IHSG dan Rupiah Sama-sama Terbang Hari Ini, Badai Sudah Usai?

1 week ago 14

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah mulai bangkit pada hari ini setelah babak belur pada pekan lalu. Kendati demikian, rupiah dan IHSG masih menghadapi banyak tantangan pekan ini.

Pada Senin (3/3/2025) pukul 09.55 WIB, IHSG ada di posisi 6.404,85 atau melesat 2,09%.  Kondisi ini berbanding terbalik dengan Jumat pekan lalu.  Pada penutupan perdagangan Jumat kemarin (28/02/2025), IHSG ditutup ambruk ditutup anjlok 3,31% di level 6.270,60. Posisi tersebut adalah yang terendah sejak September 2021.


Sementara itu, pada Senin pukul 09.55 WIB rupiah ada ada di posisi Rp 16.527/US$ atau menguat 0,27% terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Pada penutupan perdagangan Jumat kemarin (28/02/2025), IHSG ditutup ambruk ditutup anjlok 3,31% di level 6.270,60. Posisi tersebut adalah yang terendah sejak September 2021.

Sementara itu, rupiah ditutup melemah 0,79% di angka Rp16.575/US$ pada perdagangan Jumat lalu. Posisi ini merupakan yang terparah sepanjang sejarah.

Secara mingguan, rupiah ambruk 1,69%. Hal ini lebih parah dibandingkan dengan performa minggu sebelumnya yang terdepresiasi 0,28%. Dalam sebulan, rupiah sudah ambruk 1,69% dalam sebulan atau terdalam sejak April 2024.

Sudah Aman?

Pergerakan IHSG dan rupiah masih dibayangi sejumlah sentimen baik dari dalam atau luar negeri. Kabar baik datang dari dalam negeri pagi ini yakni meningkatnya aktivitas manufaktur Indonesia.

Data Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis S&P Global hari ini, Senin (3/3/2025) menunjukkan PMI manufaktur Indonesia ada di 53,6. Angka ini adalah yang tertinggi sejak Maret 2024 atau 11 bulan terakhir.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.

S&P menjelaskan lonjakan PMI didorong oleh kenaikan pesanan baru yang kencang, bahkan menjadi yang tercepat dalam hampir setahun.

Lonjakan ini mendorong ekspansi yang juga melambungkan produksi, aktivitas pembelian, dan ketenagakerjaan. Bahkan, peningkatan jumlah tenaga kerja pada Februari merupakan yang tercepat yang pernah tercatat dalam survei ini.

Pasar juga masih menunggu data Indeks Harga Konsumen. Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini juga merilis data IHK periode Februari 2025 yang menurut konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi memperkirakan IHK diproyeksi akan turun atau mengalami deflasi secara bulanan (month to month/mtm) sebesar 0,04% pada Februari 2025. Sementara secara tahunan (year on year/yoy), inflasi diproyeksi akan berada pada angka 0,64%.

Pelaku pasar juga menunggu data-data penting dari luar negeri yang akan keluar pekan ini, mulai dari non-farm payroll hingga pidato pejabat The Fed.

Namun, yang paling ditunggu adalah pemberlakuan tarif impor baru AS terhadap mitra dagang mereka yakni Meksiko, Kanada, hingga China.

AS rencananya akan mulai memberlakukan tarif baru kepada Meksiko dan Kanada besok, Selasa (4/3/2025).

Pekan lalu, Trump kembali mempertegas tabuhan genderang perang dagangnya dengan mengumumkan tarif baru terhadap Meksiko dan Kanada sebesar 25% akan mulai berlaku pada Selasa besok.

Sementara China akan dikenakan tambahan tarif 10% pada awal pekan depan pula. Keputusan ini memperkuat kebijakan proteksionisme ekonomi yang menjadi ciri khas pemerintahannya, sekaligus menambah ketidakpastian di pasar global.

Kebijakan tarif ini sebelumnya sempat ditangguhkan pada 3 Februari untuk jangka waktu satu bulan, yang menyebabkan kebingungan tentang apakah tarif akan kembali diberlakukan atau tidak setelah periode penundaan berakhir.Dalam sebuah unggahan di Truth Social pada Kamis (27/2/2025), Trump memastikan bahwa tarif tersebut akan berjalan sesuai jadwal.

Dalam pernyataannya, Trump mengklaim bahwa perdagangan narkotika ilegal dari Meksiko dan Kanada ke AS masih berada pada tingkat yang sangat tinggi dan tidak dapat diterima, meskipun kedua negara telah berjanji untuk meningkatkan pengawasan di perbatasan mereka.

"Kami tidak bisa membiarkan ancaman ini terus merusak AS. Oleh karena itu, hingga masalah ini berhenti atau setidaknya sangat dibatasi, tarif yang dijadwalkan untuk diberlakukan pada 4 Maret akan tetap berlaku, seperti yang telah dijadwalkan sebelumnya," tulis Trump, sebagaimana dikutip dari CNBC International.

Sejumlah petinggi The Fed akan berbicara pada event pekan ini. Pernyataan mereka dipastikan akan ditunggu karena menjadi petunjuk pasar ke depan.

Gubernur Christopher J. Waller akan berbicara pada Economic Outlook di Wall Street Journal CFO Network Summit, New York, N.Y pada Kamis (6/2/2025).

Pada Jumat (7/2/2025), Gubernur Michelle W. Bowman akan berbicara pada diskusi "Monetary Policy Transmission Post-COVID" di University of Chicago Booth School of Business 2025 U.S. Monetary Policy Forum, New York, N.Y.

Puncaknya pada Jumat adalah Chairman The Fed Jerome H. Powell yang akan berbicara di acara Economic Outlook di The University of Chicago Booth School of Business 2025 U.S. Monetary Policy Forum, New York, N.Y.

Kemudian di akhir pekan ini, Jumat (07/03/2025), terdapat sentimen soal U.S. unemployment rate serta Non-Farm Payroll (NFP).

Tingkat pengangguran AS turun 0,1 poin persentase menjadi 4,0% pada Januari 2025, menandai level terendah sejak Mei dan sedikit di bawah ekspektasi pasar sebesar 4,1%. Jumlah individu yang menganggur menurun sebesar 37.000 menjadi 6,85 juta, sementara lapangan kerja meningkat sebesar 2.234 menjadi 163,9 juta.

Selain itu, tingkat partisipasi angkatan kerja meningkat menjadi 62,6%, dan rasio lapangan kerja-penduduk meningkat menjadi 60,1%.

Beralih ke data NFP, perekonomian AS menambahkan 143 ribu pekerjaan pada Januari 2025, jauh di bawah kenaikan yang direvisi naik sebesar 307 ribu pada Desember dan perkiraan sebesar 170 ribu.

Analis PT Binaartha Sekuritas Nafan Aji mengatakan, pada pekan ini para pelaku pasar akan menantikan terkait dengan data ekonomi AS sementara dari domestik berkaitan dengan PMI Indonesia yang memang bisa dipastikan masih akan ekspansif serta kinerja inflasi Indonesia yang memang masih berada dalam target yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI).

Nafan menambahkan, sentimen dari Amerika Serikat (AS) lainnya yakni pada 4 Maret esok, AS akan menerapkan kenaikan tarif bisa 25% untuk produk-produk impor dari Meksiko maupun juga Kanada.

Adapun, CEO PT Yugen Bertumbuh Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan, tekanan berat yang tengah dilalui oleh IHSG di tengah masih stabil nya kondisi perekonomian yang terlihat dari data terlansir. Saat ini sejatinya merupakan momentum yang jarang terjadi dan dapat dimanfaatkan oleh investor untuk melakukan akumulasi pembelian dengan target investasi menengah ke panjang, rilis data inflasi juga diperkirakan masih akan stabil hingga diharapkan dapat menopang pola teknikalrebound IHSG.

IHSG diperkirakan akan bergerak di rentang 6276-6404.

(mae/mae)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |