IHSG Lanjutkan Reli Ditopang Kinerja Saham-Saham Ini

3 hours ago 3
Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menguat pada penutupan perdagangan hari ini, Senin (19/5/2025).

IHSG dibuka naik 0,49% atau menguat 34,56 poin ke level 7.141,09. Sebanyak 409 saham naik, 2225 turun, dan 173 tidak bergerak. Nilai transaksi tergolong ramai atau mencapai Rp 14,81 triliun yang melibatkan 25,51 miliar saham dalam 1,43 juta kali transaksi.

Mayoritas sektor perdagangan menguat dan penguatan terbesar dicatatkan oleh sektor industri. Sementara itu, koreksi terbesar dibukukan sektor utilitas/

Emiten bluechip tercatat menjadi penggerak utama kinerja IHSG hari ini, dengan dua dari lima penopang gerak IHSG merupakan perusahaan tambang batu bara dan emas.

Saham BBCA, TLKM dan BMRI menjadi tiga saham penopang utama kinerja IHSG hari ini.

Sementara itu, saham Grup Adaro yang melonjak hari ini menjadikan Alamtri Resources Indonesia (ADRO) masuk daftar movers IHSG dan menyumbang 4,06 indeks poin.

Kenaikan saham ADRO sejak akhir pekan lalu dan berlanjut hari ini, bertepatan dengan dimulainya aksi korporasi pembelian kembali (buyback) saham perusahaan.

Sementara itu, emiten tambang lain yang menjadi penggerak IHSG adalah MDKA yang berkontribusi atas kenaikan 3,83 indeks poin.

Berbeda dengan IHSG, pasar saham Asia-Pasifik dibuka melemah pada Senin (19/5/2925) seiring pelaku pasar menantikan rilis data ekonomi dari berbagai negara di kawasan. Tekanan juga datang dari penurunan peringkat utang Amerika Serikat oleh lembaga pemeringkat Moody's.

Indeks Nikkei 225 Jepang tergelincir 0,54% di awal perdagangan, sementara Topix turun 0,36%. Di Korea Selatan, Kospi merosot 0,47% dan Kosdaq yang berkapitalisasi kecil melemah 0,77%.

Di Australia, indeks acuan S&P/ASX 200 terkoreksi 0,15% saat pembukaan pasar. Sementara itu, kontrak berjangka Hang Seng Hong Kong berada di posisi 23.270, lebih rendah dari penutupan sebelumnya di 23.345,05.

Pekan ini baik pasar saham, mata uang dan SBN akan menjalani perdagangan selama lima hari penuh. Hal ini berbeda dengan pekan-pekan sebelumnya yang berlangsung tiga atau empat hari karena ada libur panjang.

Sejumlah sentimen penting akan menggerakkan pasar pada pekan ini, baik dari dalam negeri ataupun luar negeri.

Meredanya perang dagang dan koreksi rating pemerintah AS akan menjadi salah satu penggerak sentimen. Dari dalam negeri, pelaku pasar menunggu kebijakan suku bunga Indonesia yang diumumkan pada Rabu pekan ini.

Moody's Pangkas Rating AS

Lembaga pemeringkat utang, Moody's Investors Service resmi menurunkan peringkat kredit pemerintah Amerika Serikat dari AAA menjadi AA1 pada Jumat (17/5/2025) waktu AS.

Penurunan ini menandai berakhirnya status "triple-A" dari Moody's, yang sebelumnya masih bertahan dibanding dua lembaga lainnya, Standard & Poor's dan Fitch Ratings.

Moody's menilai lonjakan beban utang dan meningkatnya biaya bunga sebagai penyebab utama koreksi peringkat.

"Penurunan satu tingkat ini mencerminkan tren jangka panjang peningkatan rasio utang dan pembayaran bunga ke level yang jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara dengan profil kredit serupa," tulis Moody's dalam pernyataan resminya.

Dalam proyeksinya, Moody's memperkirakan bahwa rasio defisit anggaran terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) AS akan meningkat dari 6,4% pada 2024 menjadi hampir 9% pada 2035.

Kenaikan ini terutama dipicu oleh melonjaknya pembayaran bunga atas utang, belanja jaminan sosial yang terus naik, serta proyeksi pendapatan negara yang relatif stagnan. Di sisi lain, rasio utang pemerintah terhadap PDB juga diproyeksikan meningkat tajam, dari 98% pada tahun ini menjadi sekitar 134% pada 2035.

Sebelumnya, S&P menurunkan rating AS ke AA+ pada Agustus 2011, disusul oleh Fitch yang melakukan hal serupa pada Agustus 2023. Moody's selama ini menjadi satu-satunya yang masih mempertahankan rating triple A, sebelum akhirnya ikut menyesuaikan.

Kebijakan Suku Bunga Indonesia

Bank Indonesia (BI) juga akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Mei 2025 yang berlangsung pada Selasa dan Rabu pekan ini (20-21/5/2025). Salah satu yang paling ditunggu-tunggu pelaku pasar adalah soal keputusan suku bunga acuan.

Pelaku pasar menunggu apakah BI akan memangaks suku bunga di tengah melambatnya perekonomian Indonesia.

Sebagai catatan, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,87% (year on year/yoy) pada kuartal I-2025, terendah sejak kuartal III-2021 saat era pandemi Covid-19.

Pelaku pasar saat ini masih melihat BI menahan suku bunag di leve 5,75%. Namun, ada potensi pemangkasan jika melihat kebutuhan untuk mendongkrak pertumbuhan.

Pada April lalu, BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuan (BI-Rate) di level 5,75%, sesuai dengan ekspektasi pasar. Keputusan ini mencerminkan komitmen BI dalam menjaga stabilitas harga agar tetap berada dalam rentang target inflasi 2,5% ±1% untuk tahun 2025 dan 2026, sekaligus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global yang meningkat dan mendukung pertumbuhan ekonomi domestik.

Selain suku bunga acuan, tingkat suku bunga fasilitas simpanan (deposit facility) dan fasilitas pinjaman (lending facility) juga tetap dipertahankan masing-masing pada level 5,00% dan 6,50%.

Kisi-kisi Kebijakan Prabowo 2026

Pemerintah akan menyerahkan dokumen KEM PPKF atau Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal untuk 2026 pada Selasa (20/5/2025). Kebijakan fiskal ini sangat penting untuk menjadi gambaran belanja prioritas pada tahun depan serta target-target pemerintah, mulai dari pertumbuhan hingga inflasi.

Dokumen ini akan menjadi dasar dari penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2026.

Sebelumnya, Kementerian Keuangan mengatakan jika penyusunan KEM-PPKF ini akan mengacu pada tema utama yang selaras dengan visi pembangunan dalam Astacita.

Salah satu prioritas kebijakan ke depan adalah makan bergizi gratis untuk anak sekolah, penguatan koperasi melalui program Koperasi Merah Putih, serta investasi pada pengembangan human capital akan menjadi bagian inti dari strategi fiskal tahun 2026.

Suku Bunga China

Pada Selasa (20/5/2025), akan ada rilis suku bunga acuan di China untuk LPR (Loan Prime Rate) satu dan lima tahun.

Bank Sentral China (PBoC) dijadwalkan mengumumkan suku bunga acuan pinjaman (Loan Prime Rates/LPR) pekan depan, dengan ekspektasi penurunan sebesar 10 basis poin (bps). Saat ini, LPR 1 tahun, yang menjadi acuan sebagian besar pinjaman baru, berada di 3,10%, sedangkan LPR 5 tahun, yang digunakan sebagai referensi suku bunga hipotek, berada di 3,60%.

Prediksi penurunan ini tidak mengejutkan karena sebelumnya Gubernur PBoC, Pan Gongsheng, telah mengumumkan langkah-langkah pelonggaran kebijakan besar-besaran awal bulan ini.


(fsd/fsd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Melesat, Berhasil Sentuh Level 7.000

Next Article IHSG Gagal Lagi Balik ke 7.100, Sektor Ini Biang Keroknya

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |