Jakarta, CNBC Indonesia — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona hijau pada perdagangan hari ini, Rabu (23/4/2025). Indeks ditutup melesat 96,11 poin atau 1,47% ke level 6.634,38.
Sebanyak 412 saham naik, 193 saham turun, dan 201 tidak berubah. Kapitalisasi pasar hari ini mencapai Rp 11.541,5 triliun. Tercatat nilai transaksi mencapai Rp 13,47 triliun yang melibatkan 21,74 miliar saham dalam 1,28 juta transaksi.
Mengutip Refinitiv, hampir seluruh sektor berada di zona hijau. Sektor yang naik paling tinggi adalah properti 6,91%, finansial 2,42%, kesehatan 2,11%, konsumer primer 1,73%, dan utilitas 1,63%.
Adapun saham perbankan menjadi penggerak utama IHSG hari ini. Saham BBRI yang naik 3,58% berkontribusi paling besar, yakni 19,91 indeks poin. Lalu BMRI yang naik 3,81% menyumbang 15,88 indeks poin. BBCA naik 2,65% dan menyumbang 15,36 indeks poin terhadap kenaikan IHSG.
Sementara itu, kenaikan IHSG seiring dengan Presiden AS Donald Trump yang mengindikasikan bahwa tarif final untuk ekspor China ke AS tidak akan mencapai 145%. Namun, ia menambahkan bahwa bea masuk tersebut tidak akan menjadi 0%.
Di dalam negeri Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) kembali memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI Rate di level 5,75%. Meskipun mengakui adanya potensi perlambatan ekonomi Indonesia untuk tahun ini.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 22-23 April 2025 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 5,75%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo saat mengumumkan hasil RDG, Rabu (23/4/2025).
Perry menegaskan, keputusan ini konsisten dengan upaya menjaga prakiraan inflasi 2025 dan 2026 tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1%, mempertahankan stabilitas nilai tukar Rupiah yang sesuai dengan fundamental di tengah makin meningkatnya ketidakpastian global, serta untuk turut mendukung pertumbuhan ekonomi.
Ia pun mengakui, laju pertumbuhan ekonomi global sebetulnya juga akan melambat pada tahun ini, termasuk Indonesia, imbas dari perang tarif dagang yang tinggi antara Amerika Serikat dan mitra dagang utamanya, termasuk China.
Maka, ia memastikan, BI tetap terus mencermati ruang untuk menurunkan BI Rate lebih lanjut ke depannya dengan mempertimbangkan stabilitas nilai tukar rupiah, prospek inflasi, dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan.
(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini: