harus tetap lincah dan kredibel. Ini harus didukung oleh komitmen kuat terhadap independensi bank sentral.

"Para bankir sentral harus mengawasi data dengan cermat-termasuk ekspektasi inflasi yang lebih tinggi dalam beberapa kasus," ujar Kristalina.

Dalam sektor keuangan, dia menambahkan regulasi dan pengawasan yang kuat tetap penting untuk menjaga keamanan bank, dan meningkatnya risiko dari nonbank harus dipantau dan dibatasi.

Dalam kesempatan ini, dia juga memperingatkan ekonomi negara berkembang harus mempertahankan fleksibilitas nilai tukar sebagai peredam guncangan. Menurutnya, para pembuat kebijakan dapat melihat Kerangka Kebijakan Terpadu IMF untuk mendapatkan wawasan tentang bagaimana dan kapan tindakan sementara dapat dibenarkan.

Dia pun memastikan IMF akan membantu negara-negara mengelola penyesuaian ekonomi makro dan memajukan reformasi.

"Saat ini, 48 negara mengandalkan dukungan neraca pembayaran kami-termasuk Argentina, yang reformasi berorientasi pasarnya kini didukung oleh program terbaru dan terbesar kami," kata Kristalina.


(haa/haa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Sederet Ulah Trump Hingga Potensi "Kopdar" Korut & Korsel

Next Article Peringatan Bos IMF: Ekonomi Suram di 2025

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |