Jakarta, CNBC Indonesia - Siapa sangka, deretan 10 teratas daerah yang konsumsi minyak goreng paling banyak di Tanah Air ternyata tidak ada dari pulau Jawa. Ternyata paling banyak dari Riau dan Papua.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2024, Puncak Jaya mencatat konsumsi tertinggi, yaitu 401 mililiter per kapita per minggu, diikuti oleh Kepulauan Anambas dengan 395 mililiter, dan Puncak dengan 389 mililiter.
Daerah-daerah tersebut memiliki tingkat konsumsi minyak goreng yang jauh di atas rata-rata nasional sebesar 222 mili liter per kapita per minggu.
Selain tiga daerah teratas, wilayah lain seperti Solok Selatan (371 ml), Kerinci (353 ml), dan Kota Sungai Penuh (341 ml) juga memiliki tingkat konsumsi yang cukup tinggi. Sementara itu, Manokwari Selatan mencatat konsumsi sebesar 339 mililiter, disusul oleh Paniai dengan 328 mililiter, Kuantan Singingi sebesar 319 mililiter, dan Siak dengan 311 mililiter.
Tingginya konsumsi minyak goreng di berbagai wilayah ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat yang gemar mengonsumsi makanan yang digoreng. Selain itu, akses terhadap alternatif minyak yang lebih sehat atau metode memasak lain seperti memanggang dan merebus masih terbatas atau kurang disukai di beberapa daerah.
Faktor ekonomi dan ketersediaan bahan makanan juga dapat mempengaruhi pola konsumsi ini.
Meskipun konsumsi minyak goreng tinggi, kenaikan harga minyak goreng dalam beberapa waktu terakhir bisa menjadi tantangan bagi masyarakat, terutama di daerah dengan tingkat konsumsi yang besar.
Hal ini dapat berdampak pada ekonomi rumah tangga dan usaha kecil yang bergantung pada minyak goreng dalam proses produksinya.
Sebagaimana diketahui, harga minyak goreng akhir-akhir ini melambung. Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia di Pasar Palmerah, Jakarta Pusat, Rabu (12/3/2025) hari ini, harga minyak curah dibanderol hingga mencapai Rp 22.000 per liter.
Harga ini mengalami kenaikan sedikit dari sebelumnya pada Desember 2024 yang mencapai Rp 20.000 per liter. Namun pada November 2024, harga minyak curah di Pasar Palmerah sempat berada di Rp 17.000 per liter.
Sementara itu untuk harga acuan minyak kelapa sawit juga terpantau naik. Merujuk data Refinitiv, kontrak komoditas crude palm oil (CPO) yang berakhir tiga bulan ke depan atau Mei 2025 sepanjang tahun lalu berhasil terbang 19,54%.
Sejak awal 2025 hingga perdagangan pada Rabu hari ini (12/3/2025), harganya terpantau naik moderat 1,30%.Sedangkan pada hari ini, harga CPO bertengger di MYR 4.508 per ton dengan penguatan sejak pembukaan sebesar 0,42%.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)