Jakarta, CNBC Indonesia - CEO Freeport-McMoRan, Kathleen Quirk buka suara perihal kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang memberlakukan tarif impor ke sejumlah negara. Dalam hal itu ia menyampaikan kekhawatirannya terhadap kondisi ekonomi global.
Pernyataan dari raksasa tembaga dunia ini menambah deretan kekhawatiran dari para eksekutif puncak sejak Presiden AS Donald Trump menerapkan tarif besar-besaran yang berkisar antara 10% hingga 50%.
Menurut dia, kebijakan tarif telah memicu gejolak di pasar keuangan dan meningkatkan ketegangan dengan China dan Uni Eropa. Bahkan situasi ini dapat menurunkan minat investasi dan menahan konsumsi.
"Kita tidak bisa mengabaikan fakta bahwa perang dagang bisa membuat orang enggan berinvestasi, menahan pembelian, mengubah pola konsumsi, dan pada akhirnya mempengaruhi permintaan," ujar Kathleen Quirk dikutip dari Reuters, dikutip Rabu (9/4/2025).
Tembaga sendiri sejatinya digunakan secara luas dalam ekonomi global, mulai dari pembangkit listrik, elektronik, hingga konstruksi. Komoditas ini mempunyai peran menyeluruh yang membuatnya dijuluki sebagai "Dr. Copper".
Meski demikian, Quirk menyebutkan bahwa perusahaan tambang perlu menunggu dan melihat bagaimana situasi tarif ini berkembang, ia menilai penurunan harga tembaga baru-baru ini tidak baik untuk industri dalam jangka panjang, mengingat sektor ini bergantung pada investasi bernilai miliaran dolar.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut bahwa ekspor tembaga hingga emas dari Indonesia ke AS tidak dikenakan tarif impor resiprokal yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump.
Selain itu, menurutnya ekspor furniture RI ke AS juga tidak akan terdampak tarif timbal balik tersebut.
"Ada pengecualian, emas dan tembaga, termasuk furniture tidak dikenakan bea masuk setinggi itu," ungkap Airlangga dalam Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia di Menara Mandiri, Jakarta, Selasa (8/4/2025).
Mengapa ketiga produk itu mendapatkan pengecualian tarif resiprokal? Airlangga menyebut, ini dikarenakan perusahaan AS juga memiliki produksi tembaga dan emas di Indonesia. Sementara untuk furniture karena mereka harus mencari alternatif sumber baku lain selain dari Kanada.
"Kenapa dikecualikan? karena timber (kayo) mereka sedang perang dengan Kanada, jadi mereka cari alternatif lain dan juga copper dan gold karena mereka juga ada produksi di Indonesia," tandasnya.
Seperti diketahui, Indonesia dikenakan tarif resiprokal 32% oleh Pemerintahan Donald Trump, yang diumumkan pada Rabu (2/4/2025) waktu setempat.
(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini: