Ikan Mukjizat Yesus Muncul di Laut RI, Ditangkap Pria Asal Blitar

4 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia Alkisah, ribuan tahun lalu di sekitar Danau Galilea hidup seseorang bernama Petrus. Kelak dia dipilih Yesus jadi muridnya, yang kemudian ditunjuk memimpin semua orang yang percaya Yesus. Hal ini menjadi awal Petrus adalah Paus pertama, pemimpin tertinggi Gereja Katolik di dunia.

Sehari-hari, Petrus berguru ke Yesus untuk menambah pengetahuan akan iman-iman keagamaan. Di luar ranah spiritual, Petrus menjalani profesi sebagai nelayan. Beliau menebar jaring di Danau Galilea setiap hari.

Diceritakan dalam Injil, pada suatu waktu, Yesus memerintahkan Petrus untuk segera memancing di danau supaya bisa membayar pajak Bait Allah. Hal itu diperintahkanNya setelah menyampaikan pengajaran mengenai bea dan pajak.

Yesus memerintahkan Petrus memancing ke danau agar bisa membayar pajak Bait Allah, sehingga mereka tidak menjadi batu sandungan. "Tetapi, supaya kita jangan menjadi batu sandungan bagi orang-orang yang memungut pajak Bait Allah, pergilah ke danau dan buanglah jala pancing, dan ambil ikan pertama yang kamu dapat, dan bukalah mulutnya, maka kamu akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya. Ambillah itu dan berikanlah kepada mereka bagi aku dan bagimu," kata Yesus, dikutip dari Injil Matius 17:27.

Kelak, pancingan pertama Petrus adalah ikan yang tak biasa. Ikan itu membawa dirham yang bisa mencukupi untuk membayar pajak Bait Allah.

Atas perintah itu, Petrus bergegas ke Danau Galilea untuk memancing ikan seperti diperintahkan Yesus dan menunggu ikan masuk perangkap. Tak lama kemudian, Petrus sukses menangkap ikan dan ternyata ucapan Yesus benar.

Dia melihat langsung mukjizat Yesus, ikan itu membawa uang dirham di dalam mulutnya. Dari penemuan dirham itulah Petrus bisa membayar pajak bait Allah untuk dirinya dan Yesus. 

Hitung maju ratusan tahun dari cerita tersebut, berbagai penelitian kontemporer sudah berhasil menguak penjelasan atas mukjizat Petrus yang diberikan Yesus, khususnya soal keberadaan ikan pembawa mata uang dirham.  Peneliti Grant Jeffrey dalam The Handwriting of God (1997) menyebut, ikan yang dimaksud adalah tilapia yang juga kemudian dikenal sebagai Saint Peter Fish alias Ikan Santo Petrus. 

Semasa hidup, tilapia (nama Latin: Tilapia) memang ikan endemik Danau Galilea atau kelak dikenal juga Danau Tiberias. Suhu hangat membuat ikan tilapia bisa berkembang pesat dan menjadi penghuni mayoritas Danau Galilea. 

Dikutip dari The Biology of Culture of Tilapias (1982), ikan ini punya kebiasaan menyimpan telut di mulutnya alias mouthbrooding. Biasanya, induk betina akan memungut telur-telurnya ke dalam mulut setelah dibuahi hingga menetas. Ini bertujuan agar semua telur aman tak dimakan predator. 

Namun, ketika tak memasuki masa reproduksi, ikan tilapia suka memasukkan benda lain ke dalam mulutnya. Ini cocok dengan penceritaan Injil soal ikan pembawa dirham untuk membayar pajak Bait Allah. 

Ditemukan Pria Blitar

Meski berasal dari Afrika dan Timur Tengah, ikan tilapia belakangan tersebar dan mudah ditemukan di seantero dunia, termasuk Indonesia. Di Tanah Air, tilapia lebih dikenal sebagai ikan mujair. Mujair sendiri memiliki nama Latin yang menunjukkan kekeluargaan dengan ikan yang disebut Yesus itu, yakni Tilapia mossambica (Oreochromis mossambicus Peters).

Ikan mujair sendiri merupakan hewan yang belum berusia 100 tahun di Indonesia. Ikan ini baru ditemukan pada 1936 (sumber lain menyebut 1939) oleh pria asal Blitar bernama Moedjair di Laut Selatan Jawa. 

Saat itu, dia membawa lima ikan di Laut Selatan Jawa ke kolam ikan di rumah. Namun, ada satu ikan aneh yang bisa hidup di air tawar. Padahal, ikannya berasal dari air asin. Keanehan makin menjadi-jadi ketika ikan tersebut bisa berkembang biak dengan sangat cepat. Sejak itulah, ikan misterius itu menjadi buah bibir masyarakat dan mengundang perhatian pejabat Belanda bernama Schuster.

"Ternyata itu Tilapia mossambica," kata Schuster setelah meneliti lebih lanjut, dikutip dari Studies on Tilapia Mossambica Peters (ikan Mudjair) in Indonesia (1952).

Tak diketahui bagaimana caranya ikan mukjizat Yesus bisa datang ke laut Indonesia. Namun, setelah temuan itu tersebar, masyarakat perlahan mulai ikut membudidayakan Tilapia mossambica. Sebagai apresiasi kepada Moedjair, ikan tersebut diberi nama lokal sesuai namanya, yakni Mujair. Selain itu, Moedjair juga diberi hadiah dan diangkat menjadi PNS oleh pemerintah Belanda.

Menurut majalah Landbouwkundig Tijdschrift (Desember 1948), ikan mujair banyak dibudidayakan di tambak-tambak oleh penduduk lokal, sehingga makin tersebar luas. Posisinya perlahan mulai menggantikan bandeng, udang, dan beragam hewan air lain, terlebih dalam situasi sulit.

Selain ikan mujair, tilapia lain yang bisa ditemukan di Indonesia adalah jenis Oreochromis niloticus. Masyarakat lebih mengenal hewan ini sebagai ikan nilai. Kedua hewan ini merupakan salah satu komoditas ekspor penting sektor perikanan.

Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (2023), Indonesia menduduki peringkat ke-2 negara pengekspor tilapia terbesar di dunia, yakni 1,42 juta ton dan berkontribusi pada 20,11% pasar global. Seluruh tilapia produksi Indonesia mendominasi pasar di Amerika Serikat, Kanada, dan Uni Eropa. Indonesia hanya kalah dari China yang sukses mengekspor 1,66 juta ton. 


(mfa/mfa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Lirik Prospek Bisnis Produk Perawatan Rambut Lokal Go Global

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |