Jakarta, CNBC Indonesia - Investor Tanah Air harus kembali merana usai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok di hari terakhir perdagangan Februari 2025. Lemahnya ekonomi fundamental Indonesia yang tercermin melemahnya daya beli hingga pemangkasan rating saham-saham di Tanah Air mendorong aliran dana asing keluar sehingga membuat pasar saham Tanah Air ambruk.
Pada penutupan perdagangan hari ini, Jumat (28/2/2025), IHSG ditutup anjlok 3,31% di level 6.270,60. Posisi tersebut adalah yang terendah sejak September 2021.
Jatuhnya IHSG memperpanjang penurunan IHSG perdagangan kemarin, tercatat di sepanjang 2025 IHSG telah ambruk 11,43% dan menjadi penurunan terburuk sejak 5 Agustus 2024.
Jika disandingkan dengan bursa saham lainnya di dunia, penurunan IHSG masuk dalam Top 5 bursa saham dengan penurunan tertajam hari ini Jumat (28/2/2025).
IHSG masuk dalam urutan ketiga sebagai bursa saham dengan penurunan tertajam hari ini.
Sejak awal tahun hingga saat ini investor asing telah melakukan jual bersih di seluruh pasar sebesar lebih dari Rp19 triliun.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman, buka-bukaan soal sentimen yang memengaruhi melemahnya IHSG.
Iman mengatakan, terdapat berbagai faktor global dan domestik yang berkontribusi terhadap tekanan pasar. Iman menyoroti kebijakan tarif perdagangan dan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang memengaruhi keluarnya aliran dana asing dari pasar saham Indonesia.
Iman mengatakan, terdapat berbagai faktor global dan domestik yang berkontribusi terhadap tekanan pasar. Iman menyoroti kebijakan tarif perdagangan dan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang memengaruhi keluarnya aliran dana asing dari pasar saham Indonesia.
"Trump 2.0 tidak mudah. Saat ini, sekitar 70% dana global tetap mengalir ke aset berkualitas tinggi di AS. Selain itu, ancaman tarif dagang terus muncul, seperti yang sebelumnya terjadi pada Meksiko dan Kanada, serta Uni Emirat Arab," jelas Iman kepada wartawan di Gedung BEI, Jakarta. Jumat (28/2/25).
Selain faktor tarif, kebijakan pajak pertambahan nilai (VAT) di AS yang diharapkan menurun ternyata tidak sesuai ekspektasi. Meski ada harapan penurunan VAT, tetapi realitasnya justru menunjukkan tren berbeda.
"Sementara itu, suku bunga AS yang tetap tinggi membuat investor lebih memilih aset dengan risiko rendah dibandingkan saham di emerging markets," tambah Iman.
Selain itu, Analis Senior Investment Information Mireae Nafan Aji Gusta mengatakan investor asing lari dari pasar modal tanah air dan memilih untuk membawa uanganya ke Amerika Serikat akibat dampak dari kebijakan ekonomi Presiden AS Donald Trump.
"Invest in America," ujarnya saat dihubungi oleh CNBC Indonesia, Jumat (28/2/2025).
Selain itu sentimen domestiknya adalah berkaitan dengan proyeksi inflasi Indonesia yang untuk headline inflation-nya memang akan turun di kisaran 0,5%. "Karena sebelumnya kan inflasi kita yang di-release dari BPS pada awal bulan ini per Januari di kisaran 0,76%, ini dipercaya akan turun lagi begitu kan. Jadi sudah semakin jauh dari Bank of Indonesia's lower boundary, lower boundary of inflation target," katanya.
Kaburnya dana asing dari Indonesia juga di dorong oleh pemangkasan bobot saham Indonesia oleh Morgan Stanley Capital International (MSCI).
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)